Sebenarnya ada benang merah antara tulisan ini dengan artikel beberapa hari lalu, ‘The Power of Reading’. Korelasi antara kekuatan membaca dengan apa yang akan di ulas dalam artikel ini, akan semakin menjelaskan bagaimana kekuatan pikir dalam mengolah setiap hal yang kita ‘baca’. Diantara sebagian kecil manusia memiliki kemampuan untuk membaca apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tentunya kemampuan itu memiliki tingkatan perbedaan yang mendasar antara mempelajari ilmu bintang (nujum) atau sihir dengan sebuah prediksi dari pengetahuan ilmiah bahkan jauh bila disamakan dengan ramalan nubuwat (Prophecy). Seseorang yang “Membaca” dan meramal sesuatu yang akan terjadi sesungguhnya memiliki pemaknaan yang mendalam. Prediksi atau ramalan adalah pernyataan atau klaim bahwa kejadian tertentu akan terjadi pada suatu saat di masa mendatang. Secara etimologi, prediction berasal dari bahasa Latin: prae (sebelum) dan dicere (mengatakan). Kemampuan “mengatakan sebelum” sesuatu terjadi di masa mendatang.

Jika kemarin adalah sejarah (history), hari ini adalah hadiah (gift), maka besok adalah misteri (mistery). Begitu kata Joan Rivers, seorang komedian terkenal di awal abad 21. Bahkan kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi sedetik ke depan. So, mengutip peraih Nobel Fisika, Niels Bohr, mengatakan “Prediction is very difficult, especially if it’s about the future.”, (Memprediksi sesuatu sangat sulit, terlebih mengenai masa depan).

Seiring dengan kemajuan teknologi dan keberhasilan penemuan serta pemecahan berbagai fenomena alam semesta, memang menjadikan apa yang dulu dianggap sulit diprediksi, kini hal itu bisa dengan mudah dihitung dan diperkirakan. Kapan gerhana matahari dan bulan terjadi, hisab awal bulan Komariah, dan hal-hal lain yang terjadi di planet luar. Tentu saja semua itu berangkat dari data historis yang telah dimiliki atau ditemukan sebelumnya melalui “Membaca” dan meneliti. So, fenomena di masa depan boleh jadi bisa diprediksi hanya yang bersifat countable (bisa dihitung).

Tetapi kecendrungan meramal tanpa data ilmiah yang otentik, yang hanya menggunakan bola kristal, atau guratan anggota tubuh misalnya. Bukan sebuah ramalan yang diperbolehkan dalam Islam, karena dengan meramal dan mempercayai sesuatu menggunakan ilmu magic akan mendamparkan kita pada sebuah harapan semu. Sehingga dimensi waktu yang tertapak, hanya akan tersia karena percaya menunggu takdir yang diramalkannya esok.

Lalu bagaimana jika sebuah prediksi atau ramalan tercetus seketika, tanpa data historis sebelumnya, dan tak terbayangkan sebelumnya (?) seperti halnya Rasul sering mengeluarkan ramalan pada sahabat dan peristiwa-peristiwa yang sebelumnya tak pernah terpikirkan. Seperti contoh ketika Rasul hendak melakukan perjalanan hijrah bersama Abu Bakar ke Madinah. Saat itu, para pemuka Quraisy akan menghadiahi bagi yang berhasil menangkap Rasulullah dalam keadaan hidup ataupun mati dengan 100 ekor sapi. Mendengar sayembara itu seorang pemuda badui berbadan kurus, bernama Suraqah bin Balik bin Ja’tsam Al-Mudallij, segera mengejar Rasul dan Abu Bakar yang terlihat bagai satu titik bergerak di padang yang begitu luas.

Karena kelihaian dalam memacu kuda, dengan tangan di tombak, Suraqah semakin mendekati jarak Rasul. Abu Bakar pun merasa cemas, tetapi Rasulullah segera menenangkan “Jangan bersedih sahabatku, ALLAH bersama kita”, tidak beberapa lama Suraqah sudah berada dibelakang Rasul, baginda Rasul pun berdo’a “Yaa ALLAH, lindungilah kami dari bahayanya sekehendak-MU”. Seketika itu, tiba-tiba kuda yang ditunggangi Suraqah tergelincir, dan ia terpelanting ke tanah berpasir. Dengan susah payah Suraqah bangkit dan kembali mengejar Rasulullah. Semakin mendekat Rasul kembali berdoa, dan kembali Suraqah terjatuh dari kudanya, hingga tiga kali berturut-turut.

Akhirnya setelah itu, Suraqah berteriak “Wahai Rasulullah! Aku Suraqah bin Balik, lihatlah aku, aku akan berbicara, aku akan melakukan apa yang kalian sukai dan tidak akan mendatangkan bahaya. Lalu Rasul pun menghentikan kudanya dan Abu Bakar bertanya, “Apa yang kamu inginkan” (?). Suraqah lalu meminta maaf atas ulahnya, setelah ia menceritakan tentang sayembara yang diadakan pemuka Quraisy tentang pembunuhan Rasul, Suraqah melanjutkan perkataanya. “Aku tahu bahwa dakwahmu akan tersebar pada orang banyak, kumohon tulislah jaminan untukku, jika suatu saat aku mendatangimu, engkau akan memuliakanku. Rasulullah tersenyum, dan memberikan jaminan itu. Lalu beliau bersabda “Hai Suraqah, bagaimana perasaanmu, jika suatu saat kelak engkau akan berpakaian dan berhiasan gelang-gelang emas yang biasa dipakai Kisra (?)”

Suraqah, badui Arab itu tampak linglung. “Kisra bin Hurmuz, Yaa Rasulullah (?) Rasulullah tersenyum, “Ya benar”. Bagaimana dapat memahaminya, saat janji Rasul itu diucapkan, kaum muslimin masih dalam keadaan tertindas. Jumlahnya hanya segelintir orang, sementara Suraqah adalah pemuda kampung, kurus kering hitam legam, dan belum memeluk Islam. Sedangkan Kisra adalah sebuah imperium kuat yang telah berdiri berabad-abad.

Itulah nubuwat (prophecy). Sebuah berita dari mulut seorang utusan-Nya tentang suatu peristiwa di masa depan. Nubuwat sebagai tanda nubuwah (kenabian). Maka tidaklah apa yang diprediksikannya kecuali pasti datang dari Sang Pengutus, ALLAH SWT. yang Maha Mengetahui “Tidaklah apa yang dikatakan utusan-Nya kecuali wahyu yang diwahyukan kepadanya (QS. Al-Anam: 4).

Hingga akhirnya tiba waktu saat Islam ber-khalifah Umar bin Khattab, sekian tahun setelah Rasul wafat, Islam dapat menghancurkan Kisra. Dan peristiwa yang dikatakan Rasul terjadi, dimana Umar memakaikan pakaian kerajaan dengan berhiasan gelang-gelang indah dan mahkota raja kepada Suraqah sebagai panglima perang Islam yang handal. Kedua pelupuk matanya pun basah mengambang air, isaknya pecah, dan airmatanya mengalir deras, ingatannya kembali melayang ke sebuah peristiwa saat berjumpa Rasulullah SAW. Subhanallah…

Masih banyak tentunya Rasulullah meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada sahabat dan umatnya. Tentu sebuah ramalan atau prediksi spontan yang dituntun Dzat Kuasa tanpa data atau historis yang melatar belakanginya. Karena memang beliau adalah manusia pilihan dan kekasih ALLAH SWT.

‘Uppercut’ Syekh Nashir Al-Umar kepada Amerika

Dalam sebuah seminar yang bertema ‘Kesepakatan dan Muktamar Wanita Internasional dan Dampaknya terhadap Dunia Islam’ seorang Ulama besar memberikan jawaban ‘uppercut’ atau ‘pukulan telak’ terhadap pertanyaan seorang wartawan Amerika. Pertanyaan yang –sesungguhnya- dipahami sebagai bahan cemoohan terhadap kebijakan Saudia Arabia terhadap aktivitas wanita muslim di Arab Saudi. Negara-negara Barat yang mengaku paling menjunjung tinggi kebebasan (demokratis) sekarang telah mencampuri urusan khusus internal negara-negara lain, terlebih negara yang ber-mayoritas muslim. Jika Amerika benar-benar jujur dengan dirinya dalam hal kebebasan, mestinya mereka membiarkan setiap negara dengan kebebasan (prinsip)-nya masing-masing. Berikut petikan dialog antara Syekh Nashir Al-Umar dengan wartawan Amerika:

Seorang wartawan Amerika bertanya kepada Syekh Nashir; “Bagaimana tentang masuknya kaum wanita ke Parlemen, dan bagaimana tentang wanita menyetir mobil, yang tidak diperkenankan di Saudia Arabia (?) Syekh Nashir menjawab: Pertama, Apakah kaum wanita kami mengadu kepada negeri Anda (?) Sehingga Anda mencampuri urusan kami (?) Mengapa Anda –lancang- mencampuri urusan kami (?). Kedua, saya tanya kepada Anda; “Bukankah Presiden Amerika waktu masih muda menyetir mobil sendiri (?), dia menjawab; ‘Iya betul’. “Lalu ketika menjadi gubernur negara bagian juga terkadang masih menyetir mobil (?). Dia menjawab; ‘Iya Benar’. “Tetapi setelah menjadi Presiden Amerika, apakah sang Presiden menyetir mobil sendiri (?)”

Dia menjawab; ‘Tidak’. Syekh kembali bertanya; “Mengapa (?)”. Dia jawab “Sebagai bentuk penghormatan dan penjagaan kami padanya”. Maka dengan lantang sang Syekh pun berkata padanya. “Itulah yang kami lakukan pada kaum wanita kami. Kami menyupiri wanita kami sebagai bentuk penjagaan dan penghormatan kepada kaum wanita kami. Saya menyupiri saudara perempuan, istri dan anak-anak perempuanku. Kemudian realita jika kami dalam perjalanan, jika saya kembali ke Saudi dengan pesawat dan bersama kami para wanita apa yang terjadi (?): laki-lakilah yang melayani wanita. Dialah yang mendampingi mereka, dia yang menjaganya dan melayaninya serta membawakan kopernya.

Dalam realitas kehidupan kami, jika dalam perjalanan (safar) –tanpa melebih lebihkan- sekitar 70 – 80% kamilah yang melayani keperluan para istri kami: dalam menyetir mobil, keperluan di hotel, mencari hotel, bahkan dalam haji kamilah yang memasak dan mereka tinggal memakannya. Itu adalah fakta yang diketahui semua orang, dan sesungguhnya ini adalah bentuk pelayanan / khidmah (kami kepada kaum wanita).

Lalu sang Syekh balik bertanya kepada wartawan Amerika itu: “Anda bilang (Amerika paling) menghormati wanita dan mempertanyakan tidak masuknya wanita kami ke parlemen, sejak kapan Amerika merdeka?” –dia jawab: lebih dari 200 tahun-. “Kalau begitu tunjukkan kepada saya satu saja presiden Amerika yang wanita”. Dia menjawab “Tidak ada satu pun”. Syekh kembali bertanya “Jika tidak ada, wakil presiden yang wanita (?)”, dia kembali menjawab ‘tidak ada juga’.

Lalu Syekh Nashir berkata padanya: “Kalian itu sebenarnya pendusta” Beritahukan pada saya, dalam sejarah kongres (sejak dulu sampai sekarang) kapan ada masa dimana jumlah wanita sama dengan jumlah laki-laki di Parlemen (?) dia jawab: ‘belum pernah ada sekalipun’. “Kalian Cuma memasukkan beberapa wanita saja (ke parlemen) lalu mentertawakan kami (?!)

Umat yang di Rindu

Pada suatu hari terjadi percakapan di antara Rasulullah SAW dengan Abu Bakar As-Siddiq, dan Sahabat-sahabat yang lain pun mendengarnya. “Wahai Abu Bakar, begitu rinduku untuk bertemu dengan saudara-saudaraku (ikhwan)”, Sabda Rasul. Wahai Rasulullah, bukankah kami ini saudara-saudaramu juga (?) Jawab Abu Bakar. Rasulullah SAW menjawab, “Kamu sekalian adalah sahabat-sahabatku”. Keterangan Rasulullah itu sungguh mengherankan Abu Bakar, juga sahabat-sahabat lain yang hadir. Apakah bedanya antara sahabat dan ikhwan, siapakah yang dimaksudkan Rasulullah SAW itu dengan penuh kerinduan (?). Apa yang disampaikan Rasulullah SAW mampu membuat alam pikir sahabat saling bertanya, suasana percakapan pun menjadi lebih serius, karena masing-masing ingin tahu mengenainya.

Rasulullah SAW segera memahami suasana itu, maka segera Rasul menjelaskan apa yang disabdakannya. Ikhwan (saudara-saudara) ku yang dimaksud adalah generasi yang belum muncul. Mereka beriman kepadaku, walaupun mereka tidak melihatku. Mereka benarkan aku tanpa pernah melihatku. Mereka temukan tulisan (Al Qur’an dan Hadits) dan beriman kepadaku. Mereka amalkan apa yang ada dalam tulisan (Al Qur’an dan Hadits) itu. Mereka bela aku seperti kalian membela aku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan mereka”..

Lalu Rasulullah kembali bersabda, “Berbahagialah orang yang melihatku dan beriman kepadaku”. Beliau mengucapkannya satu kali. Kemudian Beliau meneruskan sabdanya,
“Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku”. Dan mengulanginya sebanyak tujuh kali. Subhanallah.

Allahumma shalli ala Muhammad wa ala alihi Muhammad

Shalawat dan salam untuk beliau, suri tauladan kita Muhammad SAW. Semoga kita termasuk hamba-hamba ALLAH yang dirindukan Beliau.

Amiin Yaa Rabb

Bagaimana Malaikat Izrail Mencabut Nyawa

Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada ALLAH SWT, maka malaikat Izrail mencabut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang sholih, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan. Rasulullah SAW bersabda: ‘Sekiranya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang”. (HR.Ibnu Abu Dunya). Di dalam kisah Nabi Idris AS., beliau adalah seorang ahli ibadah, dan selalu berdzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan Sholih Nabi Idris AS sangat menarik perhatian malaikat maut (Izrail). Maka bermohonlah Ia kepada ALLAH SWT, agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris AS di dunia. ALLAH SWT mengabulkan permohonan malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris AS.

Assalamu’alaikum, ya Nabi ALLAH”. Salam malaikat Izrail. “Wa’alaikum salam wa rahmatullah” jawab Nabi Idris AS. Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu kerumah-nya itu adalah malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris AS melayani malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris AS mengajaknya buka bersama, namun ditolaknya oleh malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya ia mengkhususkan waktunya “menghadap” ALLAH SWT sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail.

Pagi harinya nabi Idris AS mengajak jalan-jalan “tamunya” itu ke sebuah perkebunan dimana pohon-pohonnya sedang berbuah. “Izinkan saya untuk memetik buah-buahan ini untuk kita” pinta malaikat Izrail (menguji Nabi Idris AS). “Subhanallah“, kata Nabi Idris AS. “kenapa (?)” Malaikat Izrail berpura-pura terkejut. “Buah-buahan ini bukan milik kita” ungkap Nabi Idris AS. kemudian beliau berkata: “Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram”.

Malaikat Izrail tidak menjawab. Beliau penasaran dengan tamunya itu, karena selama berjalan dengannya, banyak hal yang membuat heran Nabi Idris atas tamunya. Kemudian beliau bertanya: “Siapakah engkau sebenarnya (?)”. ‘Aku malaikat Izrail’ jawab tamunya. Spontan, nabi Idris terkejut, hampir tidak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya. “Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku (?)” tanya Nabi Idris AS dengan serius. “Tidak” Senyum malaikat Izrail penuh hormat. “Atas izin ALLAH, aku sekedar berziarah kepadamu” jawab malaikat Izrail.

Nabi Idris AS manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam. “Aku punya keinginan kepadamu” tutur Nabi Idris AS. “Apa itu (?) Katakanlah!” jawab malaikat Izrail. “Aku mohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang, lalu mintalah kepada ALLAH SWT untuk menghidupkan ku kembali, agar bertambah rasa takut ku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku.” pinta Nabi Idris AS.

“Tanpa seizin ALLAH SWT, aku tak dapat melakukannya.” tolak malaikat Izrail. Pada saat itu pula ALLAH SWT memerintahkan malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris AS. Dengan izin ALLAH malaikat Izrail segera mencabut nyawa beliau, sesudah itu beliau wafat. Malaikat Izrail pun menangis, ia memohon kepada ALLAH SWT agar menghidupkan Nabi Idris kembali. ALLAH SWT mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan nabi Idris pun hidup kembali.

“Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku (?)” Tanya malaikat Izrail. “Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup yang dikuliti” jawab Nabi Idris AS. “Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu”. kata malaikat Izrail.

MASYA ALLAH, lemah lembutnya malaikat maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris AS….
Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang kepada kita (?) Siapkah kita untuk menghadapinya (?)

“Orang cerdas adalah orang yang mengingat kematian. karena dengan
kecerdasannya dia akan mempersiapkan segala perbekalan untuk menghadapinya”

Photo by : www.IslamicThinkers.com

Kita sering mendengar ungkapan ‘Jangan Saling Mendahului…”, baik dalam lingkup normatif birokrasi, atau dalam peraturan lalulintas, bahkan sering juga kita lihat tulisan besar-besar dibelakang bus antar kota misalnya. Atau dibelakang truk-truk besar, selain tulisan-tulisan unik, lucu dan menggelitik seperti; ‘Sesama kendaraan umum jangan saling mendahului’, ‘Pergi karena tugas, pulang karena beras’, atau ‘The me anak is 3 (demi anak istri –maksudnya-)’ dan lain-lain. Pesan-pesan lugas yang terpampang didepan mata kita itu, terkadang membuat kita tersenyum lucu. Message-nya sampai, namun hanya selintas dalam benak kita. Selanjutnya akan hilang dan lenyap dalam fokus pikiran kita. Tetapi, message yang dimaksud tema diatas akan selalu ada dalam ‘naskah suci’, kendati nyaris hampa dalam aplikasi. Yah ‘Harap Saling Mendahului’ atau antonim dari tulisan-tulisan besar di belakang truk ‘Jangan saling mendahului’ adalah sebuah pesan dari agama untuk saling mendahului dalam kebajikan. Jika ‘berlomba dalam kebaikan’ adalah sebuah bentuk motivasi untuk melakukan kebaikan, maka ‘mendahului kebaikan’ yang akan dikerjakan adalah sebuah gerbang menuju jalur kebaikan yang lebih besar.

Untuk meringankan bahasan diatas, mari kita ber-anologi. Misalnya, ketika kaki mulai melangkah untuk mengais rezeki, maka sebelum kita mendapatkan rezeki dari hasil pekerjaan tersebut, kita terlebih dulu mendahulukan amalan yang akan memberkahi rezeki kita nanti. Amalan itu adalah sedekah. Sedekah adalah suatu ‘gerbang’ menuju samudra rezeki yang penuh berkah. Kongkritnya, sebelum menerima, kita memberi terlebih dulu. Niscaya, selain mendapatkan rezeki yang lebih dahsyat, apa yang akan kita kerjakan pun terasa mudah dan ringan.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh Ra. Berkata: Seseorang datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya” (?) Beliau bersabda; “Engkau bersedekah dalam keadaan sehat, dan sangat membutuhkannya, dan berangan-angan menjadi kaya. Janganlah menunda-nunda sedekah. Sehingga jika ajal telah sampai ke kerongkongan engkau berkata, ‘untuk si fulan sekian, untuk si fulan sekian’.padahal hakikatnya memang harta itu untuk si fulan.”

Filosopi ‘memberi’ makhluk (manusia) dan Kholik (ALLAH) sangat berbeda. Ketika kita sering meminta kepada manusia, satu-dua kali akan biasa, namun jika terlalu sering maka ia akan sangat membencinya. Berbeda dengan ALLAH SWT, semakin sering dipinta, DIA akan semakin mendekap, tetapi semakin jarang meminta dan memohon, maka DIA akan semakin menjauhinya. ‘Gerbang’ menuju permohonan dan permintaan kita kepada ALLAH itulah yang diidentikan dengan sedekah.

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada ALLAH, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan ALLAH), maka ALLAH akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan ganda yang banyak. Dan ALLAH-lah Yang menyempitkan serta melapangkan (rezeki). Dan kepada-NYA lah kamu dikembalikan” (QS: Al-Baqarah :245).

So’ dahului-lah pekerjaan kita dengan sedekah!

Ski Indoor terbesar di Dunia

Tidak terasa program Holiday Journey Edition 2013 sebentar lagi dimulai, waktu terasa semakin cepat. Peserta yang antusias dengan salah satu product unggulan ini pun bergegas melingkari schedule holiday musim panasnya nanti. Mereka segera memesan kuota keberangkatannya bersama kami. Yah, sejak product ini dipasarkan, ternyata menjadi magnet bagi mereka para orangtua yang ingin membawa berlibur keluarga dengan penuh dengan makna. Selain melaksanakan umrah, wahana liburan yang nyaris sempurna disuguhkan di negara yang menjadi impian setiap orang tuk mengunjungi. Yah, bukan hanya mengunjunginya, tetapi ingin merasakan bagaimana eksotisnya naik lift tercepat di sebuah bangunan tertinggi di dunia, Burj Al-Khalifa. Juga menyaksikan deretan bangunan megah nan indah disepanjang perjalanan kota Dubai dan Abudhabi. Belum lagi bagi anak-anak yang mencintai dunia otomotif dengan wahana permainan canggih dapat dirasakan dengan memasuki Ferrari World. Masih banyak hal-hal baru modern yang akan memanjakan anak-anak kita.

BurjKhalifainside skidubaiinside

Di Dubai, kita menginap di sebuah hotel indah, tepat disamping Mall of the Emirates. Di dalam Mall inilah kita akan ‘memuaskan’ diri dengan aktifitas selain belanja. Yah, kita bisa melihat, dan bermain salju langsung di sebuah bangunan indoor yang luas. Ski Dubai namanya, bangunan yang terletak di dalam Mall ini adalah sebuah resor ski indoor dengan area 22.500 meter persegi. Ini adalah bagian dari salah satu tempat hiburan di Mall of the Emirates, Mall ini merupakan salah satu pusat perbelanjaan terbesar di dunia –tentunya selain Dubai Mall- yang terletak di lokasi bangunan tertinggi (Burj Al-Khalifa).

Resor ski dalam ruangan ini dilengkapi dengan gunung kecil berukuran 60 meter dalam ruangan, 5 lereng kecuraman yang bervariasi, termasuk kita dapat meluncur lurus dengan jarak 400 meter. Terdapat juga sebuah lift quad dan lift derek membawa pemain ski dan snowboarders atas gunung. Bermain kereta luncur, perosotoan, menara, mendaki, lokasi menembak bola salju, sebuah gua es dan sebuah teater 3D. Hiburan lainnya adalah labirin cermin. Untuk masuk dilengkapi pakaian musim dingin, peralatan ski dan snowboard.

Amazing! Kita benar-benar merasakan alam salju di dalam Mall, tidak hanya untuk ice skating saja, seperti kebanyakan di mall-mall di Jakarta, namun disini kita sama-saja memindahkan gunung dan bukit salju ke dalam Mall. Spektakuler! So, mari bersama merasakan product HJE yang benar-benar berbeda dari perjalanan lainnya!

wherever you will go, there will be Cordova

Bukan sekedar sensasi sebenarnya saat kita melakukan perjalanan keliling dunia, traveling menuju destinasi-destinasi impian itu memiliki ragam manfaat yang dapat menyeimbangkan manusia dalam dua dimensi. Tentunya sebagai manusia kita memiliki kecenderungan untuk menikmati tempat-tempat unik yang menyenangkan dalam hidup kita. Selain itu, kita memiliki kesempatan untuk menikmati keindahan suatu tempat agar selalu bersyukur merasakan setiap pojokan bumi yang sangat luas. Membuka mindset dalam menjelajah belahan bumi yang terpijak adalah buah manusia yang melakukan perjalanan menuju tempat-tempat yang ada dalam impiannya. Seperti hal-nya Rasulullah ketika melakukan perjalanan jauh ke negeri Syam, banyak hal yang ditemukan untuk dijadikan pelajaran dalam dakwahnya. Pun demikian dengan para sahabat yang ‘berkelana’ ke negeri jauh, mengenal dan menyebarkan misi Rahmatan Lil’Alaminnya. Perjalanan kemana pun destinasinya, ketika menghadirkan soul, maka ia akan menjadi sebuah cerminan tentang apa dan siapa dirinya. Menyadari betapa luas dan beragamnya kehidupan di muka Bumi. Tetapi dalam meraih perjalanan indah itu ada dua selling point yang sulit dirasakan, yakni konsisten terhadap jatidiri seorang muslim dan kenyamanan berjalan ditemani orang yang memiliki kesamaan bahasa dan budaya.

Terlepas dari mahirnya kita berbahasa di negeri orang, tentunya masih terasa hambar ketika tak ada satu pun guide yang memiliki persamaan budaya, atau hanya ditemani oleh seorang guide yang asing. Asing dari budaya maupun dari bahasa. Dari sanalah Cordova merambah pada satu titik perbedaan dalam dunia traveling. Mencoba untuk membangun network dengan ‘menempatkan’ perwakilannya di setiap destinasi yang dituju. Impian Cordova in Worldwide, yang mengedepankan ‘Muslim Journey’ rasanya akan segera menjadi kenyataan dengan generasi yang siap melayani Anda kemana pun tujuannya. Tak perlu ragu akan kehalalan foods saat di Eropa, tak lagi canggung kemana arah kiblat dan letak masjid di sebuah negeri yang minoritas muslim, dan yang paling spesial karena Anda akan ditemani oleh perwakilan Cordova berkebangsaan Indonesia.

Di Timur Tengah seperti Egypt, Marroco, Al-Jazair, Tunisia, dan Jordania kami memiliki team yang siap melayani Anda sepenuh hati. Begitu pun di Istanbul, Turkey hingga belahan Eropa seperti Hungaria, German, Perancis dan terlebih di Cordoba, Spanyol team kami akan menemani Anda dalam melakukan perjalanan yang luar biasa. Pun demikian di Lakemba serta belahan bumi Australia lainnya, Anda akan selalu bersama dengan Cordova.

Kami sangat menyadari bahwa setiap akan melakukan perjalanan itu, harapan utamanya adalah mencari kenyamanan. Dengan guide yang memiliki budaya dan visi sama sebagai muslim, rasanya kenyamanan perjalanan itu akan lebih memberikan dampak positif. So, insya Allah Cordova akan selalu hadir dimanapun destinasi Anda!

Saat artikel ini naik, smartUMRAH plus Eropa berlangsung. Mereka menjelajahi beragam kota dan pemandangan indah di sudut-sudut Bumi. St. Petersburg – Moscow – Budapest _ Vienna – Prague – Berlin – Amsterdam adalah destinasi yang mereka singgahi.

Berkah Pemimpin Adil

Suatu masa sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW, salah seorang Kisra (Raja) Persia yang adil bijaksana sedang berburu di hutan belantara. Karena asyiknya mengejar buruan, sang Raja terpisah dari pasukannya, padahal saat itu hujan mulai turun. Ia melihat sebuah gubug sederhana dan minta ijin berteduh, yang segera saja diijinkan. Penghuni gubug itu, seorang wanita tua dan anak gadisnya tidak mengenal sang raja, karena saat itu tidak memakai pakaian kebesarannya. Di salah satu sudut gubug itu ada seekor lembu, sang gadis memerah susunya dan memperoleh hasil yang melimpah (banyak sekali), untuk menjamu tamunya tersebut. Sang Raja minum dan ia langsung merasakan kesegarannya. Melihat keadaan itu, terbersit dalam hati sang Raja untuk menerapkan aturan pemungutan cukai (pajak) bagi pemilik lembu. Hal itu akan menjadi sumber pemasukan yang sangat lumayan bagi kerajaan.

Ketika malam menjelang, sang gadis akan memerah susu lembu seperti biasanya, tetapi ia tidak mendapatkan setetes pun, maka ia berseru, “Wahai ibu, sepertinya raja di Istana mempunyai niat jahat terhadap rakyatnya!” Ibunya berkata, “Mengapa engkau berkata seperti itu (?)”. Sang gadis berkata, “Karena lembu ini tidak mengeluarkan susunya walau hanya setetes!” Sang ibu berkata, “Sabarlah, ini masih malam, nanti menjelang subuh, cobalah lagi untuk memerahnya”

Sang raja yang tengah beristirahat di atas tumpukan jerami itu dengan jelas mendengar pembicaraan ibu dan anak tersebut. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Begitu besarkah pengaruhnya dari apa yang aku putuskan dari niatan ini (?)” Ia berkutat dengan pikirannya sendiri, dan akhirnya membatalkan niatnya untuk menarik pajak (cukai) bagi pemilik lembu, yang kehidupan mereka umumnya sangat sederhana. Menjelang subuh, sang gadis mencoba memerah susu lembunya, dan ia memperoleh hasil yang melimpah seperti sebelumnya. Maka ia berseru, “Wahai ibu, rupanya niat jahat sang raja telah hilang, lembu ini telah mengeluarkan susunya lagi!”

Sang ibu mengucap syukur, begitu juga dengan tamu (raja) yang ikut mendengarnya. Ketika hari telah terang, tamu yang juga -sebenarnya- raja, berpamitan dan mengucap terima kasih, tetapi tetap tidak membuka jati dirinya. Tidak lama berselang, datang serombongan pasukan yang membawa ibu dan anak penghuni gubug sederhana itu ke istana raja. Mereka diperlakukan dengan hormat dan penuh penghargaan.

Ketika mereka dihadapkan kepada sang Raja, barulah mereka menyadari kalau tamunya semalam adalah penguasa yang sempat dibicarakan (di ghibah). Mereka berdua meminta maaf, tetapi raja yang bijaksana itu berkata, “Tidak mengapa, tetapi bagaimana engkau bisa mengetahui hal itu (?)”

Sang ibu berkata, “Kami telah tinggal puluhan tahun lamanya di tengah hutan itu. Jika raja yang memerintah berlaku adil dan baik, maka bumi kami ini subur, kehidupan kami luas dan lapang, serta ternak kami banyak menghasilkan. Tetapi jika raja yang memerintah berlaku kejam dan buruk, maka bumi kami ini kering, tanah dan ternak-ternak kami tidak menghasilkan apa-apa, sehingga kehidupan kami menjadi sempit!!”

(Dari berbagai sumber)

Jika saja sore itu tidak masuk kerja, maka kami akan kehilangan ‘jabaran’ penting tentang konsep Amar Ma’ruf, Nahi Munkar (Memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar) dari tokoh ‘central’ dan ‘otak’-nya Cordova. Unik dan asyik –tentunya- bekerja sambil belajar, ilmu yang ditelurkannya selalu menciptakan rasa tuk selalu berkembang dan berpikir. Yah, karena hidup tidak hanya tuk bekerja, namun lebih dari itu, hidup untuk berkarya. Apa yang diutarakannya tentang penghancuran secara sistemik, kami pahami dengan penghancuran konsep Nahi Munkar (Mencegah yang munkar) secara sistemik. Jika secara global, systemic damage ini kerap dilakukan oleh komunitas ‘pintar’ tuk menghancurkan sebuah gerakan, moralitas, bahkan tauhid sekalipun. Namun tidak salah jika dipahami tentang penghancuran secara sistematis di sebuah komunitas, company, tempat usaha kita bekerja misalnya.

Timbul lah sebuah pertanyaan, adakah seorang yang ‘hidup’ dan bekerja dalam perusahaan itu menghancurkannya (?) Melenyapkan sebuah tempat mengais rezekinya sendiri (?) Jawabannya Ada!, dan sangat mudah tanpa harus terpikir serta mengeluarkan energi banyak. Semua yang ada pada komunitas itu berpotensi melakukan penghancuran-nya secara sistemik tanpa terkecuali. Berbahayanya lagi penghancuran itu menjalar dengan cepat dan tak berasa, yah tak terasa seperti menghancurkan sebuah bangunan yang telah terbangun kokoh. Systemic Damage itu adalah Melakukan Pembiaran. Yah membiarkan suatu hal negatif yang dilakoni rekan satu tim-nya. Cuex dengan segala kesalahan yang tampak depan mata, -bisa jadi- hati memang berontak, namun tak tersalur melalui tindakan dan pelarangan (nahi munkar).

Boleh jadi, maraknya rasa cuex masyarakat kita dewasa ini karena sedang atau telah berada di sebuah tempat nyaman, atau yang sering disebut zona aman. Sehingga terlahir sebuah sikap individualistik akut, jika dalam kondisi sulit –rasanya- kepekaan hati akan sangat tergugah manakala melihat sesuatu yang salah dihadapan kita. Saya, Anda dan juga kita berpotensi untuk menghancurkan segala impian yang terbangun oleh kita sendiri, karena sikap pembiaran itu. Yah, membiarkan virus terus menjalar pada sendi-sendi kehidupan. Sikap dan mentalitas pembiaran pada hal yang salah adalah cerminan dari suatu kaum apatis, kaum yang kerap memusuhi sebuah perubahan akan kedinamisan hidup.

Dalam Islam, konsep Nahi Munkar (Melarang kemungkaran / membiarkan kesalahan) memiliki peran yang teramat besar dalam perkembangan Islam. Pun dalam dunia dakwah, karena memerintah lebih mudah dari melarang. Membiarkan sebuah kesalahan terjadi adalah bentuk pekerjaan yang abstrak, sehingga kehancuran tatanan bangunan-nya pun dengan sangat mudah ter-luluh-lantakkan. Karena hancurnya pun tak kan pernah terasakan. Secara tiba-tiba tatanan itu hancur, karena virusnya telah menjadi sebuah sikap dan mentalitas yang kebal dan meramu pada otak-otak yang apatis.

Sore itu, kita menerima sebuah ‘injection’ penawar tuk melawan sikap apatis kami terhadap apa yang terjadi. Mencoba untuk selalu peka pada hal sedetail mungkin bagi kejayaan Islam secara global.