Menjadi Pujangga Hari Raya

Nampaknya para penjual kartu lebaran dewasa ini, harus berpikir lebih keras tuk bertahan hidup. Ide creative tuk membendung kemajuan teknologi adalah sebuah tuntunan guna menghindari usaha yang tergulung. Yah, beberapa tahun lalu, setiap lebaran tiba, bisnis kartu lebaran begitu meledak. Semuanya mendesain dan merangkai kata selamat lebaran di kartu itu. Tetapi kini, “nasib kartu lebaran” serasa di penghujung tanduk. Seakan tak mampu tuk mengejar dahsyatnya perkembangan teknologi. Hanya melalui pesan SMS telefon genggam, semua silaturahmi terwakili oleh rangkaian kata. Pun pada jejaring sosial, semisal facebook misalnya. Ketika diposting ucapan selamat hari raya, maka pesan itu telah sampai pada puluhan, ratusan bahkan ribuan teman yang tergabung dalam facebook dengan waktu beberapa detik saja. Mudah rasanya mengutarakan maaf dengan sekali “send”, rangkaian maaf terus menjelajah pada jutaan tempat. Sehingga wajar, setiap mendekati lebaran, operator kartu telepon begitu keras tuk bersaing mendapatkan pasar.

Ada hal menarik jika kita perhatikan di setiap permohonan maaf melalui sms itu, saya rasa ada syndrom pujangga dadakan disetiap membaca sms permohonan maaf. Bahkan yang biasanya tidak biasa merangkai kata indah, pada hari ini akan mendadak menjadi seorang pujangga yang menulis kata-kata dewa. Sangat indah tentunya membaca setiap sms yang datang, semuanya enak dibaca, syahdu, renyah, dan tidak keluar dari kesyahduan Iedul Fitri. Whatever, hasil dari copy paste atau tidak, yang jelas saya –ikut- menikmati bagaimana kata-kata maaf dan doa itu saling menari bersama ikon-ikon aneh. Tetapi –yang- saya tak habis pikir adalah jika untuk memohon maaf, penggalan dan rangkaian katanya begitu sulit dan terkadang aneh, dengan pantun pula. Tidak salah, namun berpeluang mencipta ruang maaf yang hanya ‘tersending’ ketika mood sedang baik, jika mood sedang indah, selanjutnya ia kan berpikir keras membuat kata-kata indah.

Peluang dari “Pemaksaan” menulis rangkaian indah “selamat lebaran” dan “maaf-memaafkan”, sedikitnya kan timbul perasaan narsis pada eksistensi karya kata yang terkirim. Sayang, jika untuk mengakhiri perjuangan selama satu bulan, masih terdapat sedikit rasa-rasa yang sudah dibiasakan menjadi perasaan biasa itu. Lebay memang, jika kita menilai negatif setiap sms indah yang datang. Tetapi kita biasakan menjadi diri apa adanya. Terlebih setelah usai mengakhiri shaum hari ini, kita kan menuju periode kemenangan tuk kembali pada jiwa yang fitri nan suci.

Intinya, menulis dan membuat kalimat indah sebagai ungkapan maaf dan selamat adalah hal yang sangat baik. Namun esensi yang bisa berakibat negatif adalah ketika kata maaf dan selamat harus dipaksakan untuk menunjukkan ke-aku-an kita.

The last, jangan berhenti menulis kata indah setelah membaca artikel ini, karena keindahan selalu bermula dari hati. Dan hati yang mengembalikan kita pada kefitrian diri. Karenanya, dengan setulus hati, kami segenap Keluarga Besar Cordova Travel mengucapkan Selamat Iedul Fitri 1431 H. “Taqobballallahu Minna wa Minkum, Shiamana wa Shiamakum” Mohon Maaf Lahir dan Bathin.

Related Post

Cinta Sederhana

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *