Never Give Up

Sudah dua pekan lebih kiranya kami kembali menyaksikan bagaimana geliat rasa yang berlabuh dari sosok Bapak kami di Cordova. sebenarnya, bukan pertama kali kami saksikan ‘fenomena’ ini, karena memang setiap musim haji tiba, ia menjadi sosok yang benar-benar misterius, sulit tuk di terka, terlebih menampung asa yang bergejolak dalam pikirannya. Meletup-letup, fluktuatif bahkan cenderung memuncak ketika menyaksikan lengahnya kami dalam memberikan pelayanan terbaik untuk smartHAJJ yang teramat ia cintai. Tak peduli berhari-hari ia tak pejamkan mata di gelap malam, berhari-hari tak bersama keluarga, dan berhari-hari menenangkan rasa cemas yang menggurita disetiap gerak yang terlakoni. Mata yang telah sayu karena sulitnya merasakan lentangan tubuh dalam mimpi indah, menjadi aktifitas kesehariannya. Bagi khalayak ramai, mungkin suatu yang terlalu berlebihan, tetapi baginya, berpikir dan bekerja hingga ‘mengorbankan’ diri dan ‘keharmonisan’ rasa belum seberapa untuk menciptakan tujuan mulia para jemaahnya agar sayhdu, khusyuk, nikmat, bahagia dan mudah mendapatkan haji yang Mabrur.

Setiap tatapan, langkah dan gerak tubuhnya selalu mencerminkan ia orang yang tak mudah puas terhadap kinerja dan buah pikir yang terlalu flat. Datar, mendayu tak ber-irama bukan ritme yang ia tanamkan dalam sebuah event, terlebih menghantarkan smartHAJJ ke Baitullah. Bahkan ia akan menjadi sosok yang paling ‘mengerikan’ ketika melihat smartHAJJ-nya diperlakukan secara biasa, apalagi jika ditangani dibawah standar pelayanan yang selama ini ia bangun. Jemaah haji dan umrah adalah segalanya, bukan semata melebihkan atau men-dewa-kan mereka, tetapi –memang- sejak zaman azali nama mereka telah termaktub dalam Lahul Mahfudz sebagai tamu-tamu suci pilihan ALLAH SWT. So’ tiada alasan bagi siapapun menyiakan Kesucian mereka, termasuk raja Arab sekalipun hanya menjadi pelayan para haji di dua tanah suci (Khadimul Kharamain).

Setiap malam, dimana kami memulaskan rasa kantuk, justru ia kerap merangkai ide yang tiada batas. Merelakan raganya ‘tertusuk’ angin malam, batinnya teriris kesendirian, dan senyumnya terpendam keresahan. Gelisah jika kami tidak bisa memberikan pelayanan sebaik mungkin. Karena baginya, pelayanan tahun ini harus jauh melebihi tahun yang telah terpijak, begitu seterusnya.

Totalitas, integritas dan dedikasinya terhadap jemaah, tidak akan mungkin terlampaui oleh kami, sekalipun jika semua crew digabungkan ‘head to head’ dengan beliau.

Malam tadi, setelah memantau persiapan keberangkatan lusa hari. Dengan suara parau dan rasa sakitnya, beliau tak henti menuturkan kata ‘jemaah’ seraya berpesan ‘titip jemaah, layani mereka dengan maksimal dan rasa tulus’. Subhanallah…kami hanya berkaca, dengan batin penuh harap, semoga pengorbanan yang telah kau berikan menjadi sesuatu yang sangat berharga dan penuh keberkahan. Semoga rasa sakitnya segera diangkat dengan kesehatan yang sempurna. We know, u never Give up!

Related Post

Cinta Sederhana

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *