Selamat datang di dunia nyata. Dimana persaingan usaha sedemikian ketat. Inovasi bukanlah barang baru yang sulit ditiru. Para Follower bahkan mampu membuat tiruan yang lebih unggul dari sang Leader. Walhasil sebuah penemuan menjadi standar baru industri yang menguntungkan customer sebagaimana ATM dan Internet banking di dunia perbankan, sebagaimana android dan wifi dalam industri IT dan telekomunikasi. Sungguh indah dunia usaha apabila setiap perusahaan berlomba ber-inovasi yang akhirnya menjadi ikutan bagi perusahaan-perusahaan lain. Bukankah Rasulullah bersabda; “Barangsiapa memulai perbuatan baik di dalam Islam, maka baginya pahala dari kebaikannya dan pahala orang-orang yang mengikuti kebaikannya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun. (HR; Muslim).

Persaingan baru sampai pada tahap membahayakan saat kedengkian, dendam, dan kebencian merajalela. Bila mana hasrat untuk menghancurkan lawan menjadi panglima para pengambil keputusan. Berbagai cara dilakukan demi tercapainya keinginan yang sesat. Mereka yang bermain di ‘akar rumput’ Cuma dapat melihat dengan kacamata kuda, karena siapa saja yang berani menggaji lebih tinggi, memberikan ketenangan bekerja dan kepastian karir, merekalah yang diikuti, (meski itu semua hanya bualan sesaat). Dan ternyata semua itu adalah perangkap hanya untuk dijadikan alat bagi skenario besar persaingan industri ber-aroma kedengkian. Dan akhirnya penyesalan memang selalu ada di akhir setiap kisah kehidupan.

Bagi mereka yang menjadi korban kedengkian, yakinilah bahwa Allah adalah Dzat yang tidak tidur. Setiap helai daun yang berguguran adalah atas sepengetahuan dan perkenan-Nya. Meskipun seluruh makhluk di muka bumi berkumpul merancang siasat dan tipu daya, tiada yang dapat mengalahkan kehendak-Nya. Dia akan melindungi siapa saja yang berikhtiar mencari nafkah, membangun bisnis, mengejar keuntungan, dengan berharap ridha Allah semata.

Pernahkah terbayang dibenak para pendengki, bahwa sebuah perusahaan terdiri dari berbagai komponen yang kompleks. Sejatinya ia menjadi tumpuan nafkah bagi karyawan, keluarga, supplier dan mitra-mitranya, serta kebanggaan bagi customer dan lingkungannya. Sebuah kedzaliman luarbiasa bila manuver persaingan bisnis menggulung harapan dan cita-cita sedemikan banyak orang. Bila gempuran ini disadari, mereka akan berjuang mempertahankan tempat dimana selama ini mereka bernaung.

Bila kedengkian menggurita, lantas dimanakah jalinan persaudaraan, pertemanan, dan ke-Islaman, sesama kita. Lantas apakah sebenarnya yang kita cari di dunia yang fana ini. Sedangkan kampung akhirat adalah sebuah keniscayaan atas apa yang telah kita perbuat di dunia. Kemanakah ujung dari Strategi bisnis, marketing, prosedur, CSR, IT, dan segudang seluk beluk perusahaan ? Bukankah akhirat adalah ujung dari segala urusan dunia. Yah’ Begitulah follower yang terkadang lupa bahwa ia hanya sebagai pengikut.

Al-Azhar BSD Bimbing Manasik Golden Age

Serpong-Banten
Ada yang berbeda pada sabtu (17/12) kemarin di Sekolah Al-Azhar BSD, kawasan kota mandiri (samping taman kota) itu seolah bergema dengan beberapa kegiatan di pagi hari. Tepatnya dari halaman, aula masjid hingga lapangan sekolahnya disesaki ratusan pengunjung. Dari mulai acara Fun Bike meramaikan gema Muharram, resepsi pernikahan di Aula masjid, hingga acara manasik haji ratusan anak TK Al-Azhar BSD. “Luar biasa…manasik haji anak-anak TK kali ini”, gumam seorang satpam yang setia melayani keluar dan masuk kendaraan di area parkir. Betapa tidak, tenda-tenda moncong putih laiknya di Mina sudah bertengger dengan pernik dan khas tanah suci. Kerjasama antara Cordova dengan TK Al-Azhar BSD pun semakin erat ketika peserta didik dibimbing bersama oleh muthawif dan guru-guru TK. Semua etape laiknya seorang haji dan hajjah, mereka (anak-anak TK) perlihatkan dengan mimik yang teramat lucu. Bermain sambil berkenalan dengan rukun Islam ke-5 itu, berjalan dengan riang gembira. Tentunya property yang disiapkan pun sesuai dengan dunia mereka. Di samping tenda Mina, tersedia photo booth yang menggambarkan tanah Arab dengan beberapa boneka unta besar yang bisa ditumpangi. Mereka bersama orangtuanya terlihat asyik dan menikmati suasana arab dadakan di sekolahnya.

Malaikat-malaikat kecil itu memulai manasik menggunakan kain ihram yang dikenakkan langsung sejak dari rumahnya masing-masing. Melangkah bertalbiyyah ditemani ayah maupun bunda. Semuanya sama, putih dan bersih. Mendayuh gelora rasa setiap orang yang menyaksikannya. Berbalut ihram dan pakain putih bagi anak perempuan, membuat hati terharu bercampur bangga. Meski –sesungguhnya- konten dan filosopi mengenai haji sulit dipahami anak usia dini, namun pengenalan tempat-tempat suci, dan kaidah simple mengenai rukunnya umat Islam, akan selalu diingat dan terngiang dalam cakrawala pikirnya yang polos. Mereka diarahkan bak gelombang air yang disalurkan ke tempat-tempat mengalir, akan menuju kemana air itu, tergantung bagaimana masa golden age itu diarahkan.

TK Al-Azhar memiliki peran yang teramat mulia, mereka (para guru dan perangkat sekolah lainnya) menjadi pemegang kunci masa depan makhluk-makhluk suci. Partner yang juga paling dominan dalam membentuk dan membimbing mereka –tentunya- adalah orangtua dan wali murid yang dengan sadar bahwa masa-masa seperti saat itulah yang sedikit banyak akan mempengaruhi langkah hidup mereka kelak.

Seperti yang banyak kita ketahui, pada usia 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi. Itulah masa-masa dimana perkembangan fisik, mental maupun spritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak orang yang menyebutkan masa tersebut sebagai masa-masa emas seorang anak (golden age).

Dengan demikian, manasik ini menjadi suatu yang sangat berarti dan akan teringat dalam memorinya. Mereka akan ingat bagaimana seorang yang berhaji harus menggunakan kain ihram bagi laki-laki, wanita menggunakan baju putih bersih, meski belum saatnya mengetahui apa filosopi dibalik itu. Mereka juga akan sangat teringat bagaimana cara thawaf di Baitullah, dan sya’i di bukit Shofa dan Marwa, meski baru hanya sekedar simulasi atau permainan yang menyenangkan berputar-putar.

Subhanallah… bagi kita yang memiliki anak usia golden age seperti anak didik di Al-Azhar, lalu menyaksikan langsung bagaimana riang mereka melakukan ritual manasik haji dengan semangat talbiyyah yang merona dalam setiap ucap bibirnya, melangkah dengan gontai khas anak, tertawa, tersenyum, menatap dan melambaikan tangan kepada kita. Spontan, meski mata tak berlinang air, hati dan jiwa yang kan bergetar bangga dan haru. Makhluk sekecil itu sudah sangat merindukan Baitullah…

Seperti biasanya, untuk mengawali langkah baru di awal tahun baru Islam bukanlah hal yang terlalu menarik untuk didiskusikan. Mengapa (?) Karena hampir disetiap peralihan tahun baru, baik Masehi maupun Hijriyah, setiap kita selalu memiliki harapan lebih baik dalam melangkah. Beralih dari hal tidak baik menuju yang lebih baik, dari kondisi menjenuhkan pada situasi yang penuh dengan inspiratif. Dan dari hal-hal yang berbau usang menuju kondisi serba anyar pula. Pola kerja, sistem kerja, dan hal-hal “kata kerja” inilah yang terlampau usang untuk dibicarakan. Tetapi yang patut dijadikan inspirasi dalam mengawali tahun baru justru berada pada kata sifat “Semangat.” Yah, bagaimana konteks semangat itu dapat menguasai setiap jejak yang akan terpijaki. Bukan hanya diawal tahun baru tentunya semangat itu harus tetap terjaga. Tetapi menjadikan tahun baru sebagai momentum Re-Charge Semangat Baru adalah sesuatu yang sejatinya berkobar di setiap mengawali tahun baru. Jika semangat telah terpatri, maka apapun yang dikerjakan akan sangat mudah dan penuh dedikasi. Itulah kenapa Umar bin Khattab mencetuskan ide pembuatan kalender Hijriyah, sepenuhnya karena dilandasi semangat keislaman yang sangat kuat.

Begitu pula dengan Sultan Shalahudin Al-Ayubi, ketika menjadi Panglima perang Islam saat menghadapi kaum salibis, ia membakar semangat umat Islam yang pada saat itu terkesan berada pada titik stagnan. Sultan Shalahudin menabuh perang dengan mencetuskan sebuah perayaan ‘Maulid Nabi’ yang tak pernah ada sebelumnya. Dengan perayaan itu, Sang Sultan berharap semangat Umat Islam kembali naik dengan mengenang sekaligus merefleksi bagaimana perjuangan Rasulullah dalam menegakkan agama Islam. Begitu juga dengan Panglima Thariq bin Ziyad yang mampu menguasai Spanyol dengan membakar satu-satunya kapal laut milik umat Islam setelah di kepung oleh tentara Nasrani di pesisir pantai. Ide pembakaran itu tiada lain mengobarkan semangat juang tentara Islam untuk menghadapi musuh yang sudah di depan mata. Walhasil Islam berhasil masuk dan menguasai Andalusia.

Sejarah dan pembelajaran di atas, tentunya mengandung hikmah yang sangat dalam di mata umat Islam. Betapa pentingnya mencipta dan memelihara semangat, karena tanpa semangat, mustahil Islam akan berada di belahan bumi yang secara letak geografis sangat sulit tuk disinggahi.

Jika kita kaitkan makna hijrah dengan konteks kekinian khususnya Indonesia, apa yang dilakukan Rasul ‘yakni hijrah dari Mekkah ke Madinah’ mungkin tidak perlu kita lakukan, tetapi jelas hijrah mengandung hikmah yang luar biasa. Beberapa ulama menjelaskan bahwa makna hijrah adalah; meninggalkan negeri/daerah (syirik) menuju negeri tauhid, meninggalkan kondisi bid’ah menuju kondisi sunnah, serta hijrah (meninggalkan) kondisi yang tidak baik menuju kondisi yang relatif baik atau terwujudnya amalan yang baik sama sekali.

Setidaknya hijrah yang dilakukan berkaitan dengan hijrah nafsiyah (individu) dengan berusaha menjauhkan diri dari melakukan perbuatan yang menyimpang dan berusaha memperbaiki diri untuk bersih dari segala perbuatan kotor, sehingga hati, jiwa dan raga serta segala perbuatan menjadi suci. Setelah itu mulailah dengan berusaha menghijrahkan keluarga, kerabat, tetangga, lingkungan dan masyarakat sekitar, hingga pada akhirnya membentuk komunitas yang siap melakukan hijrah secara utuh dan keseluruhan.

Sehingga, benarlah pendapat yang mengatakan bahwa hijrah adalah momentum perjalanan menuju tegaknya nilai-nilai Islam yang membentuk tatanan masyarakat yang baru, yakni masyarakat Islam.

Agar tidak hilang dan percuma begitu saja, kami akan selalu menjadi ‘pemungut’ serakan ilmu yang abadi dan bermanfaat di suatu saat nanti. Jika Anda kurang mengerti apa maksud dari awal tulisan ini, maka baiknya coba membaca postingan artikel sebelumnya ‘Today For Tomorrow’. Setelah jelas maksudnya, maka Anda akan paham, bahwa serakan ilmu yang dimaksud itu adalah status profile dari sosok yang kami banggakan. Dalam dan merangsang otak untuk belajar memahami apa yang ia maksud disetiap status yang diposting dalam BBM-nya. Kala itu tulisannya adalah ‘Sky to Sky’ –yang- mungkin saat ini sudah berubah lagi. Sebelum saya menanyakan langsung apa maksud Sky to Sky, saya coba mengeksplor seharian untuk mencari tahu apa yang ia maksud ‘dari langit ke langit’. Rasanya sulit untuk dimengerti, meski dibantu klu dengan gambar gumpalan langit, tetapi pikiran saya –tetap- tidak bisa menjelajahinya. Padahal jawabannya sangat simple, yang dimaksud sky to sky adalah pikiran dan –tentunya- ide sebagai buah dari pikir yang harus seluas dan sedalam langit. Dalam dan luasnya laut tidak sedalam dan seluas langit. Secara tidak langsung, status itu mengajarkan kita untuk terus berpikir tanpa henti, mendalami segala arus yang berkecamuk dalam riak alam pikir. Karena satu-satunya yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah pikiran.

ALLAH SWT menciptakan sesuatu selalu berpasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada langit dan juga bumi. Posisi otak diatas, sedangkan hati berada di bawah. Sangat logic bila sky to sky adalah perumpamaan luasnya domain otak untuk berpikir. Jika kita andaikan otak itu langit, maka hati adalah bumi. Di langit ada petir berbentuk listrik, sedangkan di bumi terdapat medan magnet, karena penetral listrik yang baik adalah bumi. Hubungan antara otak dan hati sangat erat, karena keduanya memegang peranan penting dalam segala aktivitas hidup.

Otak merupakan simbol pengetahuan, kecerdasan dan kekuasaan. Sedangkan hati adalah simbol kebajikan. Bila otak selalu di atas, maka hati menariknya ke bawah, tujuannya agar manusia selalu mengingat asal-muasalnya yang terbuat dari tanah dan akan kembali ke tanah. Adakalanya posisi otak dan hati selaras, kita dapat menjumpainya ketika seorang hamba bersujud sewaktu shalat. Jika kita lukiskan hubungan itu, suatu hubungan yang sangat bersahaja. Hal ini tercipta karena seorang hamba bersujud merendahkan dirinya. Bahkan, merendahkan dirinya sampai ke titik nadir di hadapan sang Khalik. Penyerahan yang ikhlas ini menunjukan betapa tidak berdayanya manusia di saat tengah bersujud di hadapan ALLAH Yang Maha Tinggi.

Dari ‘Sky to Sky’ kita dapat menjelajah, betapa peranan otak, dalam hal ini pikiran, mampu menciptakan segala hal yang diinginkan manusia untuk melakukan apa saja. Buah karya yang akan dinikmati oleh jutaan manusia selalu bermula dari lintasan pikir. Ia (otak) tidak akan bekerja, jika kita sengaja mengubur kreativitas otak dengan malas untuk (dipaksa) berpikir. Dari ‘Sky to Sky’ mengajarkan kita, bahwa otak itu harus dibuat bekerja agar pikiran ini menjadi tajam. Otak ibarat raksasa, karena dengan otak, manusia bisa membuka sedikit demi sedikit rahasia alam semesta. So’ mari bersama belajar untuk tidak membiarkan otak menjadi malas, karena raksasa itu sudah harus dibangunkan kembali.

Untuk beberapa saat lagi, seluruh jemaah haji akan merapat pada satu titik ‘penentu’ di ranah yang teramat suci. Birokrasi Kementrian haji Saudi Arabia pun melakukan ‘closing date’ bagi jemaah bervisa haji pada esok hari pukul 04.00 waktu setempat. Semua perjalanan dari Jeddah menuju Madinah tidak diperkenankan lagi, pun demikian dari Madinah menuju Makkah besok adalah hari terakhir. Jemaah semua diarahkan memasuki kota Makkah, untuk bersiap melakoni essential journey dalam perjalanan haji. Semua pantauan mata tertuju pada satu titik yang teramat saklar dalam perjalanan haji. Sebuah inti dari perjalanan haji, jantung dalam pelaksanaan haji, samudra dari segala gerak yang terlangkah, dan ruang yang tiada batas dalam pelebur segala nista. Ia menjadi semacam oase ditengah dahaga jutaan dosa yang membelenggu. Penantian kala tujuh langit terbuka, dan gelombang yang menggetarkan Malaikat penyangga Arsy. Saat itu, airmata menjadi permata yang tiada bandingannya, serta penyesalan akan melenyapkan semua dosa yang telah mengkelamkan jiwa. Amazing moment!

Haji adalah perwujudan perjalanan napak tilas. Pertama napak tilas tempat dan yang kedua adalah napak tilas perjalanan spiritual Nabi Ibrahim. Napak tilas tempat ditunjukkan dengan penyelenggaraan ibadah yang dilakukan di Mekah dan sekitarnya, tanpa bisa digantikan tempat lain dalam keadaan bagaimanapun. Karena disana lah berdiri rumah suci Kabah atau Baitullah dimana semua doa akan dikabulkan. Napak tilas kedua adalah berbagai ritual, semacam sa’i antara Shafa dan Marwah yang dirujuk dari kisah Siti Hajar. Ritual ini adalah refleksi bahwa manusia harus berusaha dan bekerja tidak sekedar menengadahkan tangan berdoa dan seolah-olah semuanya akan dijatuhkan ALLAH dari langit. Sebagai penyempurna dari perjalanan itu adalah Wukuf atau berhenti untuk berinstropeksi, berdoa dan menyesali segala kehinaan diri. Inilah yang akan menjadi penentu dari semua perjalanan haji.

Adapun setelah itu adalah ritual awal perjalanan hidup kembali. Bagaimana menjaga kunci pintu surga, untuk tidak kembali direbut oleh iblis. Maka ritual yang dilakukan adalah pendekatan dan penyerahan diri dengan melakukan –thawaf- Ifadhoh dan melempar jumroh sebagai simbol perlawanan kepada iblis durjana untuk mendekap apa yang didapat saat wukuf berlangsung.

Meski menjadi ‘puncak’ dalam pelaksanaan haji, wukuf tidak semata menjadi ibadah individual dan tujuan terakhir melakoni rangkaian haji (final goal). Alumnus Arafah harus menjadi penyemangat dalam mobilitas vertikal, yang bertujuan agar manusia menjadi terbuka mata hatinya (be aware) terhadap kekuasaan ALLAH SWT yang Maha Agung. Tidak malah menjadi diri merasa agung diantara manusia yang belum merasakan bagaimana edukasi wukuf di Arafah. Ia telah siap melakukan recovery dan revolusi diri atas mentalitas demi kemaslahatan manusia yang lebih luas.

