Malaikat Penolong

“Allahu Akbar! Tolong ya Allah, ya Rabb” Teriakku berusaha berdiri dari lautan manusia berihram putih yang berada di sekeliling. Sudah lebih dari lima menit aku terdorong dan jatuh. Tanganku berusaha menggapai seseorang agar aku bisa berdiri dari himpitan manusia namun selalu gagal. Nafasku tercekat, keringatku mengucur deras dan sedari tadi aku merasakan sakit di sekujur tubuh karena badanku terinjak-injak.

Qailulah, Power Nap Diajarkan Sejak 14 Abad Lalu

Ngantuk, suntuk dan hilang fokus adalah masalah yang biasa orang-orang kantoran alami menjelang waktu Dhuhur hingga setelah makan siang di jam istirahat. Padahal bisa dibilang jam-jam tersebut adalah waktu-waktu yang krusial di jam kerja. Bagaimana kita mengatasinya? Kebanyakan dari kita mempercayakannya pada kopi untuk mengatasi masalah ini. Menyeduh kopi, lalu menyeruputnya panas-panas menjadi solusi sesaat dalam mengurangi rasa kantuk dan membangkitkan mood di jam-jam krusial tadi.

Kanan ke Kiri

Ketika itu, beliau sedang dalam kondisi pengobatan. Kadar Trigliserid 3 kali lipat dari batas normal membuat beliau sering meradang karena vertigo. Dunia seperti jungkir balik dan beliau pun berobat kepada seorang professor. Hasilnya, ada beberapa obat yang perlu dikonsumsi diiringi diet beberapa jenis makanan terlarang sementara. Beliau dianjurkan untuk mengkonsumsi banyak buah dan sayuran. Saya pun ‘terpaksa’ patuh demi kesembuhan.

Mungkin kalimat diatas adalah slogan sebuah iklan. Tapi nyatanya itulah pilihan kalau kita mau meraih surga atau mau ke neraka. Kok ?

Ada sebuah anekdot yang menceritakan, ada seorang penjahat kelas teri yang sukanya mencopet, menjambret, dan melakukan kejahatan-kejahatan ‘kacangan’ lainnya, pada suatu ketika saat sedang menjalankan aksinya kepergok oleh Polisi, dan di ‘dor’ kakinya hingga terluka dan jatuh pingsan.

Hikmah, selalu jadi bagian yang paling indah untuk memasuki wilayah tanpa batas, yakni alam fikiran kita.

Dalam FirmanNya ayat 269 dari Suroh Al Baqoroh Allah menyatakan: “Allah menganugerahkan hikmah bagi yang dikehendaki…” bisa dimaknai bahwa Allah memilih hambaNya, dan kriteria hamba yang seperti apa Allah hadirkan di bagian akhir ayat itu:”

Ingin Cepat Menang

Ketergesa-gesaan adalah salah satu sifat manusia. Ini seperti disebut dalam firman ALLAH SWT, “Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepada kamu tanda-tanda (kekuasaan) Ku, maka janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya.” (QS 21: 37).

Tentang Obesitas Dalam Islam

“Tidaklah seorang anak Adam (manusia) mengisi bejana (kantong) yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap yang bisa menegakkan tulang sulbinya. Jikalau memang harus berbuat, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR. Imam Ahmad, at-Tirmidzi dan rahimahumullah selainnya)

Dalam kitab Bukhari dan Muslim juga dalam kitab-kitab hadits yang terkenal lainnya, diriwayatkan bahwa sebelum Rasulullah SAW hijrah, berkumpullah tokoh-tokoh kafir Quraisy, seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah, Al ‘Ash bin Qail dan lain-lain. Mereka meminta kepada nabi Muhammad SAW untuk membelah bulan. Mereka berkata, “Seandainya kamu benar-benar seorang nabi, maka belahlah bulan menjadi dua.”

Air Hujan

Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan. Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, “bahan baku” hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat. Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Alquran berabad-abad yang lalu, memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan. “Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS Ar-Ruum: 48)

Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.

Tahap Ke-1: “Dialah Allah Yang mengirimkan angin…”
Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfer. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut “perangkap air”.

Tahap Ke-2: “…lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…”
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.

Tahap Ke-3: “…lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya…”
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Alquran. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Alquranlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.

Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan:

“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” (QS An-Nuur: 43)

Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:

Tahap-1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.

Tahap-2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.

Tahap-3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih.

Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfer yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dan sebagainya.

Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dan lainnya. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1.400 tahun yang lalu.

(Sumber: Republika Online)