Pemerintah telah memutuskan penggunaan vaksin meningitis untuk para calon jamaah haji. Hal itu diputuskan setelah tender pengadaan vaksin dimenangkan oleh PT Biofarma. Dari persyaratan yang telah ditetapkan, hanya produsen vaksin asal Belgia, Glaxosmithkline (GSK), yang sesuai. Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (Binfar Alkes) Kemenkes, Sri Indrawati mengatakan, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Mengenai mutu, dan keamanan menjadi pertimbangan Kemenkes. Selain itu, hingga saat ini hanya GSK yang terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Proses tender, kata Sri, tidak berlangsung lama. “Kita sudah melakukan tender secara terbuka, tapi hanya ada satu peserta,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Kamis (15/7). Akhirnya, pihaknya melakukan penunjukan langsung kepada Biofarma sebagai peserta tunggal proses tender. Penunjukan langsung ini bukanlah yang pertama. Pada dua kali tender sebelumnya, pihaknya juga melakukan penunjukan langsung. Hal itu dilaksanakan atas usulan dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah (LPPK).

Neil Amstrong telah membuktikan bahwa kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah. Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, dia berkata, “Planet Bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya (?).” Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut. Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah

Selasa, 13 Juli kemarin, tepat tanggal 1 Sya’ban 1431 H. Pintu Ka’bah kembali dibuka dan dibersihkan. Seperti biasa, prosesi pembersihan Ka’bah dilakukan dua kali dalam setahun. Rumah Allah, Baitullah ini di bersihkan setiap bulan Muharram dan awal Sya’ban. Uniknya prosesi pada 1 Sya’ban kemarin itu bisa dikategorikan sebagai proses preparing hamba Allah menghadapi bulan Suci Ramadhan. Sebuah ritual yang mengisyaratkan betapa proses ‘pembersihan’ menghadapi Ramadhan sangat penting dilakukan. Nampaknya kita harus sadar bahwa Ka’bah adalah sebuah komunitas yang akan dilihat makhluk lainnya. Bangunan paling suci yang menjadi kiblat umat Islam didunia saja, dalam menghadapi Ramadhan dilakukan pembersihan, lalu bagaimana dengan manusia (?) Tentunya harus lebih membersihkan diri tuk bersiap menghadapi Ramadhan. Pembersihan bagi setiap muslim, tidak hanya secara jasmani, tetapi lebih ditekankan dalam membersihkan hati dan spritual. Filosofi pencucian Ka’bah yang dilakukan sebulan sebelum bulan suci inilah, yang membuat rangka antusiasme menghadapi bulan penuh Rahmat kian terbangun. Merangkai suatu kekuatan yang kokoh guna menghadapi segala rintang di bulan suci.

Komite Haji Tettinggi Arab Saudi bertemu hari Sabtu lalu dan membahas peluncuran sebagian dari kereta api Metro Mekah, sistem kereta api baru menghubungkan tempat-tempat suci Mina, Arafat dan Muzdalifa ke kota suci. Deputi Perdana Menteri II dan Menteri Dalam Negeri Pangeran Naif, yang memimpin pertemuan tersebut, menyerukan kepada lembaga-lembaga publik dan swasta untuk membuat musim haji mendatang sukses. Tahap pertama dari metro, yang juga dikenal sebagai KA Masyair ini dirancang untuk mengangkut 70.000 jamaah haji dalam waktu satu jam antara tempat-tempat suci, akan diluncurkan selama musim haji. “Tiga puluh lima persen dari kapasitasnya akan digunakan haji tahun ini,” kata seorang pejabat senior. Saudi akan memiliki 20 kereta tahun depan sehngga bisa beroperasi dengan kapasitas penuh. Setiap kereta akan memiliki 12 gerbong.

Bagi Anda yang pernah merasakan ibadah umrah di Bulan Suci Ramadhan, maka –saya- jamin secara naluri Anda akan memiliki hasrat tuk terus mengulang ditahun-tahun selanjutnya. Tidak berlebihan, mengingat suasana dan aura yang bertebar begitu dahsyat pada bulan itu. Spesial moment yang tak pernah lenyap dalam ingatan, terlebih dalam lembaran hidup keagamaan kita, rasa-rasanya ketenangan jiwa tidak bisa tergantikan ketika shaum dan ibadah Ramadhan lainnya, dapat kita kerjakan di tengah kesucian bumi. Rumah Allah yang menjanjikan makbulnya berjuta doa, harap dan asa. Bahkan jauh dari bentuk nominal manusia sekalipun. Manusia adalah makhluk yang gemar berhitung. Terlebih secara manusiawi, hitungan matematis berupa pahala yang berlipat saat melaksanakan umrah di Bulan Suci adalah salah satu target, guna mencapai kesucian jiwa dan raga. Rasulullah SAW, menganjurkan umatnya untuk melaksanakan umrah di bulan Ramadhan. Selain nilai ibadahnya sama dengan haji, beritikaf di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, pahalanya juga akan dilipatgandakan.

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Dan barangsiapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Sekai wo tsukutta kami wa (Tuhan yang menciptakan dunia)
Subete no mono mo (Juga seluruh macam benda)
Dare ka tsukutta ka (Siapakah yang menciptakan?)
Dare demo dekinai keredo (Siapapun mungkin tak akan bisa)
Allah shika tsukurenai to wa (Selain hanya Allah-lah yang bisa)
Hakkiri to wakatta (dengan jelas dimengerti)
………..

Penggalan lagu nasyid yang dipopulerkan oleh Snada tersebut diatas, lagunya begitu rancak dan penuh semangat. Layaknya semangat samurai Jepang yang pantang menyerah. Begitulah jika dalam hati kita telah tertanam jati diri Islam. Sebuah kebanggaan yang juga diiringi dengan ke-tawadu-an, bangga sebagai muslim dan tawadhu sebagai hamba Allah. Islam rahmatan lil’alamin, tidak berbatas suku bangsa. Semangat ini pulalah yang coba ditebarkan oleh Cordova dengan menapaki bumi Negeri Sakura untuk pertama kalinya. Japan Holiday Journey, adalah paket perjalanan non-Umrah, yang mulai Cordova kembangkan sebagai paket perjalanan baru. Dimana nilai-nilai Islam tetap dipertahankan, seperti menjaga waktu sholat, menjaga ‘halal food’, dan mengunjungi masjid-masjid setempat.

Ketika kembali dari Bandung menuju Jakarta tuk bekerja. Kereta Argo Parahyangan yang saya tumpangi dari Stasiun Cimahi perlahan-lahan memasuki stasiun Jatinegara. Para penumpang yang akan turun di Jatinegara saya lihat sudah bersiap-siap di depan pintu, suasana Jatinegara penuh sesak seperti biasa. Sementara itu, dari jendela, saya lihat beberapa orang porter/buruh angkut berlomba lebih dulu masuk ke kereta yang masih melaju. Mereka berpacu dengan kereta, persis dengan kehidupan mereka yang terus berpacu dengan tekanan kehidupan kota Jakarta. Saat kereta benar-benar berhenti, kesibukan penumpang yang turun dan porter yang berebut menawarkan jasa kian kental terasa. Sementara di luar kereta saya lihat kesibukan kaum urban yang akan menggunakan kereta. Mereka kebanyakan berdiri, karena fasilitas tempat duduk kurang memadai. Sebuah lagu lama PT. KAI yang selalu dan selalu diputar dengan setia.

Barangsiapa melaksanakan haji di rumah ini (Baitullah Al Haram), tidak rafats dan tidak berbuat fasik, maka dia kembali seperti pada hari dilahirkan ibunya. (HR. Bukhari)