Awal Perjalanan Menuju The City of Three Faiths

Amman, 27 Desember tepat pada jam 09.50 pagi, pesawat Emirates EK 901 landing di Bandara Queen Alia International. Jemaah “Family Journey” Jordan, Al-Aqsa, Dubai dan Abu Dhabi ini mengawali langkahnya pada sebuah perjalanan yang sarat dengan makna. Jejak para Nabi dari tapak bangunan-bangunan tua akan menjelaskan secara detail tentang kebenaran kisah-kisah yang termaktub dalam Al-Qur’an. Matahari pagi itu cukup terik, namun udaranya sangat dingin, suhu yang mencapai 6 derajat celcius ini, cukup membuat badan menggigil meski berjaket dan bersinar mentari. Namun demikian, Semangat Kebersamaan keluarga Besar Rumah Sakit Sari Asih ini mampu menghangatkan kondisi dalam segala hal apapun, termasuk dalam dinginnya udara Jordan pagi itu.

Perwakilan Cordova Jordan sudah menanti tepat di depan pintu imigrasi Bandara. Menyiapkan segala sesuatunya, makanan, minuman, dan beragam snack untuk mengganjal perut saat perjalanan darat menuju Perbatasan Jordan-Israel. Setelah semua siap, rombongan menuju perbatasan yang selama perjalanan disuguhkan pemandangan alam yang membuat hati dan pikiran tertunduk pada kekuasaan-Nya. Bernostalgia dengan semangat keislaman, berlaju dengan tapak-tapak Salafu Sholeh yang berjuang menegakkan kalimat Tauhid. Sesampainya di perbatasan, pemeriksaan dilakukan tentara Israel dengan sangat ketat. Khususnya di perbatasan Allenby Bridge dan Jembatan King Husein. Dari sana, rombongan harus kembali masuk check point, dan penjagaannya tidak kalah ketat. Semua orang diperiksa dengan alat sensor yang sangat sensitif (x-ray).

Di sini, tidak jarang beberapa passport ditahan tanpa alasan jelas, tidak jarang pula tentara Israel mengajukan pertanyaan secara sangat detail kepada kepala rombongan yang akan melintas. Setelah itu, pemeriksaan dilanjutkan di ruang check passport. Di sini biasanya dilakukan verifikasi umur. Orang-orang yang umurnya lebih dari 50 tahun, dibolehkan masuk dengan syarat difoto terlebih dahulu. Bagi yang berusia di bawah 50 tahun, pemeriksaan dilanjutkan dengan mengisi formulir seputar tujuan pergi dan tempat menginap.

Map of Family Journey

Sebagai gambaran, Palestina itu dibagi 3 wilayah; A, B, dan C. Wilayah A merupakan daerah khusus warga Palestina. Wilayah ini meliputi Tepi Barat yang terdiri dari kota Jericho, Betlehem (tempat kelahiran Nabi Isa), Hebron (di sana ada masjid Nabi Ibrahim), Ramallah, serta Gaza. Wilayah B merupakan wilayah bersama sehingga memungkiankan orang Palestina dan orang Israel masuk ke wilayah ini. Salah satu kota di wilayah ini adalah Yerusalem. Sementara itu, wilayah C merupakan wilayah otoritas Israel, seperti Tel Aviv dan Haifa.

Meski peraturan menyatakan bahwa wilayah B adalah wilayah bersama, tapi pada kenyataannya, orang-orang dari wilayah A yang notabene adalah Bangsa Palestina tidak boleh masuk ke wilayah tersebut. Untuk memasuki wilayah B ini, warga Palestina biasanya harus mengganti kewarganegaraan demi mendapatkan pekerjaan di wilayah ini. Jadi, di wilayah B akan banyak kita temui orang muslim yang kewarganegaraan Israel. Yang memisahkan ketiga wilayah A, B, dan C adalah tembok setinggi 8 meter dan panjang 703 km yang disebut Palestine-Israel Barrier. Inilah yang membuat susah orang-orang Ramallah, Betlehem, atau Hebron untuk masuk ke Yerusalem.

Saat artikel ini naik, rombongan Cordova Family Journey sedang melakukan perjalanan ke bukit Zaitun, di sana ada check-point lagi. Namun demikian, pemeriksaan tidak dilakukan secara perorangan. Tentara Israel-lah yang masuk ke dalam bis untuk melakukan pengecekan. Di bukit Zaitun terdapat lahan pekuburan orang-orang Yahudi. Orang Yahudi memiliki kepercayaan bahwa barang siapa dikubur di tempat itu, mereka orang pertama yang masuk surga. Boleh dibilang, pekuburan di bukit Zaitun adalah kuburan VIP dengan harga 80 ribu dollar saja. Mereka berpikir bahwa Tuhan pertama kali datang di sana.

Ada satu hal yang menarik dari kota Yerusalem, adalah keberadaaan satu kompleks yang bernama Old City atau kota lama yang dibatasi oleh dinding tinggi. Ada 4 wilayah, yaitu Islam, Kristen, Yahudi, serta Armenia, yang kesemuanya memiliki pusat peribadatan di sini. Bagi orang Kristen, di sini ada gereja tempat kebangkitan Yesus. Di sini juga ada Mesjid Al-Aqsa, tempat yang sangat suci untuk umat Islam. Di kota ini juga ada tempat suci orang Yahudi yang bernama Tembok Ratapan. Dan terakhir, di Yerusalem juga terdapat wilayah untuk orang Armenia. Mereka sebenarnya adalah orang Kristen tapi memisahkan diri karena beranggapan sebagai orang yang pertama kali menduduki wilayah itu selama berabad-abad. Sehingga kota ini terkenal sebagai the city of three faith.

Kurban dalam istilah fikih adalah Udhiyyah, yang artinya hewan yang disembelih waktu dhuha, yakni waktu saat matahari naik. Secara terminologi fikih, udhiyyah adalah hewan sembelihan yang terdiri onta, sapi, kambing pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kata kurban artinya mendekatkan diri kepada Allah, maka terkadang kata itu juga digunakan untuk menyebut udhiyyah. Mempersembahkan persembahan kepada tuhan-tuhan adalah keyakinan yang dikenal manusia sejak lama. Dalam kisah Habil dan Qabil yang disitir dalam al-Qur’an. Disebutkan Imam Al-Qurtubi meriwayatkan bahwa saudara kembar perempuan Qabil yang lahir bersamanya bernama Iqlimiya sangat cantik, sedangkan saudara kembar perempuan Habil bernama Layudza tidak begitu cantik. Dalam ajaran nabi Adam dianjurkan menikahkan secara bersilang. Saudara kembar perempuan Qabil harus menikah dengan Habil, sedang saudara perempuan Habil menikah dengan Qabil.

Kereta metro yang menghubungkan beberapa tempat suci di sekitar wilayah Makkah mulai diuji coba sebelum digunakan untuk mengangkut jamaah haji. Kereta yang kerap disebut Mashair Railway ini akan menghubungkan Mina, Arafah, Muzdalifah, dan Makkah. Menteri Dalam Negeri Arab Saudi, Pangeran Mansour bin Miteb, akan memeriksa kesiapan fasilitas kereta api itu pada Selasa (5/10). Kereta ini diharapkan dapat membawa perubahan drastis dalam transportasi haji di antara tempat-tempat suci di sana. Uji coba akan dilakukan selama 30 hari. Dibangun dengan biaya 6,5 miliar riyal, kereta itu akan memiliki kapasitas angkut 72 ribu jamaah setiap jam. Sembilan stasiun telah dibangun di Arafah, Mina, dan Muzdalifah. Tiap tempat itu dibangun tiga stasiun. Kereta api itu merupakan proyek terbesar kedua yang berhasil dikerjakan Departemen Dalam Negeri setempat setelah pembangunan jembatan jumrah yang sarat teknologi tinggi di Mina dengan biaya 4,5 miliar riyal.

“Setiap habis Ramadhan, hamba cemas kalau tak sampai, umur hamba di tahun depan, berilah hamba kesempatan. Setiap habis Ramadhan, rindu hamba tak pernah menghilang, mohon tambah umur setahun lagi, berilah hamba kesempatan…”

Penggalan bait puisi Taufik Ismail yang di populerkan Bimbo ini benar-benar sangat menggugah. Rasa yang terbangun setelah membaca dan mendengar lagu ini begitu menyeruak dalam jiwa. Hingga akhirnya kita tersadar, bahwa kita sudah melewati suatu moment yang teramat agung. Suatu waktu yang baru disesali ketika telah beranjak pergi, suatu peluang yang terkadang hanya dibiarkan melaju tanpa makna. Yah, Ramadhan hanya menyisakkan para hamba yang diterpa hamparan uji sebulan penuh. Akankah terwujud insan muttakin, atau hanya terlahir kembali menjadi manusia biasa –yang- tak pernah ubah usai ramadhan. Semoga puluhan kali ramadhan menyapa hidup, puluhan kali bahkan lipatan juga kebaikan yang merubah sikap takwa kita.

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika LAPAN dan Anggota Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama RI, Thomas Djamaluddin memastikan 1 Syawal 1431 H jatuh tepat Jum’at, 10 September 2010. Menurut dia, pada Rabu malam, posisi bulan sudah berada di bawah ufuk. “Insya Allah satu Syawal jatuh pada Jumat 10 September, karena pada 8 September bulan masih di bawah ufuk, sehingga semua kriteria belum masuk awal Syawal,” kata Djamaludin. Ia juga memperkirakan sejumlah ormas Islam akan menghasilkan kesimpulan yang sama. Asumsinya, papar dia, penetapan 1 Syawal didasari dengan penetapan hari pertama puasa. Pada saat menentukan hari pertama puasa, lanjutnya, sebagian besar ormas Islam sepakat pada hari yang sama. Oleh karena itu, secara otomatis perayaan hari Idul Fitri juga sama.

Nampaknya para penjual kartu lebaran dewasa ini, harus berpikir lebih keras tuk bertahan hidup. Ide creative tuk membendung kemajuan teknologi adalah sebuah tuntunan guna menghindari usaha yang tergulung. Yah, beberapa tahun lalu, setiap lebaran tiba, bisnis kartu lebaran begitu meledak. Semuanya mendesain dan merangkai kata selamat lebaran di kartu itu. Tetapi kini, “nasib kartu lebaran” serasa di penghujung tanduk. Seakan tak mampu tuk mengejar dahsyatnya perkembangan teknologi. Hanya melalui pesan SMS telefon genggam, semua silaturahmi terwakili oleh rangkaian kata. Pun pada jejaring sosial, semisal facebook misalnya. Ketika diposting ucapan selamat hari raya, maka pesan itu telah sampai pada puluhan, ratusan bahkan ribuan teman yang tergabung dalam facebook dengan waktu beberapa detik saja. Mudah rasanya mengutarakan maaf dengan sekali “send”, rangkaian maaf terus menjelajah pada jutaan tempat. Sehingga wajar, setiap mendekati lebaran, operator kartu telepon begitu keras tuk bersaing mendapatkan pasar.

Serba-Serbi Ramadhan

Berkirim parsel kepada saudara, kerabat, dan kolega di hari raya Idul Fitri seakan sudah menjadi semacam tradisi. Parsel atau bingkisan aneka makanan dan produk lain yang dikemas secara menarik sangat ramai dijual di pasaran menjelang lebaran. Selama tak bertujuan untuk menyuap atau mempengaruhi seseorang karena jabatannya, berkirim parsel tak jadi masalah. Untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan jabatan dan wewenang, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan pemerintah telah melarang para pejabat untuk menerima parsel yang terkait jabatannya. Sejatinya, saling berkirim parsel kepada saudara, kerabat, atau kolega berfungsi untuk mempererat ikatan silaturahim antara pengirim dan penerima. Di balik kemasannya yang menarik, para konsumen Muslim sebaiknya berhati-hati dengan aneka produk yang dikemas dalam parsel, terutama pada makanan dan minuman.

Mari sejenak berandai. Suatu hari menjelang bulan Ramadhan malaikat Izrail mendatangi kita tuk menyampaikan kabar bahwa pada awal bulan Syawal nanti, ia akan datang untuk mencabut nyawa kita, kira-kira apa dampak yang akan timbul pada diri kita (?) Saya yakin kita akan memanfaatkan sisa usia yang ada untuk melakukan segala hal yang produktif. Kita akan awali Ramadhan dengan menyungkur sujud kepada-Nya, menangisi segala khilaf dan dosa yang telah kita kerjakan. Kita akan mendatangi orang-orang yang pernah kita sakiti dan dzalimi. Kita akan berusaha sekuat tenaga untuk menuntaskan segala tanggungan dunia, baik utang-utang yang belum terbayar, amanah-amanah yang masih menjadi beban, maupun tugas dan kewajiban yang belum ditunaikan.

Rasanya baru kemarin saya menulis aktivitas mudik lebaran di smartBLOG ini, ternyata sudah kembali harus merasa bagaimana rutinitas mudik tahunan ini berlangsung. Nampaknya, rutinitas mudik menjadi sakral dilakukan bagi mereka yang merantau, pulang kampung adalah sesuatu yang tak bisa digambarkan, meski harus berjubel melawan pikuk manusia dan antrian panjang kendaraan, gairah mudik tak pernah terbendung oleh semua itu. Merayakan hari kemenangan bersama sanak keluarga rasanya menjadi semacam ‘menu’ khusus di setiap tahun. Sulit dirasakan bagaimana indahnya perjalanan mudik yang mereka lakukan, terlebih oleh sebagian masyarakat yang tidak pernah melakukan mudik, atau mereka yang resah berada di tengah gelombang macet ribuan kendaraan.