Al-Isra’ wal – Mi’raj : A gift of an Unconditional Love The Story of One Miraculous Night Journey

“Surely with hardship, comes ease” Qur’an 94:5. “Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan” Begitulah janji Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Al-Insyirah ayat 5. 

Banyak dari kita yang hanya mengetahui kisah dasar Isra Miraj, sebagai waktu dimana Nabi Muhammad ﷺ dimanik dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dalam waktu yang singkat (semalam) ke surga.

Menurut beberapa Ulama, ada banyak perhentian di sepanjang perjalanan luar biasa ini, dan cerita penuh keajaiban yang sayang untuk dilewatkan dengan kantuk dan semangat hati yang padam. Karena konon, kisah ini dapat merubah sistem hidup kita jadi lebih bermakna. Jangan sampai sia-sia.

Take a deep breath and let’s deep dive into this Miraculous night journey of an Unconditional Love!

بِسْــــــــــــــــــمِاللهِالرَّحْمَنِالرَّحِيْمِ

Dibalik Jendela Isra’ Miraj

Secara etimologi, Isra berasal dari أَسْرَى yang artinya berjalan di waktu malam. Isra adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha.

Sementara, Mi’raj secara etimologi berarti naik atau alat yang dipergunakan untuk naik. Secara istilah, mi’raj adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha.

Al-Isra ‘wal-Mi’raj terjadi pada saat Nabi ﷺ menghadapi kesusahan dan rasa sakit yang hebat. Kaum Quraish, yang merupakan sukunya dan keluarganya, terus menerus mengejek, menghina dan menindas Nabi ﷺ dan para pengikutnya. 

Selain itu, Nabi Muhammad ﷺ baru saja menghadapi Tahun Kesedihan (‘Aam Al-Huzn), di mana ia harus kehilangan istri tercintanya Khadijah radhiyallahu ‘anhu dan pamannya Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu, yang merupakan pelindung dan sekutunya.

Tak berhenti disana, Ketika Nabi Muhammad ﷺ melakukan perjalanan ke Ta’if untuk menyebarkan dakwah Islam, orang – orang  Ta’if menolaknya dengan cara yang paling kejam, mengirim anak-anak mereka ke jalan untuk melempari Nabi Muhammad ﷺ dengan batu sampai ia meninggalkan kota.

Setelah melalui begitu banyak kesedihan dan penderitaan, seperti air Allah subhanahu wa ta’ala menyibak semua luka, rasa sakit, layaknya penumpu sayatan pahit hidup. Layaknya janji, Allah subhanahu wa ta’ala kembalikan dengan hadiah paling indah maha dahsyat, Isra’ Miraj, pelipur lara (Tasliyah).

Isra’ Miraj dipercaya menjadi hadiah bukti tanda cinta Allah subhanahu wa ta’ala kepada hambaNya yang bersabar. “Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan”. Bahwasanya, Allah subhanahu wa ta’ala tidak pernah ingkar dengan kesulitan, akan ada kemudahan.

Al – Isra’ :From The Ka’bah to Al-Aqsa

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Isra’ : 1)

Ketika Nabi Muhammad ﷺ sedang tidur di rumah Umm Hani radhiyallahu ‘anhu di Makkah ia berkata, “atap rumah saya dibuka dan Malaikat Jibril turun. “(Bukhari). Ada beberapa tafsir mengenai peristiwa ini. Sebagian ulama mengatakan Nabi Muhammad ﷺ kemudian dibawa ke Hijr, dinding Ka’bah setengah lingkaran, di mana Nabi Muhammad ﷺ bersabda bahwa Jibril, “Membuka dadaku, dan membasuhnya dengan air Zamzam. Kemudian dia membawa nampan emas dengan kebijaksanaan dan keyakinan, setelah itu menuangkan isinya ke dalam dadaku, lalu ia menutupnya” (Bukhari).

Nabi Muhammad ﷺ melanjutkan, “Saya kemudian dibawa seekor binatang putih yang disebut al-Buraq [dari kata Arab barq, yang berarti petir], lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari kuda. Langkahnya sejauh mata memandang”. (Muslim).

Di beberapa titik di sepanjang perjalanan, malaikat Jibril menghentikan Buraq dan memberi tahu Nabi Muhammad ﷺ, untuk Turun dan berdoa. Pemberhentian pertama adalah di ‘tempat emigrasi’ yaitu Madinah. Perhentian kedua adalah di Gunung Sinai, di mana Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Taurat kepada Nabi Musa alaihissalam Pemberhentian ketiga adalah di Betlehem, di mana Nabi Isa alaihissalam lahir.

The Mi’raj : From Dome of the Rock to Sidratul Muntahah

ةَ مَا يَغْشَى * مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى * لَقَدْ رَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى

Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad ﷺ) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (QS. An-Najm : 12-18).

Sesampainya di Al-Aqsa, Beberapa riwayat menunjukkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ melakukan sholat dua rakaat yang sekarang dikenal sebagai Tahiyyat al-Masjid. Ini adalah salah satu contoh pertama dari Sunnah Nabi Muhammad ﷺ yang ditetapkan setelah sampai di Masjid.

Setelah itu, Nabi Muhammad ﷺ berkata, “Kemudian aku keluar dan Jibril membawakanku sebotol anggur dan bejana susu. Kemudian aku memilih susu, dan Jibril berkata, “Engkau telah memilih keadaan alamiah (Fitrah)””(Muslim).

Lalu, Nabi Muhammad ﷺ di samping Jibril kemudian melanjutkan ke Batu Mulia (as-Sakhrah al-Musharrafah) yang saat ini bertempat di Masjid Dome of the Rock di tengah tempat suci (al -Haram ash-Sharif) dari Masjid Al-Aqsa yang Terberkati untuk naik ke surga.

Masjidil Haram di Makkah dan Masjidil Aqsa di Palestina berjarak sekitar 1.500 Km. Makkah – Palestina itu biasa ditempuh 40 hari dengan perjalanan onta. Sedangkan Rasulullah ﷺ bisa menempuhnya hanya  dalam beberapa jam. Ini saja sudah merupakan keajaiban. Apalagi untuk naik ke Sidratul Muntaha.

Dalam banyak hadits shahih diterangkan bahwa dalam isra mi’raj Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu para Nabi. Mereka menyambut dan memuliakan Rasulullah ﷺ. Sebagai bukti bahwa Rasulullah ﷺ adalah pelanjut kafilah para Nabi dan penutup mereka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendapatkan perintah shalat wajib dalam Isra Mi’raj ini. Di sinilah salah satu keistimewaan shalat; jika ibadah yang lain diwajibkan melalui wahyu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di bumi, maka untuk mewajibkan shalat Allah subhanahu wa ta’ala memanggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke langit. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa semula shalat itu diwajibkan 50 waktu, yang kemudian menjadi 5 waktu.

Juga, dalam perjalanan isra mi’raj itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga diperlihatkan nikmat surga dan azab neraka; yang semakin mengokohkan beliau dalam mengemban dakwah berikutnya.

The Aftermath

Esok harinya sepulang dari Isra Mi’raj, Makkah menjadi gempar ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallammenceritakan Isra Mi’raj yang dialaminya. Orang-orang kafir seperti Abu Jahal semakin menjadi dalam mengejek beliau. Bahkan sebagian orang yang telah masuk Islam menjadi murtad setelah mendengar peristiwa itu. Iman mereka tidak sampai di sana. Demikian pula akalnya.

Namun tidak demikian dengan Abu Bakar radhiyallahu anhu. Ketika orang-orang menyampaikan berita Isra Mi’raj padanya, Abu Bakar radhiyallahu anhu hanya bertanya: “Apakah benar itu dari Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” ketika dijawab benar, Abu Bakar menimpali, “Kalau itu dikatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, pastilah benar adanya!”. Demikianlah keimanan Abu Bakar radhiyallahu anhu yang luar biasa, selalu membenarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga sebagian ulama berpendapat sebab peristiwa inilah Abu Bakar radhiyallahu anhu digelari Ash-Shidiq.

Tidak ada yang lebih indah dari rencana Nya. Kita sebagai manusia harusnya jauh lebih besyukur atas doa yang tidak dikabulkan karena sesungguhnya Ketika itu Allah subhanahu wa ta’ala langsung memilihkan pilihan hidup kita dan tentu itu baik.

Hadiah atas perjuangan kesabaran Nabi Muhammad ﷺ dari Allah subhanahu wa ta’ala benar-benar dapat mengisyaratkan kasih Nya yang tak terhingga. Dari peristiwa ini pula juga kita belajar bahwa, tidak semua hal harus menjadi masuk akal untuk menjadi benar.

Banyak hikmah yang dapat kita petik dari perjalanan Isra’ Miraj Rasulullah ﷺ ini. Seperti praktek sholat sesuai contoh Rasulullah ﷺ yang baik dan benar menurut syariat, sunah – sunah seperti Sholat Tahyyatul Masjid, Kesabaran akan cobaan dari Allah subhanahu wa ta’ala, dsb.

Faktanya, banyak pendapat ulama mengenai kebenaran kisah perjalanan Isra’ Miraj Rasulullah ﷺ ini. Seperti periode kejadian, Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra’ Miraj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra’ Miraj.

Walaupun begitu, kita sebagai Muslim wajib mengimani nya dengan terus-menerus memperbaiki diri kearah yang lebih baik sesuai syariat islam.

Bismillah, Yuk bisa Yuk!

Sources :

https://bersamadakwah.net/10-fakta-isra-miraj-yang-perlu-anda-tahu/

https://jateng.inews.id/berita/kisah-isra-miraj-perjalanan-nabi-muhammad-saw-dengan-buraq-menembus-langit-7

https://www.suara.com/news/2021/03/07/204549/perbedaan-isra-dan-miraj-peristiwa-penting-dalam-sejarah-islam?page=al

https://muslimhands.org.uk/latest/2019/04/al-isra-wal-mi-raj-the-story-of-the-miraculous-night-journey

 
 
 
 

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *