Refleksi ‘Kontroversi Hati’
Manusia adalah makhluk dinamis, tidak statis. Tidak selalu datar, terlebih diam membatu. Bergerak dan terus bergerak. Tetapi dari pergerakan itu, hanya organ yang bersifat motorik saja yang membedakan manusia dengan benda mati, padahal manusia juga bisa berubah menjadi makhluk yang statis dan bahkan diam jika tidak disebut ‘mati’. Sebutan ‘ekstrim’ itu tentu mengundang pro-kontra ketika kita hanya mendengar kalimat ‘Manusia bisa berubah menjadi benda mati’, yah mati disini ketika brain tidak menghasilkan sesuatu yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Hidup Tanpa Gerak
Mustahil hidup tanpa cerita, dan cerita tanpa kehidupan. Namun banyak cerita yang terlupa dalam sebuah hidup. Kadang signal kehidupan meredup hanya karena kita sulit tuk mengenalnya. Hanya dengan ‘bergerak’ lah signal kehidupan itu akan menyala dan survive dalam menghadapi segala kemungkinan hidup. Contoh sederhana dalam memandang kehidupan kita ambil sample tentang salah satu masakan favorit Jepang. Kita sangat tahu bahwa orang Jepang sangat menyukai seafood yang masih mentah.
Nothing Last Forever
Apa yang bisa kita dapatkan dari perjalanan Sang waktu (?) Awalnya, manusia hanya tahu bahwa ALLAH SWT membagi waktu menjadi siang dan malam. Seiring bertambahnya umur manusia, barulah mengenal pembagian-pembagian waktu yang lain. Menjadi tahun, bulan dan hari. Dari hitungan-hitungan tersebut, manusia mengembangkan sendiri pembagian waktu tersebut, baik itu hitungan yang lebih panjang, seperti abad, milenium, ataupun hitungan waktu yang lebih pendek; jam dan detik.
Grand Manasik smartHAJJ 1434 H
Grand Manasik smartHAJJ 2013/1434 H : Nothing Last Forever
Sabtu-Minggu, 7-8 September 2013.
Bertempat di Taman Rekreasi Wiladatika Cibubur
Haji Tanpa Gelar
Kata istitho’ah (mampu) dalam syarat wajib menunaikan ibadah haji adalah sebuah perumpamaan orang yang berjihad. Ia harus rela mengorbankan harta, tenaga dan waktunya guna perjalanan menuju satu titik yang tak pernah sunyi. Dengan pengorbanan itu juga manusia patutnya belajar dari kisah Nabi Ibrahim As. Dengan kepatuhan dan ketaatan tiada batas, demi perintah suci, demi pengorbanan pada Ilahi, beliau siap dan ikhlas ketika diperintahkan untuk menyembelih anaknya, nabi Ismail As.
The Power of Faith
Tulisan ini adalah artikel ringan, karenanya jangan –terlebih dulu- memvonis fikiran kita untuk sulit membaca hal yang terlampau berat, karena ‘pengaruh’ tema diatas, yang seolah-olah terlihat berat. Baiklah, masa-masa menjelang keberangkatan haji seperti saat ini, hampir dipastikan semua penyelenggara haji sedang, akan, atau telah mengadakan manasik haji, tiada lain goal setting-nya untuk lebih memahami bagaimana melaksanakan tuntutan haji dari semua aspek. Baik masalah fikih, filosopi dan teknis penyelenggaraan haji.
Hotel Ustman bin Affan
Tahukah Anda bangunan apa gambar di atas (?) Ini adalah waqaf berupa bangunan hotel yang disewakan di Saudi. Pemiliknya: Ustman bin Affan! Bagaimana sejarahnya hingga beliau memiliki hotel atas namanya di dekat Masjid Nabawi (?)
Diriwayatkan di masa Nabi Muhammad SAW, kota Madinah pernah mengalami panceklik hingga kesulitan air bersih. Ini disebabkan juga kaum muhajirin sudah terbiasa minum dari air zamzam di Mekkah.
Grand Manasik; Totality Service
Kiranya, masih banyak diantara kita yang memandang pelaksanaan manasik, sebelum berangkat haji adalah hal biasa. Boleh diikuti setiap calon jemaah, boleh juga tidak. Pandangan itu sesungguhnya tidak sepenuhnya benar, terlebih bagi mereka yang pertama kali melaksanakan haji. Karena jika ditelaah lebih dalam, ternyata pemberian materi manasik, baik berupa teori ataupun simulasi kongkrit (lapangan) manasik haji adalah suatu renteten awal dari pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci.
Urgensi Manasik
Suatu pagi di musim haji 2007, di Pelataran Masjidil Haram. Kami dikejutkan dengan langkah seorang nenek yang menghampiri dengan nyaris ambruk. Kami coba membantu, dan memboyong sementara menuju pelataran hotel untuk duduk dan istirahat. Yang menjadi kendala, ternyata nenek itu tidak begitu lancar menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga -mungkin- orang yang ingin membantu pun sulit memahaminya, terlebih nenek itu tidak membawa tas atau id card lainnya, dan hanya berbekal slayer berwarna yang membalut di lehernya.
Road to Grand Manasik
Biasanya setelah libur lebaran, hari pertama kerja menjadi sedikit lebih longgar, entahlah apa karena merasa baru saja bermaaf-maafan, hingga berpikir tidak mungkin diberi punishment jika mangkir pada awal-awal hari kerja pasca lebaran. Atau bisa saja, itu adalah kemurahan para pimpinan perusahaan yang memberikan ruang fresh bagi karyawannya untuk berbenah menghadapi kerja yang normal. Terlebih liburan kali ini berdekatan pula dengan libur perayaan HUT RI, hingga tak dipungkiri, ‘rasa’ libur terus berlanjut.