Move to Live

Apa yang bisa kita dapatkan dari perjalanan Sang waktu (?) Awalnya, manusia hanya tahu bahwa Allah SWT membagi waktu menjadi siang dan malam. Seiring bertambahnya umur manusia, barulah mengenal pembagian-pembagian waktu yang lain. Menjadi tahun, bulan dan hari. Dari hitungan-hitungan tersebut, manusia mengembangkan sendiri pembagian waktu tersebut, baik itu hitungan yang lebih panjang, seperti abad, milenium, ataupun hitungan waktu yang lebih pendek; jam dan detik. Perubahan detik, jam, hari dan bulan sudah lama tidak menjadi perhatian serius manusia. Hitungan tersebut sudah menjadi sangat cepat bagi manusia, orang-orang mengenyampingkannya, dan menganggapnya biasa-biasa saja, semuanya sudah terbungkus dalam rutinitas yang melelahkan. Yah, waktu terus berjalan, bergerak dan memutar jutaan dekade manusia, tak peduli manusianya ikut bergerak atau tidak, ia kan terus menerjang hingga batas waktu berakhir. Ketika kita ‘sadar’ bahwa waktu bergerak, maka pergerakan jasad itulah yang membuat kehidupan lebih bermakna. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan mulia, bukan suatu cerminan komunitas nomaden, justru sebaliknya menyingkap sebuah definisi hijrah sesungguhnya, yakni Move to Live.

Bergerak, melangkah tuk menggapai jutaan mimpi adalah suatu cita yang sangat luhur. Terlebih pergerakan itu memiliki nilai filosofis yang menentukan perjalanan sucinya tuk meraih kemulian hidup. Konsep “Fantasyiru fil’ Ardl” (Menyebar luas di Muka Bumi) dalam Al-Qur’an adalah fenomena bahwa pergerakan hidup menjadi sangat penting tuk keseimbangan manusia di muka Bumi. Oleh karenanya, motto ‘Move to Live’ ini, menjadi identitas Cordova untuk lebih mendekatkan jutaan mimpinya pada ranah kenyataan. Tidak sekedar pindah menuju tempat yang lebih layak, tetapi lebih pada menciptakan sebuah “Markazul Islam” (Pusat Keislaman).

Yah, perpindahan Cordova ini, mengusung suatu cita-cita mulia dengan ikut serta dalam menciptakan bangunan peradaban muslim yang elegan, kreatif, dan inovatif. Sehingga bangunan fisik beserta desain interiornya menjelaskan dengan tegas, bahwa rangkaian mimpi Cordova telah dekat pada sebuah realita. Mengembalikan kejayaan Cordova di Andalusia adalah klimaks yang kerap menjadi suatu inspirasi. Dengan setingan “Markazul Islam”, Cordova membangun satu auditarium sebagai pusat kajian Islam. Tentunya, bukan hanya untuk mengadakan manasik haji atau umrah saja, Auditarium ini juga berfungsi untuk beragam agenda masyarakat luas. Bisa digunakan untuk kajian Islam, seminar, atau gathering keluarga maupun para alumni haji.

Selain itu, cordova mensetting halaman belakangnya menjadi sebuah ruang yang sangat rileks berkonsep kafe. Ruangan beralas kayu itu memberikan nuansa yang nyaman bagi mereka yang ingin mengadakan pertemuan, atau sekedar konseling baik mengenai haji umrah ataupun kepentingan informal meeting para jemaah Cordova, atau bisa juga dijadikan sebagai tempat hang-out para alumni. Tempat ini juga dapat digunakan sebagai alternatif venue jika manasik haji atau umrah di Auditarium tidak mencukupi.

Perpindahan ini adalah spirit dari perjalanan hijrah menuju kondisi yang lebih baik, duniawi maupun ukhrawi. Sehingga kita akan bersama merasakan fasilitas itu pada 15 Maret bertepatan dengan 12 Rabiul Awal, ditandai dengan pelaksanaan manasik bagi rombongan smartUMRAH Cordova.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *