Ka’bah Getarkan Ratusan Hati Warga Cina
Hidayah bisa datang dari cara yang tak pernah diduga. Mungkin itu pula yang dialami ratusan pekerja Cina di Arab Saudi yang kemudian memilih Islam sebagai agamanya yang baru. Setelah melihat Ka’bah dari televisi, tiba-tiba hati mereka bergetar. Pintu hidayah seakan terbuka. Dan Allah SWT pun melapangkan jalan mereka untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Lebih dari 600 pekerja asal Cina berpaling menjadi Muslim setelah mendapatkan pengalaman spiritual di Arab Saudi. Mereka adalah bagian dari 4.600 warga Cina yang sedang mengerjakan proyek rel kereta api yang menghubungkan Makkah dan Madinah. Rel kereta itu nantinya akan melalui Jeddah dan Khum. Peristiwa yang sempat menghebohkan itu terjadi tahun lalu. Awalnya, kedatangan ribuan pekerja Cina itu sempat dipertanyakan warga Arab Saudi. Pasalnya dari 4.600 pekerja itu hanya 370 orang yang Muslim. Warga meminta agar pemerintah mempekerjakan buruh Cina yang beragama Islam. Namun Allah mempunyai rencana lain dengan kedatangan para pekerja itu.
Kedatangan ke Arab Saudi ternyata membuka peluang bagi mereka untuk melihat Islam langsung dari tanah tempat agama ini diturunkan. Seperti yang dikatakan seorang pekerja yang telah menjadi Mualaf. Pekerja yang telah mengganti namanya menjadi Hamza (42) ini mengaku tertarik pada Islam setelah melihat Ka’bah untuk kali pertama di televisi Saudi. ”Ini menggetarkan saya. Saya menyaksikan siaran langsung sholat dari Masjidil Haram dan umat Islam yang sedang berjalan memutari Ka’bah (tawaf),” katanya.
”Saya bertanya ke teman yang Muslim tentang semua hal ini. Dia kemudian mengantarkan saya ke Kantor Bimbingan Asing yang ada di perusahaan, di mana saya memiliki kesempatan untuk belajar tentang berbagai aspek mengenai Islam,” tuturnya. Kini Hamza merasa lebih bahagia dan lebih santai setelah menjadi seorang Muslim. Pekerja lainnya, Ibrahim (51), mengalami peristiwa yang hampir serupa pada September tahun lalu. Dia yang bekerja di bagian pemeliharaan perusahaan negara, Kereta Api Cina, menjadi seorang Muslim usai melihat Ka’bah. ”Meskipun kami berada di Cina, kami tidak memiliki kesempatan untuk belajar tentang Islam. Ketika saya mencapai Mekah, saya sangat terkesan oleh perilaku banyak warganya. Perlakuan yang sama bagi orang Muslim dan non-Muslim memiliki dampak besar pada saya,” tambahnya.
Sementara, Abdullah Al-Baligh (51), terinspirasi untuk memeluk Islam setelah melihat perubahan positif dari rekan-rekannya yang lebih dulu menjadi mualaf. ”Enam bulan setelah saya tiba di Makkah, saya melihat bahwa rekan saya, yang sudah menjadi Muslim, telah benar-benar berubah. Tingkah lakunya patut dicontoh. Saya menyadari bahwa Islam adalah kekuatan penuntun di balik perubahan tersebut,” ujarnya.
”Ketika saya bertanya padanya, ia mengatakan bahwa ia sama sekali tak tahu tentang agama ini selama di Cina. Sekarang, ia memiliki pemahaman yang tepat tentang Islam dan ingin menjadi lebih teladan”. Begitu pula dengan Younus. Pekerja asal Cina ini baru mempelajari Islam ketika berada di Makkah. ”Islam di Cina begitu kurang. Aku baru mengetahui Islam setelah datang ke Saudi,” ujarnya.
(Sumber: www.republika.co.id)
Mengawal Niat Suci, Dengan Cara Suci
Jauh sebelum datangnya musim haji, saya selalu melihat bagaimana gelora rasa yang hinggap pada sosok Bapak ini. Pikirnya selalu melompat kala menemukan ide segar, -mungkin- tiada kata yang mengalir setiap hari dalam darahnya, terkecuali untaian kata “Bagaimana melayani Tamu Allah dengan sempurna.” Kadang hari-harinya hanya dihabiskan dalam ruang berukuran 5 x 1.5 Meter. Bukan tanpa cipta, justru berkarya mencipta rangkaian karya. Sinar mata dan gerak langkahnya tertuju pada suatu cita yang sulit terabaikan. Antusias dalam mengawal niatan suci para calon haji, selalu tampak dalam raut wajahnya. Kadang cemas, kadang marah, kadang bahagia membalut emosi yang meletup, yah semua itu berlandas pada tujuan suci. Sungguh sulit saya membayangkan ketika Allah memberi kelembutan hati pada hambaNya, tanpa perhitungan duniawi, ia rela menaruh jaminan hidup-nya tuk niatan suci itu. Hingga suatu waktu, saya membaca testimoni yang begitu menggugah dari sosok Bapak itu, kata-katanya begitu bermakna, kalimatnya begitu renyah, namun saya yakin jiwanya sedang gundah. Ingin rasanya bermadu rasa, tuk menadah sedikit resah-nya. Dan merekat sedikit lubang dengan keyakinan yang menggebu.
Kisah Erdogan Bersama Rakyat
Sore itu, matahari belum sepenuhnya surup di Desa Onya, salah satu daerah terpencil di provinsi Ordu, wilayah pesisir Laut Hitam (Karadeniz) di Timur Laut Turki. Masyarakat desa yang mayoritas petani miskin itu mendadak dikejutkan oleh keberadaan helikopter yang tiba-tiba mendarat di sana. Ini adalah sebuah kejadian yang tak biasa. Orang-orang desa pun berhamburan ke arah di mana pesawat itu mendarat. Baling-baling pesawat itu perlahan berhenti memutar, dan pintu pesawat pun mulai terbuka perlahan-lahan. Mula-mula beberapa orang berpakaian rapi turun secara bergiliran. Sementara orang-orang desa, mulai dari pria paruh baya, wanita, hingga anak-anak, masih termangu memperhatikan kejadian tersebut dengan penuh pertanyaan dan syak wasangka.
Jika Izrael Menyapa
Tema di atas tampak klasik, dan tidak sedikit orang yang baru membaca judul-nya, sudah enggan meneruskan apa yang terjadi dalam rangkaian kata seterusnya. Padahal tema itu sangat akrab dengan kehidupan kita, bahkan bisa saja menceritakan perjalanan akhir kita. Tak jarang juga orang membaca dan mendengar tentang kematian, namun cukup hanya menjadi wacana sesaat. Setelah itu tenggelam oleh aktivitas hidup yang menguras energi. Terlebih dalam kehidupan modern saat ini, banyak orang yang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Justru sebaliknya, tema kehidupan yang menarik tuk dikupas selalu bertolak belakang dengan kematian. Mungkin –sebagian kita- termasuk saya selalu terjebak untuk berpikir keras tentang bagaimana dan darimana saya mendapatkan harta, baju apa yang akan saya kenakan esok hari, makanan apa yang menjadi menu dinner kita nanti, terus dan terus pola pikir tercipta untuk bekal perjalanan duniawi. Namun tanpa sadar, kita lupa bahwa diantara space waktu itu bisa saja Izrael terlebih menyapa sebelum mengenakan pakaian baru esok hari, sebelum menyantap hidangan lezat dinner nanti. Dan tak ada yang mustahil setelah kita membaca artikel ini, Allah Berkenan mengutus Izrael tuk menyapa kita menuju akhir kehidupan dunia.
Me-merdekakan Kemerdekaan!
Saya bisa bayangkan bagaimana kondisi pagi hari 17 Agustus 1945 itu, di halaman sebuah rumah di jalan Pegangsaan, Jakarta, menjelang pukul 09.00 WIB. Suasana yang menderu, menggelombang dan menegangkan. Semua yang hadir tahu, mereka akan melakukan sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang menerjang kebiasaan, sesuatu yang membuka tabir gelap, dan sesuatu yang mengalir kencang melalui degup jantungnya. Saya juga merasakan bagaimana kering kerontangnya saat itu. Yah, saat moment penting kan di-proklamirkan, meski tanpa terlebih dulu meneguk secangkir kopi atau teh hangat, guna menjaga rasa grogi. Sang proklamator dengan lantang membaca teks kemerdekaan. Teks yang hanya tertulis tangan itu, mampu menembus setiap jiwa di seantero negeri, serta meluluhkan penjajah untuk segera hengkang. Saya semakin merasakan bagaimana hiruk-nya saat itu, euforia, dan airmata menyembur dari setiap kelopak yang membanjiri halaman itu. Takbir, syukur dan tahmid menggelegar di hari yang juga bertepatan dengan 8 Ramadhan 1364 H.
Tips Memilih Daging Halal
Pada kesempatan ini, sengaja smartBlog Cordova mem-postingkan artikel mengenai makanan yang menjadi favorit umat Islam di bulan suci, dan –tentunya- tuk menghadapi lebaran nanti. Selain itu, daging merupakan salah satu bahan makanan yang sering dikonsumsi. Oleh karenanya, cara memilih daging yang segar, halal, dan aman dikonsumsi sangatlah penting. Apa saja yang harus diperhatikan untuk memilih daging segar dan halal (?). Kasus penjualan daging celeng yang sempat marak beredar di pasaran beberapa waktu lalu menjadi pelajaran bagi kaum muslim untuk lebih berhati-hati. Karena itu kenali dengan baik ciri-ciri berbagai jenis daging agar tidak tertipu. Konsumen bisanya tidak terlalu pandai membedakan jenis-jenis daging hewan besar karena memiliki tampilan yang nyaris serupa. Sedangkan hewan ternak kecil seperti unggas malah lebih mudah dibedakan karena jenis dagingnya sangat berbeda.
Ramadhan; Basic Time to Get Mabrur
Sudah hampir sepekan Ramadhan berlaju tanpa rehat, tiada henti keagungannya bersinar pada jiwa setiap hamba. Cahayanya tak pernah padam walau banyak manusia yang menyiakan-nya. Ia kan terus berpacu dengan keberkahan yang menyelimuti seantero bumi. Bulan yang sesungguhnya memberikan multi education pada setiap muslim yang menghirupnya. Kedamaian, kehangatan dan ragam kemulian lainnya, hanya akan diraih pada bulan ini. “Cuci gudang dosa” tahunan ini, sejatinya memberikan spirit tuk membenahi segala tindak yang terpatri. Melakukan ekplorasi kebaikan tuk merayakan selebrasi fitri dikemudian hari. Terkhusus bagi calon tamu Allah yang berapa saat lagi kan menunaikan ibadah haji, Ramadhan menjadi satu-satunya opportunity yang layak tuk dikemas menuju jalan kemabruran. Tentunya bukan ‘kebetulan’ atau tak sengaja Allah menciptakan Ramadhan berada dalam urutan sebelum waktu haji. Mungkin, Allah memberikan Ramadhan sebagai space waktu menjelang peribadatan paripurna 9 Dzulhijjah kelak. Sebab, semua dimensi ketaatan manusia pada Sang Khalik berada pada bulan suci ini.
Menara Jam Mekkah “Saingi” BigBen
Supremasi standar waktu internasional Greenwich Mean Time (GMT), kini mendapat tantangan dari jam raksasa yang dibangun di Mekkah. Pemerintah Arab Saudi berharap jam Menara Mekkah ini menjadi acuan 1,5 miliar muslim di dunia. Jam Menara Mekkah ini mulai berdetak pada Kamis kemarin, 12 Agusutus 2010, bersamaan dengan mulainya bulan Ramadan. Menara Jam Mekkah ini sangat mirip dengan BigBen. Jam ini bisa dilihat dari empat arah. Jam yang lebarnya 45 meter ini akan diterangi dua juta lampu LED. Pada jam itu ada tulisan Arab besar “Dengan nama Allah.” Jam ini akan beroperasi dengan standar sendiri yakni Saudi Standar Waktu atau tiga jam lebih dulu ketimbang GMT. Jamnya sendiri ada di sebuah menara dengan puncaknya terdapat lengkungan bulan sabit sebagai lambang Islam. Menara ini akan dibangun setinggi 600 meter dan akan menjadi bangunan tertinggi kedua di dunia.
Senandung Ramadhan
Tak dipungkuri, sedari rembulan suci tampak di ufuk sana, cakrawala merubah segala peristiwa yang kan terjadi selama 720 jam menuju kefitrahan hakiki. Setiap insan beriman, bahu membahu menyongsong bulan penuh kehangatan, menyibak balutan lentera hitam-nya, menuju sebuah tingkatan ketakwaan yang tiada tara. Yah, Ramadhan menjadi magnet luar biasa bagi setiap muslim dimana pun berada. Semua bergerak mengarah keshalihan massif, semua berjalan menuju buih kecintaan-Nya. Karena memang Ramadhan tercipta sebagai “Mesin” pencuci segala kepongahan manusia. Berbeda dengan semua ibadah yang dilakoni, shaum Ramadhan adalah titik dasar yang mengikat sebenar-benarnya ketakwaan manusia pada Rabb-nya. Jika semua ibadah yang dilakukan dapat terukur oleh kacamata manusia, maka shaum hanya terukur oleh kekuatan Azza Wa Jalla.
Barat Belajar Dari Cordoba
Seri:2
Europe Muslim Journey
Pada artikel seri 1 Europe Muslim Journey, disebutkan bahwa Cordoba menjadi inspirasi bagi setiap manusia yang menyaksikan kesempurnaan yang mendetail tantang sejarah kota ini. Bukan sekedar kemegahan bangunan disertai ukiran interiornya yang fantastis saja yang dapat dinikmati setiap orang, namun tumbuh subur ilmu pengetahuannya juga ternyata menjadi cikal bakal pesatnya perkembangan Eropa di masa kini. Cordoba benar-benar meninggalkan jejak kejayaan Islam yang tidak hanya meninggalkan bangunan-bangunan megah. Tetapi mewariskan peradaban dan ilmu pengetahuan yang tak ternilai harganya.