Kapan Pergi Haji? Kapan-kapan?

Sebuah pertanyaan menggelitik bagi kita yang sudah memiliki kesanggupan namun belum merasa siap untuk berangkat haji. Tatkala kebutuhan-kebutuhan pokok telah terpenuhi. Ada rumah untuk berteduh, ada kendaraan, ada cukup dana untuk kebutuhan keluarga, apalagi yang mengganjal kita untuk pergi haji?

Setiap kali menunda, biasanya akan muncul terus godaan yang makin sulit untuk ditolak, peluang investasi menarik yang belum tentu datang tiap saat, cita-cita menyekolahkan anak di tempat bergengsi, renovasi rumah yang tak kunjung kelar, ataupun masalah klasik, seperti pernah bikin “dosa” di masa lalu yang bikin takut dibalas saat nanti haji. Realita dan mitos yang menghantui kita ini kian meredupkan niat kita.

Ada pula yang hati-hati memilih travel. Saking berhati-hatinya, hingga tak kunjung daftar. Masih pilih-pilih, mana yang fasilitasnya mantap, harga terjangkau, siapa ustadznya, berapa lama, dan seabrek pertanyaan yang membuat bingung diri sendiri.

Mari sudahi saja. Bila kita ada kelapangan rezeki segeralah berangkat haji. Jangan ditunda-tunda. Karena umur siapa sangka, sedangkan haji hukumnya wajib bagi yang mampu. Maka yang sudah mampu jangan dibuat-buat menjadi tidak mampu. Bila belum ada kelapangan rezeki, mulailah menabung. Bila ajal menjemput namun haji belum terlaksana, semoga tabungan itu walaupun baru hanya 100 ribu rupiah, menjadi bukti niat serius kita di hadapan Allah yang maha kuasa. Let’s go hajj !

The Magic of Istiqomah

Bismillahi wa solatu asalaamu ‘ala rosulillah,

Ada pertanyaan retoris: “Mengapa anak anak arab yang tinggal di Yaman, umur 2 tahun sudah lancar bahasa Arab? Sedangkan anak orang Arab yang di semarang malah lancar bahasa jawa?”

Kartini Kekinian

Zaman bergulir dari waktu ke waktu membawa angin perubahan bagi kaum perempuan. Atmosfer kebebasan yang dinikmati kaum Hawa hari ini adalah anugerah tak ternilai. Kesetaraan dalam hukum dan pendidikan adalah mimpi yang tak pernah kesampaian bagi perempuan yang hidup di abad silam.

Leaders Tough Decisions

Pasang surut kehidupan adalah bagian dari ketetapan Allah Azza wa Jalla. Acapkali terpaan gelombang masalah hampir saja menenggelamkan bahtera rumah tangga, lembaga, atau perusahaan yang kita pikul amanahnya. Manakala itu terjadi, peran pemimpin sangat dominan dalam menyelamatkan pengikutnya sampai pada akhirnya membawa mereka menuju kemenangan.

Setiap pahlawan pasti gila. Tentu bukan gila dalam artian kehilangan akal sehatnya. Kegilaan mereka adalah memperjuangkan yang tidak lazim di masyarakatnya. Berjuang saat rakyat memilih tunduk tertindas, menggagas ide yang ditertawakan masyarakat meskipun untuk kemaslahatan mereka, atau bekerja keras melawan arus orang-orang diselimuti kebodohan dan kemalasan.

7 Karakter ‘PAHLAWAN’ dalam AL-QUR’AN

Setiap diperingati Hari Pahlawan, kenangan kita akan kembali kepada deretan nama-nama Pahlawan Nasional yang telah gugur dalam perjuangan meraih Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Namun sejatinya ciri dan karakter untuk menjadi ‘pahlawan’ bisa dan sangat mungkin dilakukan oleh siapa saja.

Kemuliaan akhlak Rasulullah senantiasa menarik perhatian kita. Beliau merepresentasikan ajaran Islam tentang bagaimana memperlakukan orang di sekitar kita. Takkan sulit bagi kita mencari contoh bagaimana berinteraksi dengan sesama muslim dan juga non muslim, karena tak ada dan tak akan ada manusia seantero jagad yang biografinya ditulis demikian lengkap.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW sedang duduk i’tikaf semalam suntuk pada hari-hari terakhir Bulan Suci Ramadhan. Para sahabat pun tidak sedikit yang mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah SAW. Beliau berdiri shalat, mereka juga shalat, beliau menengadahkan tangannya untuk berdoa dan para sahabat pun juga serempak mengamininya. Saat itu langit mendung tak berbintang. Angin pun meniup tubuh-tubuh yang memenuhi masjid. Dalam riwayat tersebut, malam itu adalah malam ke-27 dari bulan suci Ramadhan. Di saat Rasulullah SAW dan para sahabat sujud, tiba-tiba hujan turun cukup deras. Masjid yang tidak beratap itu menjadi tergenang air hujan.