Wukuf sudah pasti akan memapah manusia kembali pada fitrahnya. Sebuah proses ritual penghapusan dosa dan pertaubatan ideal. Semua akan kembali bermula dari Arafah. Untuk semua jemaah haji yang kini sedang menanti “The Essential Journey” termasuk smartHAJJ Cordova, semoga selalu diberikan kesehatan, keikhlasan dan kelancaran dalam memperjuangkan raihan kunci surga sebagai kunci utama kehidupan manusia.

Selalu ada hal yang menarik ketika saya memperhatikan status profile dari list contacts BlackBerry, terlebih status itu berasal dari orang yang sangat saya kagumi. Di dalamnya, banyak pembelajaran yang tak pernah ditemukan di ruang-ruang publik, dan teramat sayang jika dilewatkan begitu saja. Karena, setiap berapa waktu, status itu akan terganti oleh kalimat lain yang maknanya tak kalah dahsyat dari sebelumnya. Jika dikumpulkan, saya yakin, ‘catatan sakti’ itu akan menjadi buku kehidupan yang akan berharga bagi generasi setelahnya. Goresan yang mewakili pikirannya melalui status itu, membuat influence positif bagi setiap orang yang melihat, menelaah dan mempelajarinya. Malam itu, -seperti biasa- saya selalu melihat setiap status yang terpampang dari list contacts BBM. Seketika, jari tangan saya berhenti sedikit lama melihat apa yang ditulis oleh sosok yang kerap membuat kagum dengan ide dan joke-joke segarnya. Sederhana namun sangat dalam. Jika dibaca hanya dengan mata telanjang, sekilas tidak ada yang spesial dari apa yang ditulisnya. Tapi cobalah sedikit meluangkan waktu untuk lebih mendalami tulisan itu. Apa yang melatarbelakangi tulisan itu, bagaimana perasaanya ketika itu dan tentunya apa makna tulisan “Today for Tomorrow” itu. Makna tentu berbeda dengan arti, karena untuk memaknai kalimat tersebut, kita harus sedikit memberikan ruang pikir untuk mendalaminya. Tidak hanya sebatas mengartikan.

Setiap membuka lembaran hari, selalu ada tekad baru, semangat baru dan harapan baru untuk terus merayakan hidup. Hari esok kan tiba karena hari ini ada. Menjalani kehidupan di hari ini untuk bekal di hari esok. Jujur, saat saya melihat status itu, saya hanya terfokus pada kalimat yang tertera, tidak dengan image yang beliau padukan dengan kalimat statusnya. Setelah dijelaskan olehnya, bahwa setiap menulis status, ia senantiasa melaraskan dengan image atau photo yang menopangnya, maka kini sangat jelas bahwa apa yang dirangkainya semakin mudah memahami apa maksud yang diinginkannya.

Yah, image itu menggambarkan hitungan jarum jam yang tiada akhir. ‘Langkah hidup’ yang terus berjalan. Jam itu menunjukkan untuk sesuatu yang tak pernah habis, meski oleh kematian. Karena memang perjalanan tidak akan henti hanya oleh sebuah kematian. Ruh akan terus berjalan menembus ruang yang tak pernah kita rasakan sebelumnya. Makna today for tomorrow inilah yang lebih mendeskripsikan tentang pentingnya perjuangan di hari ini. Sebelum esok tiba, hari inilah yang menjadi penentu esok seperti apa.

Hingga mentari esok hari terbit, kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Kita tidak bisa melakukan apa-apa esok hari. Kita tidak mungkin sedih, atau ceria di esok hari. Karena esok belum –tentu- ada kita dunia, meski pasti esok kan tiba. Namun hari ini kita dapat mengerjakan lebih banyak hal di hari ini, tentunya jika kita mampu memaafkan hari kemarin dan melepas segala ketakutan pada esok hari.

Today For Tomorrow, menjadikan hidup semakin bermakna. Persiapan menyambut esok adalah suatu yang logis untuk setiap manusia yang akan berlanjut pada tahapan hidup selanjutnya.

Thanks’ ‘status saktimu’ selalu memberikan arti untuk kami. Semoga setiap ‘esok’ tiba kita selalu berada dalam kebersamaan. Merangkai hidup melalui detik waktu yang tiada henti. Bisa saja, setelah saya menulis artikel ini, status profile beliau telah berubah dan berganti dengan ‘pembelajaran’ berikutnya.

Sudah dua pekan lebih kiranya kami kembali menyaksikan bagaimana geliat rasa yang berlabuh dari sosok Bapak kami di Cordova. sebenarnya, bukan pertama kali kami saksikan ‘fenomena’ ini, karena memang setiap musim haji tiba, ia menjadi sosok yang benar-benar misterius, sulit tuk di terka, terlebih menampung asa yang bergejolak dalam pikirannya. Meletup-letup, fluktuatif bahkan cenderung memuncak ketika menyaksikan lengahnya kami dalam memberikan pelayanan terbaik untuk smartHAJJ yang teramat ia cintai. Tak peduli berhari-hari ia tak pejamkan mata di gelap malam, berhari-hari tak bersama keluarga, dan berhari-hari menenangkan rasa cemas yang menggurita disetiap gerak yang terlakoni. Mata yang telah sayu karena sulitnya merasakan lentangan tubuh dalam mimpi indah, menjadi aktifitas kesehariannya. Bagi khalayak ramai, mungkin suatu yang terlalu berlebihan, tetapi baginya, berpikir dan bekerja hingga ‘mengorbankan’ diri dan ‘keharmonisan’ rasa belum seberapa untuk menciptakan tujuan mulia para jemaahnya agar sayhdu, khusyuk, nikmat, bahagia dan mudah mendapatkan haji yang Mabrur.

Setiap tatapan, langkah dan gerak tubuhnya selalu mencerminkan ia orang yang tak mudah puas terhadap kinerja dan buah pikir yang terlalu flat. Datar, mendayu tak ber-irama bukan ritme yang ia tanamkan dalam sebuah event, terlebih menghantarkan smartHAJJ ke Baitullah. Bahkan ia akan menjadi sosok yang paling ‘mengerikan’ ketika melihat smartHAJJ-nya diperlakukan secara biasa, apalagi jika ditangani dibawah standar pelayanan yang selama ini ia bangun. Jemaah haji dan umrah adalah segalanya, bukan semata melebihkan atau men-dewa-kan mereka, tetapi –memang- sejak zaman azali nama mereka telah termaktub dalam Lahul Mahfudz sebagai tamu-tamu suci pilihan ALLAH SWT. So’ tiada alasan bagi siapapun menyiakan Kesucian mereka, termasuk raja Arab sekalipun hanya menjadi pelayan para haji di dua tanah suci (Khadimul Kharamain).

Setiap malam, dimana kami memulaskan rasa kantuk, justru ia kerap merangkai ide yang tiada batas. Merelakan raganya ‘tertusuk’ angin malam, batinnya teriris kesendirian, dan senyumnya terpendam keresahan. Gelisah jika kami tidak bisa memberikan pelayanan sebaik mungkin. Karena baginya, pelayanan tahun ini harus jauh melebihi tahun yang telah terpijak, begitu seterusnya.

Totalitas, integritas dan dedikasinya terhadap jemaah, tidak akan mungkin terlampaui oleh kami, sekalipun jika semua crew digabungkan ‘head to head’ dengan beliau.

Malam tadi, setelah memantau persiapan keberangkatan lusa hari. Dengan suara parau dan rasa sakitnya, beliau tak henti menuturkan kata ‘jemaah’ seraya berpesan ‘titip jemaah, layani mereka dengan maksimal dan rasa tulus’. Subhanallah…kami hanya berkaca, dengan batin penuh harap, semoga pengorbanan yang telah kau berikan menjadi sesuatu yang sangat berharga dan penuh keberkahan. Semoga rasa sakitnya segera diangkat dengan kesehatan yang sempurna. We know, u never Give up!

“Bekerjalah untuk dunia-mu, seolah-olah kau akan hidup selamanya. Dan berbuatlah untuk akhirat-mu, seolah-olah kau akan meninggal esok hari”, demikian pesan Nubuwah yang kerap menjadi motivasi setiap kita untuk selalu melakukan yang terbaik dalam setiap hal. Sebelum segalanya berakhir, maka tanamkan niat dalam jiwa, bahwa kesungguh-sungguhan lah yang akan membuahkan hasil yang sungguh-sungguh juga. Jika perjalanan haji tahun ini, kita jadikan seolah perjalanan akhir kita menuju Arafah, maka segala daya upaya akan menjadi prioritas utama dalam setiap langkah. Haji adalah Arafah, hadist shahih riwayat Ibnu Hibban itu sangat jelas menunjukan bahwa puncak ibadah haji sesungguhnya berada saat di Arafah. Semua aspek ‘Legalitas’ haji bermuara di sebuah padang nan luas. Seluruh jemaah berkumpul dengan kesatuan rasa dan kesamaan warna. Membentuk suatu lingkaran harmony diantara keragaman watak dan jiwa.

Demikian lah hari Arafah yang mampu menggetarkan bumi dan langit. Getaran dahsyat bergemuruh turut mengantarkan pujian ALLAH dihadapan malaikat atas hamba-hamba-Nya yang sedang wukuf di tanah Arafah. Hari Arafah, begitu banyak moment peng ’zero’an diri. Pembakaran dosa dan penghambaan jiwa menjadi rangkaian penggenap di hari Arafah. Air mata jutaan manusia membasahi setiap celah pungkahan tanah Arafah sebagai saksi ketakberdayaan. Simbol tauhid yang hanya meng-satu kan ALLAH semarak bergema di langit tak beratap. Langsung berada di hadapan-Nya, tak ada batas, tak ada sekat, tak ada jarak kita dengan-Nya.

Subhanallah…Demikianlah dahsyatnya hari Arafah, sehingga jutaan manusia rela berjubel menahan rasa panas, lesu dan kusut nampak kerutan di wajahnya, tanpa harus bermandi sabun yang serba harum. Namun disisi ALLAH, mereka adalah manusia pilihan yang memancarkan cahaya dari sinar raut wajahnya yang semerbak mengharumkan jagad raya.

Arafah, hari dan tempat yang sangat dinanti jutaan calon jemaah haji seluruh dunia. Tidak terkecuali bagi smartHAJJ Cordova 1432 H. Tak terasa, waktu yang dinanti kian mendekat mengharap sebuah preparation matang dalam merangkai perjalanan suci. Segala persiapan baik fisik maupun psikis sudah harus diperhatikan oleh setiap jemaah. Perjuangan medan haji tidak mudah, tetapi juga jangan terlalu dibuat cemas dan khawatir menghadapinya. Rileks dan tetap berkoordinasi dengan hajjguard Cordova yang setiap saat siap memberikan pelayanan eksklusif. Momentum hari-hari menjelang keberadaan kita di Arafah sangat layak dijadikan ajang persiapan jemaah untuk menggali kekuatan fisik dan psikis. Terutama dalam mengkristalkan aspek religius setiap calon jemaah haji.

Before The Last Arafah adalah kesempatan untuk lebih mematangkan diri dalam menggapai kemabruran haji. Karena sikap dan karakter tak mungkin bisa diciptakan secara instant. Oleh karenanya, jangan biarkan waktu berjalan cepat tanpa arah dan sesuatu yang tak bermakna. Semakin mendekati hari Arafah, semakin jadi persiapan ibadah khusyuk kita mengalami peningkatan. Ikhlas dan sabar menerima sesuatu yang tak sesuai hati, karena saat tiba di Baitullah banyak hal yang tak diharapkan sering terjadi begitu saja. Entah masalah antrian imigrasi, makanan yang tak cocok dan seribu satu masalah lainnya yang siap mempertaruhkan pahala haji kita.

Dunia sedang dirundung duka, yah terutama mereka yang mengenal dan menggunakan buah karya sang visioner, Steve Jobs. Sosok inovator yang mampu mengubah dunia dengan pikirannya itu meninggal setelah lama berjuang melawan kanker pankreas. Rasanya kita tidak bisa menafikan karya fenomenal-nya, -meski berbeda keyakinan- tetapi secara jujur, product yang diciptakannya sangat banyak membantu jutaan manusia dalam membangun sebuah peradaban, yang membuat revolusi informasi, sehingga tidak hanya bermanfaat, tetapi juga menyenangkan. Tidak hanya dirasakan oleh bangsa Barat, tetapi dunia Arab sekalipun banyak menggunakan karya Steve Jobs. Dalam hal ini, semua manusia di bumi sepakat bahwa teknologi yang tercipta melalui Steve Jobs adalah sebuah inovasi luarbiasa yang pernah ada di muka bumi. Hidup yang banyak memberikan inspirasi itu, bermula dari tidak mudahnya berpuas diri dengan karya yang dicipta. Berani berpikir beda yang terkadang melawan arus pikiran khalayak manusia. Berpikir beda, bukan proses melawan suatu ‘pakem’ pola pikir, tetapi usaha smart dalam merangkai ‘pakem’ itu agar lebih berwarna, tidak flat terlebih kaku.

Dalam beberapa sumber, Steve selalu bilang bahwa dia menjalani hidupnya setiap hari ibarat itu adalah hari terakhirnya, before the last, sebelum sesuatunya berakhir ia selalu memacu pikirnya untuk selalu menciptakan karya yang bermanfaat bagi manusia, simple but smart. Itulah yang dia lakukan, ada cita untuk mengubah pikiran manusia untuk lebih maju, juga tuk mengubah seluruh tatanan industri. Dan lebih fantastik, ia melakukan hal langka yang pernah dilakukan manusia dalam sejarah, yakni mengubah cara kita memandang dunia, dari terobosan informasi.

Mengambil pelajaran dari Steve Jobs, kita bisa melihat bagaimana etos kerja yang smart, yang mengeluarkan ide meski dalam keadaan sakit. Berjuang dari nol tuk membuktikan bahwa manusia memiliki pusaka yang teramat mahal, yakni otak yang terus digunakan. Bukan bekerja keras, tetapi bekerja smart, sehingga buah karya-nya tampak sangat ciamik dan bermanfaat.

Dari sejarah hidupnya, kita bisa melihat ternyata sukses bukan hanya tentang tingkat pendidikan seseorang, melainkan juga pola pikir yang dia terapkan. Orang sukses bukan hanya berprilaku berbeda, mereka juga berpikir dengan cara yang berbeda. Di sisi lain, orang biasa cenderung berinteraksi dengan berfokus hanya pada tujuan-tujuan pribadi mereka. Tetapi orang sukses, berinteraksi dengan berfokus bukan hanya pada tujuan pribadinya, melainkan juga dengan tujuan orang lain.

Dalam kehidupan, banyak orang memikirkan berbagai masalah dan tujuannya. Serta berpikir bagaimana pasangan, atasan, orangtua dapat membantu mereka memecahkan atau mencapainya. Sebaliknya, orang sukses memikirkan pasangan, atasan atau orangtuanya dan memikirkan cara agar dapat membantu mereka.

Begitulah Steve, sosok yang tak pernah surut dari ide-ide briliyan, karena hidupnya tidak hanya fokus untuk pribadinya, tetapi bagaimana membantu banyak orang dari hasil buah pikirnya. Rasanya, jika disamakan bagaimana pola pikir Steve, hampir sama apa yang dilakukan oleh Bapak kami di Cordova. Sulit untuk puas dari sebuah karya, memiliki pola pikir yang berbeda dengan suatu kebiasaan, dan semua meyakini bahwa apa yang dalam pikirnya, tidak melulu terfokus hanya untuk tujuan pribadinya. Tetapi untuk semua keluarga besar Cordova, terlebih teruntuk smartHAJJ Cordova.

Terima Kasih & Selamat Jalan Steve Jobs!

Kehidupan adalah sejarah keberadaan manusia di muka bumi yang selalu berulang dari masa ke masa. Berbagai kaum datang silih berganti. Setiap generasi lahir dengan berbagai karakter dan warnanya yang menghiasi semesta. Beragam ulah perilaku telah mereka lakukan di muka bumi. Ragam peradaban dan budaya telah mereka tinggalkan menjadi warisan anak cucu keturunan mereka. Namun proses pergantian suatu kehidupan, seringkali luput dari perhatian kita. Umur manusia selalu berbeda antara suatu kaum dengan kaum yang datang kemudian. Namun menurut beberapa penlitian sejarah, bahwa semakin ke belakang, usia manusia semakin surut alias pendek. Seperti halnya usia kaum Nuh As, umur mereka sekitar 9500 tahunan. Usia kaum nabi Musa As sekitar 1500-an tahun. Kaum nabi Isa 600 tahunan. Adapun kita, kaum nabi Muhammad SAW. sebagai penghuni terakhir Bumi, hanya memiliki jatah hidup di dunia sekitar 60-100 tahunan. Meski ada juga orang yang umurnya kurang atau lebih dari itu. Setelah itu, perjalanan akan berakhir pada dua stasiun, surga atau neraka. Kesedihan sepanjang masa atau kesenangan yang tiada jeda. Semua berada pada genggaman kita saat ini, memasuki dua stasiun itu adalah sebuah pilihan, pilihan yang sudah jelas rambu dan jalurnya.

Seorang guru memberikan suatu inspirasi tentang suatu tangisan yang perlu dan tidak. Sesungguhnya kita tidak perlu menangis jika kelak kita melihat diri kita akan memasuki neraka, karena, selain tangisan sudah tiada arti, juga sebagai manusia –yang selalu melakukan khilaf dan nista- hanya mampu berada di sana. Namun sebaliknya, kita harus menangis jika kelak kita melihat diri ini memasuki surga, karena hanya atas belas-kasih dan Karunia Allah kita dapat memasuki surga yang tiada akhir atas segala keindahan. Dengan usia yang ‘minim’, kebaikan-kebaikan yang dikerjakan selama di dunia tak akan mampu membeli sejengkal tanah sekali pun di Taman Surga-Nya Allah SWT. Sebab dengan kenikmatan yang diberikan sejak di dunia saja, manusia tidak akan mampu membalasnya meski beribadah setiap saat sepanjang hayatnya.

Sejalan dengan itu, doa tentang ketidakpatutan-nya manusia berada di Surga, kerap berkumandang di setiap pengajian, bahkan terdengar di media-media usai kumandang Adzan. “Ya Allah Tuhanku, sesungguhnya hamba tidak pantas untuk masuk ke dalam Surga-Mu (Firdaus), Namun hamba tidak akan kuat menahan panasnya api neraka…” Petikan doa yang realistis itu, memberikan pemahaman yang jelas, bahwa manusia masuk kedalam surga hanya karena Karunia dan Kasih-Sayang-Nya.

Sebelum segalanya tiada arti, sebelum sesuatu kebaikan menjadi mimpi, sebelum nafas terhenyak mengakhiri hidup, sebelum tangisan terakhir meledak, sejatinya tangisan menjadi ‘sesuatu’ yang tidak akan pernah ditinggalkan hanya karena merasa risih jika diri menangisi nistanya diri. Malu atau gengsi jika dikatakan sebagai makhluk ‘melow’ hanya karena menangis atas segala puing dosanya. Namun lebih mulia menangis saat ini, daripada menanti tangisan terakhir melanda diri.