Hidup Tanpa Gerak

Mustahil hidup tanpa cerita, dan cerita tanpa kehidupan. Namun banyak cerita yang terlupa dalam sebuah hidup. Kadang signal kehidupan meredup hanya karena kita sulit tuk mengenalnya. Hanya dengan ‘bergerak’ lah signal kehidupan itu akan menyala dan survive dalam menghadapi segala kemungkinan hidup. Contoh sederhana dalam memandang kehidupan kita ambil sample tentang salah satu masakan favorit Jepang. Kita sangat tahu bahwa orang Jepang sangat menyukai seafood yang masih mentah. Bagi mereka ikan salmon akan lebih enak dinikmati jika ikan tersebut masih dalam keadaan hidup. Rasanya jauh lebih nikmat dibandingkan dengan ikan salmon yang sudah diawetkan dengan es. Karenanya, para nelayan yang menawarkan tangkapannya kepada banyak restoran Jepang, selalu memasukkan salmon tangkapannya ke suatu kolam buatan agar dalam perjalanan menuju daratan atau lokasi restoran ikan-ikan itu tetap hidup. Ide itu ternyata tidak sepenuhnya berhasil, karena pada kenyataannya tetap saja, banyak salmon yang mati juga di kolam buatan itu.

Lalu, mereka menyiasati dengan pikiran sederhananya, bagaimana ikan masih terus hidup sampai tempat tujuan. Akhirnya, mereka memasukkan seekor hiu kecil di kolam itu. Ajaib! Hiu kecil itu ‘memaksa’ salmon-salmon untuk terus bergerak agar tidak dimangsanya. Wal hasil jumlah salmon yang mati justru menjadi sangat sedikit.

Sederhana, ikan hiu kecil dan salmon itu telah menceritakan kehidupan, tentang apa yang juga dirasa oleh kita, selaku pelaku kehidupan. Diam membuat kita mati, sebaliknya bergerak membuat kita hidup. Lalu, apa yang membuat kita bergerak (?) Saat tidak ada masalah dalam hidup, dan saat kita berada dalam zona nyamanlah yang kerap kita hanya bisa ‘diam’. Begitu terlenanya sehingga kita tidak sadar bahwa kita telah mati. Yah, kematian sebelum ajal tiba.

Dalam ilustrasi diatas, yang membuat kita ‘hidup’ adalah suatu masalah yang datang secara otomatis naluri kita membuat gerakan aktif dan berusaha mengatasi semua pergumulan hidup. Disaat seperti itulah biasanya kita teringat akan ALLAH dan berharap kepada-NYA untuk diberikan jalan keluar dari permasalahan. Tidak hanya itu, kita akan menjadi kreatif, serta mengembangkan potensi diri yang luarbiasa.

Dari ‘pembelajaran’ diatas pula kita bisa menyimpulkan bahwa manusia akan bisa belajar banyak dalam kehidupan, bukan pada saat keadaan nyaman. Namun justru pada saat kita menghadapi badai kehidupan. ‘Hiu kecil’ itulah yang terus memaksa kita untuk bergerak dan tetap survive. Masalah hidup adalah baik, karena itulah yang membuat kita terus bergerak. Hiu kecil itu bisa berbentuk siapa dan apa saja dalam kehidupan kita.

Related Post

Malaikat Penolong

Malaikat Penolong

“Allahu Akbar! Tolong ya Allah, ya Rabb” Teriakku berusaha berdiri dari lautan manusia berihram putih…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *