Then Things Started to Fall Apart…
Setelah Covid-19 dinyatakan sebagai sebuah pandemi oleh WHO di awal tahun 2020, seluruh dunia bagaikan film Zombie dari Hollywood. Chaotish.Kota-kota bagai tak berpenghuni, Penerbangan banyak yang ditunda, masyarakat melakukan Panic Buying di supermarket besar milik internasional maupun toko-toko swalayan milik lokal. Kurva index IHSG pun merosot karena banyak investor-investor dari luar negeri yang berhamburan hengkang dari Indonesia karena bersamaan dengan melonjaknya kasus per daerah.
Banyak dari perusahaan kecil maupun besar yang terpaksa harus memecat paksa karyawan-karyawannya karena makin hari angka korban makin meningkat. Dan harapan untuk mempertahankan mereka, semakin menipis. Semua orang dikelabui rasa takut. Saya ingat pernyataan salah satu pramugari dari airlines nomor 1 di dunia, dia merawi “Harusnya saya sudah di Dubai 2 minggu ini. Kemarin perjalanan terakhir saya ke Singapura. Pesawat hanya beroperasi 30%. Hati saya hampa setiap melewati aisle cabin” tuturnya menunduk seraya memainkan cincin di jari manisnya “saya juga harusnya menikah tahun ini. Tapi tak ada biaya. Lucu sih, mau darimana juga?” lanjutnya dengan tertawa lirih.
And that’s when I learned another important lesson about life
Menjadi ikhlas itu memang hak setiap insan. Tapi kemudahan hanya milik Allah. Namanya Shilla. 26 Tahun. Sudah bekerja sejak umurnya masih 18. Seorang yang ramah namun beringas. Cobaan bertubi-tubi ini ia terima dengan lapang dada. Katanya malu terhadap hidup yang sudah menyiapkan segala. “Malu ah, udah dikasih hidup sama Allah dengan tujuan kok malah ngga mau bertujuan. Kesempatan bernafas itu harga mati. Ngga sama, sama duit.” Ujarnya sambil memainkan teleepon genggam di tangannya.
Rupanya Shilla sekarang sedang merambah dunia bisnis eskpor-impor bersama rekan kerjanya dulu. Tidak besar, ungkapnya. Namun menyenangkan, bisa menemani hari-harinya agar dapat tetap produktif. Shilla menjelaskan bagaimana flow business nya bekerja. Rupanya ia tidak punya stock. Katanya asal-usul business ini pertama kali dilakukan oleh salah satu peerusahaan ritel besar di Amerika bernama Compucard, di mana mereka mencatat produk – produk yang ada di Gudang milik perusahaan besar lain untuk nantinya mereka masukkan ke dalam katalog milik mereka sendiri dan dijual dengan harga lebih tinggi kepada konsumen mereka.
Jadi apabila ada konsumen yang memesan katalog milik Comp-U-Card, maka pihak CompuCard akan memesan barang tersebut ke Gudang milik perusahaan besar ini untuk kemudian dikirimkan langsung dari Gudang ke alamat konsumen.
Metode ini terbukti sukses besar, ungkap Shilla dan akhirnya dianggap sebagai salah satu bisnis modern yang kita kenal sebagai Dropship.
That’s when things fall into places.
Shilla merasa metode Dropship ini sangat menguntungkan untuk alternatif pemasukkan selama tahun 2020. “Peminatnya banyak” tuturnya “Dan saya bisa menghemat uang Gudang. Untuk permulaan saya hanya menjual 3 jenis barang. Sekarang ada 5. Lumayan lah”
Karena terbiasa terbang kesana kemari, rupanya Shilla sering memperhatikan peluang bisnis. Ia selalu menanyakan ke teman-teman nya apakah mereka ingin menitip sesuatu dari negara yang sedang ia kunjungi. Seperti parfum, tas bermerek, lilin aromaterapi dan skin care yang umumnya barang-barang ini tidak masuk ke Indonesia. 80% customer nya perempuan. Shilla konstan membatasi pemesanan agar koper bawaanya tidak overweight saat pulang. “Itu bisa jadi trick business, loh. Jadinya customer, kita kasih tenggat waktu. Karena tenggat waktu ini deh demand-nya naik, jadi kadang berebutan. Saya juga biasanya kasih diskon buat pembeli tetap atau buat 5 pembeli pertama. Seru deh. Awalnya keluarga deket saja. Terus jadi kemana-mana, sampai tetangga teman saya ikutan beli. Saya terinspirasi dari sini, makanya memutuskan untuk lanjut bisnis ini.” Ungkapnya.
So, What is Dropshipping? And how does it Work?
Menurut para ahli ekonomi Dropship merupakan proses pengiriman barang yang dilakukan oleh produsen, manufaktur atau supplier, secara langsung ke pengguna akhir alias konsumen, meskipun pemesanan tersebut dilakukan oleh pihak perantara, yang pada umumnya adalah toko ritel atau toko online.
Kemudian secara harfiah tulisan, menurut Merriam-Webster sebuah perusahaan publishing terkenal di Amerika yang prominen dengan kamusnya mengatakan bahwa, istilah ini sudah ada sejak tahun 1926 yang berarti “Drop” menjatuhkan sementara “Ship” mengirimkan.
Shilla menjelaskan bagaimana sistem dropship ini bekerja di perusahaan kecil miliknya. Ia juga menuturkan betapa bahagianya ia bisa memperkerjakan orang lain di masa-masa sulit ini. “seneng banget bisa bantu. Apalagi janda-janda anak 2. Pengeluaran banyak tapi cuman bisa mengandalkan satu sumber pemasukkan saja. Itu juga jarang. Enak bisnisnya, bisa darimana aja. Sama-sama menguntungkan lagi” singkatnya bercerita.
Di perusahaan kecilnya, Shilla hanya menjual 5 jenis barang. Antara lain Skin Care, lilin aromaterapi, tas bermerek, snackdan barang elektronik. Semua ia dapatkan dari vendor yang berbeda-beda. “Moslty barangnya saya ship dari US. Ada juga yang dari Australia atau Jerman. saya juga sometimes memberikan peluang untuk mereka yang mau request barang. Tapi tentu ini jarang-jarang. Kalau sering-sering bisa rugi” jelasnya. “Kemudian setelah saya pesan barangnya dari vendor,saya langsung input alamat tujuan customer. Sudah deh, simple banget.”
Kalau smartFOLKS masih bingung, mari saya bawa smartFOLKS ke dalam alur dropshipping melalui gambar berikut ini :
No Pain No Gain..
Begitulah kata para motivator dunia. Rasa sakit itu sementara, namun hasilnya tak akan lekang oleh waktu. Setiap kehidupan merupakan fase penyempurnaan. Kalau dalam dunia business kita menyebutnya osbtacles atau rintangan.
Bisnis Dropship mempunyai beberapa tantangan yang harus dipersiapkan sebelum memulai. Selain mental, wajib bagi seluruh Dropshipper untuk mengindentifikasi ide. Kemudian merancang rencana dan membaginya menjadi beberapa strategi. Nantinya strategi ini akan diimplementasikan pada setiap alur Dropshipping. Bagi Shilla tantangan tersulit dari bisnis ini adalah mencari supplier atau vendor. “Cari supplier hampir membuat saya nyerah. Karena kebutuhan setiap perusahaan kan beda-beda, sehingga menimbulkan karakterisitik customer yang beda-beda juga. Jadi saya kesulitan menemukan supplier yang cocok. Tapi sulit belum tentu nggak bisa, kok. Jadi biasanya saya semalam suntuk nelfonin vendor buat kerjasama”
Berikut saya singkat untuk smartFOLKS, beberapa tantangan bisnis Dropship yang akan memudahkan smartFOLKS dalam memulai :
- Mencari supplier berkualitas, baik secara produk, layanan pelanggan maupun pengiriman
- Merancang proses bisnis yang tepat, mulai dari alur promosi, penjualan, pemesanan, hingga kepentingan shipping
- Menentukan Margin Profit atau keuntungan supaya tetap bersaing namun tidak membuat rugi perusahaan
- Bersiap menghadapi kendala pengiriman pesanan, mulai dari ongkos kirim hingga mengawasi proses pengiriman sampai tujuan
- Memasarkan produk yang dijual dengan metode dropship. Tawarkan ke teman – teman sekitar kita untuk berbisnis juga.
Konon karena modal yang sedikit bisnis ini sangat baik untuk pemula. Siapa saja bisa melakukan ini, sambil liburan, nonton film bahkan sambil nyuci piring. Bisa kita simpulkan juga bisnis dropship ini bisa dijadikan alternative pemasukkan pada masa pandemi. Bagaimana, tertarik?