The Power of Faith

Tulisan ini adalah artikel ringan, karenanya jangan –terlebih dulu- memvonis fikiran kita untuk sulit membaca hal yang terlampau berat, karena ‘pengaruh’ tema diatas, yang seolah-olah terlihat berat. Baiklah, masa-masa menjelang keberangkatan haji seperti saat ini, hampir dipastikan semua penyelenggara haji sedang, akan, atau telah mengadakan manasik haji, tiada lain goal setting-nya untuk lebih memahami bagaimana melaksanakan tuntutan haji dari semua aspek. Baik masalah fikih, filosopi dan teknis penyelenggaraan haji. Semuanya menjadi modal dasar bagi para calon Haji untuk melakoninya. Dalam kaitan itu, saya ingin sedikit membahas epilog pelaksanaan haji setelah proses-nya paripurna. Usainya pelaksanaan haji, sering diiringi dengan sebuah rasa, baik berupa keraguan ataupun keyakinan apakah ibadah hajinya mabrur atau tidak. hal inilah –sejatinya- yang akan menjadi peluang besar dalam merevolusi diri kita setelah pelaksanaan haji. Ketika kita ragu akan ke-mabruran haji kita, maka kebalikannya adalah bahwa kita meragu dengan apa yang ALLAH janjikan, disanalah detik-detik penghancuran rasa kita pada sebuah ibadah paripurna. Yakni tentang masalah keyakinan.

“Sesungguhnya Aku bersama prasangka hamba KU”- begitu Firman ALLAH dalam hadist qudsi-NYA. Betapa tidak, ketika kita memiliki prasangka yang ‘ngambang’ atau terkesan ragu-ragu terhadap pelaksanaan ibadahnya, ragu-ragu apakah ALLAH menerima hajinya, dan semua tentang rasa syak (penuh dengan keraguan), maka potensi hilangnya pahala Mabrur dalam haji kita akan sangat besar. Disanalah perlunya kekuatan tentang rasa YAKIN bahwa ALLAH akan menerima ibadah hajinya. Itu semua tentang ‘Keyakinan’! Karena ketika kita yakin akan semua itu, maka dengan Karunia-NYA Mabrur telah tergapai. Insya ALLAH

Saya sedikit menganalogikan dengan sebuah kisah simple. Tahukah kita, kenapa anak kecil tertawa disaat kita melempar atau mengayunkan dirinya ke atas (?) Jawabannya, karena ia tahu dan yakin bahwa kita pasti akan menangkap dirinya dan tidak akan membiarkannya jatuh. Itulah tentang keyakinan.

Seperti halnya ketika kita benar-benar yakin kepada ALLAH, sekalipun keadaan buruk ‘melemper kita’. Kita sangat yakin kasih sayang ALLAH pasti akan ‘Menangkap kita’ sebelum kita semua terjatuh.

The Power of Faith, -bagi saya- sangat simple namun menjadi bassic dalam mengarungi segala ibadah terhadap-NYA. terlebih pelaksanaan haji yang menjadi ibadah paripurna keislaman kita.

Related Post

Malaikat Penolong

Malaikat Penolong

“Allahu Akbar! Tolong ya Allah, ya Rabb” Teriakku berusaha berdiri dari lautan manusia berihram putih…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *