Sepenggal Kisah Syukur
Ketika kembali dari Bandung menuju Jakarta tuk bekerja. Kereta Argo Parahyangan yang saya tumpangi dari Stasiun Cimahi perlahan-lahan memasuki stasiun Jatinegara. Para penumpang yang akan turun di Jatinegara saya lihat sudah bersiap-siap di depan pintu, suasana Jatinegara penuh sesak seperti biasa. Sementara itu, dari jendela, saya lihat beberapa orang porter/buruh angkut berlomba lebih dulu masuk ke kereta yang masih melaju. Mereka berpacu dengan kereta, persis dengan kehidupan mereka yang terus berpacu dengan tekanan kehidupan kota Jakarta. Saat kereta benar-benar berhenti, kesibukan penumpang yang turun dan porter yang berebut menawarkan jasa kian kental terasa. Sementara di luar kereta saya lihat kesibukan kaum urban yang akan menggunakan kereta. Mereka kebanyakan berdiri, karena fasilitas tempat duduk kurang memadai. Sebuah lagu lama PT. KAI yang selalu dan selalu diputar dengan setia.
Haji dan Rafats
Barangsiapa melaksanakan haji di rumah ini (Baitullah Al Haram), tidak rafats dan tidak berbuat fasik, maka dia kembali seperti pada hari dilahirkan ibunya. (HR. Bukhari)
Ali ‘Imran: 96
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia.
Tolak Vaksin, Tidak Berangkat Haji
Jakarta-. Pemerintah mempersiapkan langkah tegas untuk menyikapi penolakan penggunaan vaksin meningitis bagi calon jamaah haji (CJH). Menurut Menag Suryadharma Ali, semua CJH diimbau agar bersedia diberi vaksin meningitis. Sebab, pemerintah Arab Saudi mewajibkannya. Bila CJH tidak mau divaksin, Kemenag sebagai operator tunggal haji tidak akan memberangkatkan ke tanah suci. “Alasannya demi perlindungan kesehatan yang bersangkutan. Jamaah yang menolak harus menanggung risiko. Bisa saja pemerintah Arab Saudi menolak kedatangan peserta ibadah haji yang belum divaksin meningitis,” katanya hari Jumat, 25 Juni lalu.
Tentang Sebuah Kepedulian
Tulisan ini bukan kisah tentang penghakiman pada kesalahan orang, atau penghukuman atas apa yang terjadi. Tanpa mencari kambing hitam tuk disalahkan, saya benar merasa telah banyak masyarakat kita -termasuk saya tentunya- terperangkap pada rutinitas hidup yang serba ‘cuek’ guna sukses tuk mengoptimalkan eksistensi diri. Terjebak pada budaya cuek, akhirnya lahir pribadi-pribadi yang hidup lebih mementingkan diri sendiri. Memperton-tonkan ke-Aku-annya, agar penilaian orang lebih terfokus pada ‘make up’ penampilannya. Merasa super ketika mendapat award, merasa bangga saat mencipta karya, tetapi lupa bagaimana award dan karya itu tercipta. Hidup dengan dunianya sendiri, tak pernah gundah saat kawan dirundung masalah, tak pernah peduli dengan lingkungan sekitar. Dalam pikirannya hanya satu “Bagaimana aku bisa mengerjakan tugasku”, lebih spesifik “Bagaimana aku mendapatkan hasil dari kerjaanku” titik. Flat, dan tak fleksibel. Semuanya hanya dipandang pada kapasitas diri, bahkan cenderung mengurung dari kemampuan diluar track-nya.
Cordova Kondangan Eight (CK8)
Ora Bakal Misah…!
Ada satu moment yang sangat special bagi keluarga besar Cordova akhir pekan lalu. Terlebih untuk dua staf Cordova yang akan mengakhiri masa lajangnya. Yah, siapa yang tidak mengenal Brahma alias Bram dan Febiyanti Erly alias Erly di kalangan keluarga besar Cordova. Kiprahnya dalam berkarya menjadikan Cordova semakin berwarna. Bangunan kokoh yang dikaitkan oleh pilar-pilar Cordova itu menjadi ikatan yang sulit dipisahkan dari persaudaraan yang telah menyatu. Persaudaraan adalah segalanya dalam berbagai hal, ia tak terkukung oleh waktu dan tempat. Begitulah Islam mengajarkan umatnya untuk saling memberi sesama muslim, laiknya seperti kesatuan anggota tubuh yang memiliki rasa sama ketika sakit dan senang. Pun demikian bagi Cordova, atmosfir persaudaraan dalam kesatuan team sangat kental terasa. Meski –tentunya- kadang rasa marah, sebel, bete, senang, bangga, haru, sedih kerap bercampur dalam wadah persaudaraan.
Time to Change! The Real Aqsa
Lebih dari puluhan tahun, sejak Israel resmi kembali menjajah negeri Palestina pada 1948, sejak itu pula bangsa yang tak kenal malu itu, mulai menancapkan taringnya di negeri Palestina dengan membunuh dan mengusir lebih dari jutaan muslim Palestina. Mereka menjajah semua jengkal tanah milik Palestina terkecuali Jalur Gaza, yang memang sulit tuk ditaklukkan. Ibarat tembok besar yang tak pernah goyah oleh serangan zionis Israel. Menilik sedikit sejarah bagaimana negeri ‘Si Muka Dua’ Israel ini berdiri. Efek dari pemusnahan bangsa Yahudi oleh Nazi, melalui gerakan antisemit di seluruh dunia melahirkan reaksi balik berupa gerakan Zionisme sedunia. Tokoh yang menggagas gerakan ini adalah Dr. Theodore Herzl (1896), seorang Yahudi Hongaria di Paris. Menurut Herzl, satu-satunya obat mujarab untuk menanggulangi antisemitisme adalah dengan menciptakan suatu tanah air bagi Bangsa Yahudi. Melalui berbagai propaganda, tujuan Herzl mulai direspon oleh seluruh Bangsa Yahudi yang tersisa, namun belum ditegaskan dimana letak tanah air bangsa Yahudi akan dibangun. Awalnya disebut Argentina atau Palestina, tetapi dalam kongres kaum Zionis pertama di Basel, Swiss tahun 1987, mereka menetapkan Palestina sebagai pilihannya.
All About Gharqad
Seperti yang tertuang dalam artikel sebelumnya, kita akan membahas sedikit tentang pohon yang menjadi ‘pelindung’ bangsa yahudi. Bagaimana ciri pohon itu, lalu kenapa Gharqad menjadi satu-satu nya jenis pohon yang melindungi bangsa Yahudi. Tetapi perlu sekali lagi kita tekankan, bahwa keyakinan kita pada hadist Nabi mengenai pohon Gharqad dan ketakutan bangsa yahudi itu harus melebihi keyakinan mereka pada sabda Rasulullah SAW. Tidak seperti segelintir orang yang membenturkan hadist tersebut dengan keterbatasan akalnya. Menurutnya, semua itu hanya sebatas kiasan atau hal yang tidak mungkin terjadi, seolah ditutup-tutupi kebenarannya. Baiklah, kita beranjak pada pengetahuan tentang Gharqad. Pohon ini bentuknya jauh dari indah, sebab bukan termasuk tanaman hias. Namun pohon ini termasuk salahsatu ‘benda tak bernyawa’ yang membangkang terhadap perintah Allah SWT dengan melindungi bangsa yahudi.
Biadab Mu Israel
Airmata dunia sudah terlalu kering meratapi kesengsaraan bangsa Palestina. Darah sudah menjadi gelontoran marus yang merata di setiap jengkal tanah Palaestina. Blokade dan isolasi membuat anak-anak Palestina menjerit menahan rasa lapar dan dahaga, mirisnya, semua ini terjadi di kedaulatan tanah Palestina yang di klaim sebagai tanah suci milik yahudi Israel. Yah, tragedi ‘Black Monday’ kemarin adalah penegasan kembali untuk membuka mata semua dunia tentang kiprah, watak dan arogansi Israel sebenarnya. Menentang perdamaian, anti humanisme, bangsa bar-bar dan tak tahu diri. Karena urat malunya sudah terputus, beberapa tahun silam mantan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon pernah ditanya oleh wartawan tentang batas wilayah negara Israel, maka dengan sombong dia menjawab bahwa batas teritorial negaranya adalah sepanjang kaki-kaki militernya mampu mencengkramkan kuku-kukunya. Batas wilayah negara Israel Raya menurutnya adalah seluruh Timur Tengah, bukan hanya Palestina.
Journey With Cordova
Oleh: Agung Handoyo Sumitro (Airport TV Reporter)
Bersiap-siap kami team Srikandi kesehatan memulai perjalanan Rohani ini. Dipimpin oleh team Cordova yang professional dan rendah hati, dipandulah kami para pemula yang ingin menjajakkan kaki di negeri yang selama ini ada dibatas angan yang diam-diam kami pendam dilubuk hati. Dengan prosesi pelepasan yang elegan di Jakarta airport hotel, Turkey airlines akhirnya benar-benar take off mendarat di Istambul.