Mudik Barokah 1431 H

Rasanya baru kemarin saya menulis aktivitas mudik lebaran di smartBLOG ini, ternyata sudah kembali harus merasa bagaimana rutinitas mudik tahunan ini berlangsung. Nampaknya, rutinitas mudik menjadi sakral dilakukan bagi mereka yang merantau, pulang kampung adalah sesuatu yang tak bisa digambarkan, meski harus berjubel melawan pikuk manusia dan antrian panjang kendaraan, gairah mudik tak pernah terbendung oleh semua itu. Merayakan hari kemenangan bersama sanak keluarga rasanya menjadi semacam ‘menu’ khusus di setiap tahun. Sulit dirasakan bagaimana indahnya perjalanan mudik yang mereka lakukan, terlebih oleh sebagian masyarakat yang tidak pernah melakukan mudik, atau mereka yang resah berada di tengah gelombang macet ribuan kendaraan.

Banyak pula artikel yang mengomentari tentang tradisi mudik lebaran dengan pandangan negatif. Baik dari segi ketertiban, maupun dari aspek pembiasan makna silaturahmi. Namun, penilaian-penilaian itu –bagi saya- terlalu dipaksakan. Pandangan tentang silaturahmi tidak dilakukan saat lebaran saja, memang benar. Tetapi konteks silaturahmi dengan mudik lebaran tentunya sangat jauh berbeda. Sehingga mudik bukan hanya dikatagorikan sebagai jembatan silaturahmi saja, tetapi lebih dari sekedar itu, mudik bisa dijadikan sebagai teori praktis dalam meratakan hidup antara kota dan desa.

Dari segi religiusitas, tujuan mudik tak bisa dipungkiri sebagai wahana silaturahmi yang sangat kental. Antara kita, keluarga besar, tetangga, sanak-saudara dan tanah leluhur. Bagi perantau, suka duka perjalanan mudik menjadi bagian yang tak pernah terlupakan dalam sketsa hidupnya. Kangen desa dan wangi tanah-nya menjadi potret bahwa di hari fitri kemenangan jiwa kan lebih terasa kala berkumpul bersama. Segala jerih payah selama merantau mereka jadikan buah tangan tuk sekedar menyapa adat saling memberi, sekecil apapun kan menjadi sangat bermakna ketika diiringi dengan keberkahan mudik.

Adapun dari segi kehidupan sosial. Mudik menjadi salahsatu sarana mengalirnya saluran dana dari kota ke desa. Sehingga diharapkan –meski sesaat- kehidupan di tepian desa menjadi seimbang dengan maraknya ‘pengunjung kota’ ke desa-desa. Diharapkan juga, pemudik untuk tidak membelanjakan separuh lebih pengeluarannya di luar desa mereka. Sehingga pergolakan dana bisa lebih merata dan terasa bagi desa-desa yang merupakan salahsatu sumber keberkahan hari lebaran.

Selamat Mudik! Hati-hati diperjalanan, semoga sampai tujuan dengan lancar. Berkumpul dan bercengkrama bersama sanak keluarga tercinta. Jangan pernah ragu bercerita dan sharing tentang informasi selama perjalanan mudik Anda kepada Cordova Team. Insya Allah mudik kita semua penuh dengan keberkahan…Amien

Related Post

Emansipasi Wanita (?!)

Masalah kewanitaan dalam Islam menjadi tema yang tak habis-habisnya disoroti oleh aktivis perempuan dan kalangan…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *