Lidah ini ingin terus kugetarkan ketika ucapan salam terpetik bagimu yaa Rasulullah. Izinkan aku berziarah ke pusaramu yang suci. Aku ingin menangis dan menyapamu di sudut makammu yang hening. Aku ingin menatap pandumu dalam kerinduan yang syahdu. Salam bagimu ya Rasulullah. Izinkan aku bertemu denganmu, walau sedetik saja. Tak puas rasanya mendengar bait indah dari syair terkenal Taufik Ismail dalam merindui-mu, meski sejujurnya tak kuasa pula hati ini bergetar ketika merenungkan syair itu. Terlebih menikmati kisahmu yang penuh dengan rasa cinta pada manusia. Tiada satu pun manusia yang mampu memberi cahaya surga selain keikhlasanmu pada cinta yang penuh sahaja. Hingga akhir hayat pun kau masih memikirkan umat-mu, masih menceritakan cinta-mu, masih menyisihkan setengah nafasmu untuk mengatakan “Ummatii…” “Ummatii…” (umatku…umatku). Duhai manusia agung, bagaimana rasanya jika kami bertemu denganmu.

Sebelum membahas tentang ‘Message’ from God, saya ingin sedikit mengutarakan beberapa hal yang –mungkin- sering kita rasakan, yakni ketika ditimpa derita atau suatu kesulitan, hati terkadang bertanya-tanya “Kenapa harus saya yang menderita (?)”, atau “Kenapa seh musibah ini selalu menimpa saya (?)”. Saat itu, partikel dalam otak tak sempat lagi berpikir sebaliknya, yaitu melontarkan pertanyaan dalam kondisi terbalik. Jika kebahagian melanda, tidak pernah kita bertanya, “Kenapa harus aku (?)”. “Kenapa kebahagian ini selalu terjadi padaku (?)”. Prolog ini sebetulnya terinspirasi dari suatu artikel fiksi tentang percakapan manusia dan Tuhannya.

Ketika Tuhan Bertanya: Kamu memanggil-Ku ?
Manusia : Memanggil-Mu (?) Tidak…
Tuhan : Aku mendengar doa-mu, jadi aku ingin sebentar berbincang denganmu
Manusia: Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.
Tuhan : Sibuk apa? Semut juga sibuk. Aktifitas memberimu kesibukan, tapi produktifitas memberimu hasil. Aktifitas memakan waktu, produktifitas membebaskan waktu.
Manusia : Tetapi kenapa kami sering merasakan tidak senang dalam mengarungi waktu? Tuhan : Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin. Kamu merasa khawatir karena kamu menganalisa. Merasa khawatir menjadi kebiasaanmu. Karena itulah kamu sering tidak pernah merasa senang.

Air jika dibiarkan terus menggenang tanpa aliran, lama-lama akan menjadi sarang penyakit. Demikian juga udara, jika dibiarkan berhenti, tak berhembus, akan menimbulkan kepengapan dan akhirnya merusak pernafasan. Semua harus bergerak, tidak boleh ada yang terdiam. Adalah kenyataan bahwa segala ciptaan Allah SWT selalu bergerak. Bumi, Matahari, Bulan, Bintang dan semua tata Surya berotasi tiada henti. Sekali berhenti akan terjadi kerusakan dan bencana yang luarbiasa. Bahkan makhluk-makhluk mikro sekalipun, seperti bakteri dan virus pun selalu bergerak. Hukum Allah yang terjadi pada alam raya itu sesungguhnya terjadi juga pada diri manusia. Secara fisik, jika manusia berhenti, diam dan tidak melakukan aktifitas, maka dalam kurun waktu tertentu kesehatannya akan terus menggerogoti dan mengganggu kesehatan. Selain mudah lelah, berbagai penyakit pun akan mudah berdatangan. Demikian pula dengan pikiran. Seseorang yang membiarkan otaknya berhenti berpikir, maka dalam jangka waktu tertentu pikirannya akan terganggu. Sulit berpikir logis dan sistematis. penelitian ilmiah, orang yang kurang terbiasa menggunakan pikirannya, pada usia tua akan mudah menjadi pikun.

Untuk meredam kecemasan orang tua, handai taulan dan kawan-kawan dari Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih bertahan di Mesir, KBRI Kairo mengeluarkan update daftar nomor telepon Posko Siaga yang dapat dihubungi langsung. Berikut nomor-nomornya:

  • KBRI Kairo +202279947200, +20227947209, +20227947209.
  • Kantor Konsuler +20224715561.
  • Sekolah Indonesia Kairo +20337488634.
  • Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) +20106158928, +20165796356.
  • Wihdah PPMI +20103701566, +20161423613.
  • Keluarga Mahasiswa Madura +20107802802, +20224707821.
  • Keluarga Mahasiswa Jawa Timur +20103129844, +20224719084.
  • Keluarga Mahasiswa Sumatera Selatan +20104134542, +20224113144.
  • Keluarga Mahasiswa Sulawesi +20164089511.
  • Keluarga Mahasiswa Aceh +20110847308.
  • Keluarga Mahasiswa Banten +20119324641, +20109184814.
  • Keluarga Mahasiswa Jambi +20102928892, +20224037037.
  • Keluarga Mahasiswa Kalimantan +20161207358, +20224743891.
  • Keluarga Mahasiswa Lampung +20111348930.
  • Keluarga Mahasiswa Minang +20161533685, +20222478245.
  • Keluarga Mahasiswa NTB +20168375033.
  • Keluarga Pelajar Jakarta +20100957654.
  • Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat +20110246890.
  • Keluarga Mahasiswa Tapanuli Selatan +20106536332.
  • Keluarga Mahasiswa Riau +20109122713.
  • Keluarga Mahasiswa Jawa Tengah +20100272509, +20224729113.

Namanya Rina Sa’adah, Mojang tasik asal kawalu yang sedang studi S1 di Al-Azhar, Kairo ini sedang harap-harap cemas menunggu jadwal evakuasi ke Indonesia karena ketidakstabilan keamanan yang sedang terjadi di Mesir. Selama kurang lebih sepuluh hari, Bu Haji, panggilan akrabnya, harus rela bersabar dikarantina di Asrama Jam’iyyah Syar’iyyah (JS) di daerah Nasr City Cairo. Situasi keamanan memang memaksa para penghuni asrama untuk tetap berdiam diri disana. Walaupun dia sudah terbiasa dengan disiplin asrama yang mengharuskan anak asuhnya tidak sering keluar rumah, namun dengan situasi seperti ini Bu Haji merasa seperti mendapat tekanan batin ingin segera menghirup udara segar di luar asrama. Keadaan asrama JS sebenarnya terbilang sangat aman. Sangat beruntung bagi orang yang bisa masuk ke asrama JS. Bu haji dan rekan sekamarnya bisa tenang belajar, mengaji, menghafal al-Quran, dan selalu didampingi Mushrifah (pembimbing). Kebutuhan pangan pun terpenuhi secara cukup.

Apa yang bisa kita dapatkan dari perjalanan Sang waktu (?) Awalnya, manusia hanya tahu bahwa Allah SWT membagi waktu menjadi siang dan malam. Seiring bertambahnya umur manusia, barulah mengenal pembagian-pembagian waktu yang lain. Menjadi tahun, bulan dan hari. Dari hitungan-hitungan tersebut, manusia mengembangkan sendiri pembagian waktu tersebut, baik itu hitungan yang lebih panjang, seperti abad, milenium, ataupun hitungan waktu yang lebih pendek; jam dan detik. Perubahan detik, jam, hari dan bulan sudah lama tidak menjadi perhatian serius manusia. Hitungan tersebut sudah menjadi sangat cepat bagi manusia, orang-orang mengenyampingkannya, dan menganggapnya biasa-biasa saja, semuanya sudah terbungkus dalam rutinitas yang melelahkan. Yah, waktu terus berjalan, bergerak dan memutar jutaan dekade manusia, tak peduli manusianya ikut bergerak atau tidak, ia kan terus menerjang hingga batas waktu berakhir. Ketika kita ‘sadar’ bahwa waktu bergerak, maka pergerakan jasad itulah yang membuat kehidupan lebih bermakna. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan mulia, bukan suatu cerminan komunitas nomaden, justru sebaliknya menyingkap sebuah definisi hijrah sesungguhnya, yakni Move to Live.

Kembali Mengarungi Samudra Cinta

Sebelum tulisan ini naik, saya coba flashback pada perjalanan tahun lalu yang penuh dengan arti. Beragam rasa bercampur bersama kehangatan cinta yang sulit tuk dilupakan. Yah, sebuah perjalanan yang tidak berujung. Laiknya jutaan mimpi indah yang terus ditunggu, edisi akhirnya tiada pernah ada dalam satu harap sedikit pun. Ingin selalu berlanjut, merajut kebersamaan di Tanah Suci. Bercengkram dengan langkah-langkah suci. Dan bersyukur diantara tapak-tapak para Nabi. Indah dan rasanya sulit tergambarkan oleh sketsa kehidupan. Semuanya menyentuh sendi-sendi kerinduan yang hakiki. Karena –memang- saat itu kita berada di ranah Sang Maha Suci. Tahun ini kembali rasa syukur yang tak terukur atas segala limpahan Karunia-Nya. Rasa syukur karena masih diberikan amanat untuk kembali menemani para Tamu-Nya ke Tanah Suci. Kembali meraih mimpi dengan langkah yang terpatri. Perjalanan tak bertepi itu menjadi saksi betapa kekuatan rasa tidak akan pernah terbendung oleh duri yang menghalang, karena kebersamaan selalu menjadi pondasi awal setiap langkah terkayuh.

Manusia adalah makhluk dinamis, tidak statis. Tidak selalu datar, terlebih diam membatu. Bergerak dan terus bergerak. Tetapi dari pergerakan itu, hanya organ yang bersifat motorik saja yang membedakan manusia dengan benda mati, padahal manusia juga bisa berubah menjadi makhluk yang statis dan bahkan diam jika tidak disebut ‘mati’. Sebutan ‘ekstrim’ itu tentu mengundang pro-kontra ketika kita hanya mendengar kalimat ‘Manusia bisa berubah menjadi benda mati’, yah mati disini ketika brain tidak menghasilkan sesuatu yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Ide yang mandeg, pikiran yang nyusut dan cenderung terus mengalami penurunan. Adalah awal manusia berubah menjadi “Benda Mati” secara minded, yang hanya tumbuh organ-organ motorik-nya saja, tidak lebih dari itu. Oleh karenanya kerangka pikir yang menghasilkan daya pikir adalah prioritas utama yang diemban Rasul untuk “Berpikir”, tentunya berpikir secara terbuka dan tidak parsial. Mudah menerima ide orang dan mengeksplor segala sesuatunya melalui kekuatan berpikir dari diri dan jiwanya sendiri.

Oleh: H. Martono HS (Alumni smartUMRAH Cordova)

1. PERSIAPAN
Bagi yang baru pertama kali akan berkunjung ke Tanah Suci – apalagi yang baru pertama kali pergi ke luar negeri – akan membayangkan betapa repotnya dan mengkhawatirkan banyak hal, karena berdasarkan cerita cerita dari orang-orang yang pernah berkunjung ke Tanah Suci atau melihat berita di televisi, selain cuaca yang kurang bersahabat (panas, kering dan berdebu), juga karena begitu banyak orang datang ke Baitullah, belum lagi khawatir mengenai makanan, bahasa (komunikasi), sikap orang Arab yang jahiliah dll. Anda tidak perlu khawatir berlebihan tentang kondisi di Tanah Suci baik di Jeddah, Mekah maupun di Madinah. Fasilitas transportasi dan akomodasi di Tanah Suci amatlah baik. Ditambah Muthawif (Pemandu) Cordova akan sangat membantu urusan APA PUN, DIMANA PUN dan KAPAN PUN anda memerlukan batuannya. Selama anda mendengarkan arahan dan selalu berkonsultasi/berkomunikasi dengan Muthawif maka anda akan menikmati perjalanan ibadah anda dengan ketenangan dan tanpa gangguan.

Anda tidak perlu khawatir apabila anda mengalami kesulitan dalam menghafalkan doa-doa dalam prosesi Umroh, Muthawif Cordova akan memandu anda. Yakinlah bahwa Perjalanan Ibadah Umroh anda insya Allah sangat menyenangkan bersama Cordova, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, bahkan anda akan merindukannya kembali.

Semua orang –mungkin- pernah merasakan bagaimana rasanya ketika dihinggap perasaan rindu, asa yang menggebu. Jiwa yang meronta karena ingin segera berjumpa. Siang malam gelisah, pasrah menunggu saat yang begitu dinanti. Terlebih jika penantian itu terhadap sosok mulia pembawa Risalah, jangan kan menatap dan menyentuh makamnya, mendengar nama mulia-nya saja, hati terasa bergetar, shalawat menggema dalam jiwa. Dan rasa melebur dalam raga. Semua partikel mengalir dalam tubuh. Begitulah yang dirasa oleh sahabat Uwais Al-Qorni. Seorang yang dinyatakan sebagai ahli surga, penghuni langit, dan sangat terkenal di seantero penduduk langit, namun kurang dikenal di bumi yang terpijak. Uwais Al-Qorni adalah seorang pemuda tampan bermata biru, rambutnya merah dan pundaknya tegap. Ia telah lama menjadi Yatim, tak punya saudara, kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai pengembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menampung kesehariannya bersama sang ibu.