The Story About Us
Artikel ringan kali ini, mengupas tentang sebuah cerita yang mungkin sudah tidak asing lagi, kalaupun kita sering membacanya, mungkin bisa menjadi sebuah pengingat tentang arti sebuah kepedulian. Cerita yang mengajarkan kita bahwa manusia tercipta komplit dengan seperangkat penopang yang membuat hidupnya survive. Cerita ini dimulai ketika sepasang suami istri petani pulang ke rumah setelah berbelanja. Saat membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam, “Hmmm…makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar (?)”. Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah perangkap tikus. Tentunya sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang ayam dan berteriak. “Ada perangkap tikus di rumah!….di rumah sekarang ada perangkap tikus!….”
Sang Ayam berkata, “Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku”. Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak ketakutan. Sang Kambing pun berkata, “Aku turut bersimpati…tapi tidak ada yang bisa aku lakukan.”
Tikus lalu menemui Sapi. Malang, ia mendapat jawaban yang sama. ” Maafkan aku, tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali”.
Ia kemudian lari ke hutan dan bertemu ular. Sang ular berkata, “Ahhh…Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku”. Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah dengan pasrah mengetahui jika ia akan menghadapi bahaya sendiri. Semua hewan yang ia kunjungi tiada respect terhadap kendala yang dia rasakan. Tak peduli mara bahaya yang akan dihadapinya. Mereka merasa aman dari sebuah perangkap tikus yang tiada hubungannya dengan krisis keamanan dirinya. Bersembunyi mencari aman.
Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas menyerang dan menggigit istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan.
Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian diperbolehkan pulang, namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya (sop ceker ayam sangat bermanfaat untuk menghangatkan tubuh dan mengurangi demam). Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Sudah beberapa hari, sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya.
Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang bertakziah datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat. Dari kejauhan…Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.
Nilai yang dapat kita simpulkan dari cerita ini adalah ‘Suatu hari, ketika kita mendengar seseorang dalam kesulitan dan mengira itu bukan urusan kita, maka mari kita pikirkan sekali lagi…’