Jakarta, 25 Oktober 2012.

Wukuf Live adalah event tahunan Cordova yang telah berlangsung sejak smartHAJJ 2008/ 1429 H. Kegiatan lepas kangen antara jamaah smartHAJJ di Tanah Suci dengan keluarga di Tanah Air yang Cordova fasilitasi dengan video conference melalui satelit Inmarsat menggunakan teknologi BGAN ini membuat sensasi emosi smartHAJJ membumbung tinggi di Arafah.

Wukuf di Padang Arafah adalah peristiwa yang sangat besar di muka Bumi. Bagi umat manusia, -sesungguhnya- tidak ada peristiwa yang terdahsyat selain apa yang terjadi di hari ini, di hamparan Padang Arafah. Dimana ALLAH SWT, Pencipta, Pemilik dan Penguasa Alam Raya, turun langsung ke Langit Bumi, menembus relung jiwa manusia muslim di hamparan Arafah. Membangga-banggakan manusia muslim yang sedang wukuf kepada para Malaikat-Nya. Peristiwa Besar inilah (Wukuf) yang sepatutnya dikenal dan dipahami secara luas oleh masyarakat muslim di Indonesia, terutama bagi anak dan keluarga mereka yang berada di Arafah.

Arafah adalah tempat dipertemukan kembali Adam dengan Hawa dalam kasih sayang dan ampunan Allah, peristiwa monumental tersebut diabadikan dalam prosesi terpenting ibadah haji yaitu Wukuf Arafah. Sebagai rukun haji, Wukuf di Arafah menjadi indicator sah-tidaknya seseorang berhaji sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa Haji itu (wukuf di) Arafah. Sudah menjadi tradisi setelah mengikuti wukuf Arafah dengan sholat berjamaah, mengikuti khutbah Arafah, berdoa dan dzikir bersama, para jamaah saling bermaafan dan mengucapkan selamat satu dengan lainnya.

Dengan berkembangnya teknologi, permohonan maaf juga dilakukan para jamaah kepada keluarga terdekatnya yang ada di Tanah Air. Suasana yang sarat emosi jiwa dalam rasa syukur yang kuat atas terselenggaranya prosesi terpenting ibadah haji, wukuf di Arafah. Keharuan paling dalam dirasakan antara orang-tua dengan anaknya yang terhalang jarak, kerinduan yang terpendam sepeninggal orang-orang terkasihnya melakukan perjalan haji akan tertumpah saat mereka “dipertemukan” melalui video conference di Aula Cordova di daerah Kemang.

Momentum sakral wukuf selalu menjadi ‘Primadona’ dalam setiap etape perjalanan haji. Untuk ke-5 kalinya pelaksanaan wukuf menjadi ajang ‘Klimaks’ dalam menyambungkan rasa antara mereka yang melaksanakan wukuf di Arafah dengan keluarga tercinta di Tanah Air. Selain itu, Cordova juga mencoba untuk mengkoneksikan kepedulian mereka dengan saudaranya yang tertimpa musibah. Menyapa, berdo’a dan mengumpulkan dana untuk sekedar memberikan motivasi, bahwa mereka yang tertimpa musibah di seantero negeri masih memiliki saudara yang selalu mendoakannya di Tanah Suci.

Seperti estafeta wukuf live tahun 2010, keluarga dan anak-anak jemaah haji yang berada di Arafah telah berhasil mengumpulkan dana kemanusiaan untuk korban Merapi. Tahun ini, dengan semangat Care & Share, semoga bisa memberikan yang terbaik pula bagi mereka yang terkena Musibah di manapun. Apapun bentuk bantuan itu, bisa materi ataupun doa-doa Arafah yang pasti di ijabah.

Wukuf Live yang mengusung konsep ‘Care & Share’ ini sekaligus ikhtiar dari pengejawantahan makna Mabrur yang berimplikasi pada kebaikan dan rasa peduli terhadap sesama.

Dalam tataran teori, makna ikhlas sangat mudah untuk dipresentasikan, terlebih dijadikan semacam buah bibir. Lalu apa dalam konteks praktis, rasa ikhlas mudah pula diaplikasikan (?) Hanya kita tentunya yang mampu menjawab semua itu. karena ikhlas adalah sesuatu yang hanya bisa dikerjakan oleh kekuatan hati. Sehebat apapun nilai postif dari pekerjaan, jika pesona ikhlas tak bersemi dalam jiwa, maka yakinlah segala sesuatunya akan terasa berat. Jangankan untuk melakukan hal-hal besar, untuk tersenyum saja, jika keikhlasan tak pernah ada, maka mulut ini akan sulit digerakkan. Padahal tersenyum adalah hal yang paling ringan dalam beribadah.

Terlebih jika konsep ikhlas ini kita tarik ke ruang lingkup pelaksanaan haji yang benar-benar membutuhkan keikhlasan super hebat. Bayangkan saja, mulai dari niatan haji, pengeluaran biaya yang tak sedikit, menghadapi prihal crowded di tanah suci, meninggalkan keluarga, dan 1001 masalah teknis maupun non-teknis lainnya. Ikhlas adalah satu-satunya kunci yang akan menjadikan setiap perjalanan haji menjadi lebih mudah dan bermakna. Sahabat dekat ikhlas adalah sabar, berbeda dengan sabar, terkadang tidak selamanya orang sabar akan mengikhlaskan segala sesuatu, namun dengan keikhlasan, ia akan meliputi rasa sabar yang tak terhingga.

Ikhlas adalah sesuatu yang sangat berharga menjadi bekal perjalanan haji. Tanpa jiwa ikhlas, semuanya benar-benar akan menjadi ancaman pelebur pahala mabrur. Setiap orang meyakini bahwa pelaksanaan haji selalu saja memberikan cerita yang tidak selamanya indah tuk dirasa. Seorang teman yang juga pakar bahasa Arab, memberikan plesetan mengenai kata ikhlas. Ikhlas hampir sama dengan makna kholas, yakni “sudahlah”. Menyudahi segala perkara yang terjadi dengan perasaan ikhlas terhadap segala sesuatu yang telah terjadi. Selain itu penyerahan diri yang total menjadikan jiwa semakin mantap adalah bagian makna ikhlas.

Menjelang bulan-bulan haji, rasa ikhlas harus benar-benar diolah kembali. Menjadi sesuatu yang berharga laiknya sebuah senjata kala maju ke medan perang. Tanpa senjata di laga pertempuran, kita akan sulit menembus panji kemenangan, tidak mustahil tanpa senjata kita juga akan mati konyol di medan laga. Ikhlas adalah senjata dan bekal perang di medan haji yang sangat “buas”. Ia akan meng-cover segala kemungkinan serangan hati saat berada di tanah suci. Karena dari sanalah, segala point haji kita ditentukan. Ikhlas memang segalanya.

Ikhlas tak perlu belajar namun perlu dibiasakan. Ikhlas adalah komandan hati dalam merangkai ibadah lainnya. Dengan ikhlas pula manusia akan mudah mendapatkan apa yang diinginkan. Karena klunya satu, Allah SWT hanya menerima peribadatan hamba-Nya atas dasar keikhlasan jiwa.

Salahsatu landasan ‘dresscode’ umrah dan haji menggunakan kain ihrom adalah pertanda kesatuan hakiki yang tiada beda antara manusia saat berhadap dengan-Nya. Kala berlindung di Haram-Nya kesucian tanah, kala rasa tiada arti tuk malu berbalut dua helai kain saja. Semuanya berada pada zona kesucian yang mengharamkan perbedaan status. Semua tamu-Nya sama, tamunya Dzat Maha suci. Tidak lantas karena sosok yang memiliki ‘pengaruh’ di sebuah negeri, menjadi sangat dominan dan diberlakukan berbeda dengan kelompok yang bersama menuju Tanah Haram. Bukan tidak diberlakukan spesial, karena –memang- mereka (Para tamu Allah) adalah sosok-sosok spesial yang musti dilayani dengan sangat perfect. Masalahnya hanya ada pada perbedaan lebih ‘rengkuh’ di antara tamu-tamu yang berada disekitarnya. Mereka menjadi lebih ‘terhormat’ dibanding dengan rekan sesama hajinya. Entah siapa lah dia yang jelas semua jiwa, semua manusia, dan semua hujaaj adalah sama di hadapan-Nya.

Karenanya, Cordova mencoba untuk selalu berada pada jalur yang melandasi hakikat kebersamaan para jamaahnya. Tidak ada figuritas jamaah yang lebih menonjol atau spesial untuk dilayani secara berlebih di antara jamaah lainnya. Baik itu tokoh masyarakat, tokoh nasional, politikus, artis bahkan seorang pejabat negara sekali pun. Semua mendapatkan porsi sama dengan pelayanan, karena –sekali lagi- mereka sama dihadapan Rabbul Izzati.

Terkadang kita menyaksikan bahwa ada sesuatu yang –rasanya- harus dibenahi dalam pelayanan para tamu Allah. Bukan kurang atau tidak maksimal dalam melayani, namun ada porsi-porsi yang dipandang sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai universal Haji. Masih adanya pengkategorian jamaah ‘borju’, berduit atau berkelas lebih mendapatkan pelayanan yang maksimal dibanding jamaah lainnya, maka tentu pelayanan itu sudah menyalahi nilai luhur ibadah haji. Bukankah Allah Sebagai ‘Tuan Rumah’ para Tamu-Nya saja memberikan karunia dan anugerah pada semua tamu-Nya tanpa pandang bulu, lalu mengapa kita musti sibuk untuk ‘mencari muka’ di hadapan ‘segelintir’ makhluknya.

Disinilah kami banyak belajar tentang bagaimana menjadi salahsatu ‘paku’ pelekat atas nama Cordova dalam melayani tamu-tamu suci dengan penuh rasa tulus. Tidak ada kategori jamaah yang harus menjadi idola hanya karena statusnya. Semuanya sama menjadi tujuan pelayanan yang maksimal. Karena nilai kebersamaan yang dibangun itulah setiap hajj guard Cordova terdidik untuk tidak menjadi pelayan yang silau akan status segelintir orang. Terlebih bangga hanya karena bisa berpose dengan tokoh idola. Atau mempromosikan bahwa si A, tokoh anu haji dan umrah bersama kita.

Untuk menjadi ‘sesuatu’, harus ada yang memberikan contoh secara langsung. Tentunya contoh harus datang dari yang mempunyai kedudukan lebih baik. Memperlakukan sama tanpa harus kehilangan nilai penghormatan. Figur yang menjadi contoh dalam melakukan apapun, sangatlah berperan dalam sebuah kehidupan. Seandainya saja setiap kita sangat mencintai Rasulullah SAW, tentunya kita tidak akan sulit mendapatkan figur untuk di contoh. Tidak melulu mengangkat orang untuk narsis bergaya di depan kamera, kemudian dijadikan contoh dengan berlebihan.

Bismillah, semua rasa terbangun atas dasar kecintaan yang berlapis tulus. Tiada cita yang terluhur kecuali melayani tamu suci-Nya dengan hati. Karena hatilah yang memiliki rasa. Rasa kebersamaan itulah yang menjadi tujuan awal dalam membangun komunitas Mabrur. Tidak malah ‘Lebih’ mengayomi satu dua orang saja, melainkan semua tetamu suci-Nya.

Al-Azhar BSD Bimbing Manasik Golden Age

Serpong-Banten
Ada yang berbeda pada sabtu (17/12) kemarin di Sekolah Al-Azhar BSD, kawasan kota mandiri (samping taman kota) itu seolah bergema dengan beberapa kegiatan di pagi hari. Tepatnya dari halaman, aula masjid hingga lapangan sekolahnya disesaki ratusan pengunjung. Dari mulai acara Fun Bike meramaikan gema Muharram, resepsi pernikahan di Aula masjid, hingga acara manasik haji ratusan anak TK Al-Azhar BSD. “Luar biasa…manasik haji anak-anak TK kali ini”, gumam seorang satpam yang setia melayani keluar dan masuk kendaraan di area parkir. Betapa tidak, tenda-tenda moncong putih laiknya di Mina sudah bertengger dengan pernik dan khas tanah suci. Kerjasama antara Cordova dengan TK Al-Azhar BSD pun semakin erat ketika peserta didik dibimbing bersama oleh muthawif dan guru-guru TK. Semua etape laiknya seorang haji dan hajjah, mereka (anak-anak TK) perlihatkan dengan mimik yang teramat lucu. Bermain sambil berkenalan dengan rukun Islam ke-5 itu, berjalan dengan riang gembira. Tentunya property yang disiapkan pun sesuai dengan dunia mereka. Di samping tenda Mina, tersedia photo booth yang menggambarkan tanah Arab dengan beberapa boneka unta besar yang bisa ditumpangi. Mereka bersama orangtuanya terlihat asyik dan menikmati suasana arab dadakan di sekolahnya.

Malaikat-malaikat kecil itu memulai manasik menggunakan kain ihram yang dikenakkan langsung sejak dari rumahnya masing-masing. Melangkah bertalbiyyah ditemani ayah maupun bunda. Semuanya sama, putih dan bersih. Mendayuh gelora rasa setiap orang yang menyaksikannya. Berbalut ihram dan pakain putih bagi anak perempuan, membuat hati terharu bercampur bangga. Meski –sesungguhnya- konten dan filosopi mengenai haji sulit dipahami anak usia dini, namun pengenalan tempat-tempat suci, dan kaidah simple mengenai rukunnya umat Islam, akan selalu diingat dan terngiang dalam cakrawala pikirnya yang polos. Mereka diarahkan bak gelombang air yang disalurkan ke tempat-tempat mengalir, akan menuju kemana air itu, tergantung bagaimana masa golden age itu diarahkan.

TK Al-Azhar memiliki peran yang teramat mulia, mereka (para guru dan perangkat sekolah lainnya) menjadi pemegang kunci masa depan makhluk-makhluk suci. Partner yang juga paling dominan dalam membentuk dan membimbing mereka –tentunya- adalah orangtua dan wali murid yang dengan sadar bahwa masa-masa seperti saat itulah yang sedikit banyak akan mempengaruhi langkah hidup mereka kelak.

Seperti yang banyak kita ketahui, pada usia 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi. Itulah masa-masa dimana perkembangan fisik, mental maupun spritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak orang yang menyebutkan masa tersebut sebagai masa-masa emas seorang anak (golden age).

Dengan demikian, manasik ini menjadi suatu yang sangat berarti dan akan teringat dalam memorinya. Mereka akan ingat bagaimana seorang yang berhaji harus menggunakan kain ihram bagi laki-laki, wanita menggunakan baju putih bersih, meski belum saatnya mengetahui apa filosopi dibalik itu. Mereka juga akan sangat teringat bagaimana cara thawaf di Baitullah, dan sya’i di bukit Shofa dan Marwa, meski baru hanya sekedar simulasi atau permainan yang menyenangkan berputar-putar.

Subhanallah… bagi kita yang memiliki anak usia golden age seperti anak didik di Al-Azhar, lalu menyaksikan langsung bagaimana riang mereka melakukan ritual manasik haji dengan semangat talbiyyah yang merona dalam setiap ucap bibirnya, melangkah dengan gontai khas anak, tertawa, tersenyum, menatap dan melambaikan tangan kepada kita. Spontan, meski mata tak berlinang air, hati dan jiwa yang kan bergetar bangga dan haru. Makhluk sekecil itu sudah sangat merindukan Baitullah…

Segera Daftarkan nama Anda sebelum esok tiba!

Bila Islam tidak melarang menambahkan syarat haji, bisa saja no porsi menjadi salahsatu syarat haji. Dalam birokrasi –mungkin- bisa benar jika kuota, atau no porsi yang diperoleh menjadi syarat yang sangat urgent untuk berangkat haji. Atau (kuota) bisa disandingkan dengan syarat ‘Mampu’ dalam berhaji. Bagaimana tidak, untuk haji plus saja, yang ingin berangkat tahun depan (2012) sudah tidak mungkin. Bahkan untuk keberangkatan tahun 2013 pun hanya tersisa kurang lebih 2000 orang saja, yang lamanya bisa diperkirakan hanya beberapa pekan, tidak mustahil beberapa hari saja sudah penuh. Karenanya jika memiliki niatan kuat untuk berangkat haji tahun 2013, maka segeralah untuk mendaftarkan diri, ke travel manapun. Sebagai syarat berangkat haji khusus (haji plus). Karenanya, atas nama Management Cordova –sekali lagi- bagi umat Islam yang memiliki niatan kuat berangkat haji tahun 2013 untuk segera Mendaftarkan diri ke travel haji manapun, once again, ke travel haji manapun. Hal itu untuk mengamankan kuota yang nyaris habis detik-detik ini. Setelah no porsi didapat untuk keberangkatan tahun 2013, maka pilihan selanjutnya ada ditangan Anda untuk berangkat haji bersama travel yang Anda inginkan.

Antusiasme berangkat haji di Indonesia -memang- dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Bahkan banyak pula calon jemaah haji yang awalnya tercantum sebagai waitinglist haji regular untuk keberangkatan beberapa tahun ke depan, mulai banyak beralih untuk daftar haji khusus.

So’ ketika niatan haji itu telah kuat, jalan selanjutnya adalah Do It! Mendaftar ke travel-travel haji. Siapapun yang membaca artikel ini, jika tidak untuk sendiri, alangkah bijaknya jika memberikan kabar kepada sanak saudara, kerabat atau siapapun yang ingin berangkat haji tahun 2013, agar segera mendaftarkan diri. Cordova tidak memiliki kepentingan dalam artikel himbuan ini agar segera mendaftar ke Cordova, tetapi sebagai bentuk together dalam meraih kemakmuran melalui bangsa yang Mabrur dalam berhaji. Amankan kuota haji Anda sekarang juga! Ke travel haji manapun!

Untuk beberapa saat lagi, seluruh jemaah haji akan merapat pada satu titik ‘penentu’ di ranah yang teramat suci. Birokrasi Kementrian haji Saudi Arabia pun melakukan ‘closing date’ bagi jemaah bervisa haji pada esok hari pukul 04.00 waktu setempat. Semua perjalanan dari Jeddah menuju Madinah tidak diperkenankan lagi, pun demikian dari Madinah menuju Makkah besok adalah hari terakhir. Jemaah semua diarahkan memasuki kota Makkah, untuk bersiap melakoni essential journey dalam perjalanan haji. Semua pantauan mata tertuju pada satu titik yang teramat saklar dalam perjalanan haji. Sebuah inti dari perjalanan haji, jantung dalam pelaksanaan haji, samudra dari segala gerak yang terlangkah, dan ruang yang tiada batas dalam pelebur segala nista. Ia menjadi semacam oase ditengah dahaga jutaan dosa yang membelenggu. Penantian kala tujuh langit terbuka, dan gelombang yang menggetarkan Malaikat penyangga Arsy. Saat itu, airmata menjadi permata yang tiada bandingannya, serta penyesalan akan melenyapkan semua dosa yang telah mengkelamkan jiwa. Amazing moment!

Haji adalah perwujudan perjalanan napak tilas. Pertama napak tilas tempat dan yang kedua adalah napak tilas perjalanan spiritual Nabi Ibrahim. Napak tilas tempat ditunjukkan dengan penyelenggaraan ibadah yang dilakukan di Mekah dan sekitarnya, tanpa bisa digantikan tempat lain dalam keadaan bagaimanapun. Karena disana lah berdiri rumah suci Kabah atau Baitullah dimana semua doa akan dikabulkan. Napak tilas kedua adalah berbagai ritual, semacam sa’i antara Shafa dan Marwah yang dirujuk dari kisah Siti Hajar. Ritual ini adalah refleksi bahwa manusia harus berusaha dan bekerja tidak sekedar menengadahkan tangan berdoa dan seolah-olah semuanya akan dijatuhkan ALLAH dari langit. Sebagai penyempurna dari perjalanan itu adalah Wukuf atau berhenti untuk berinstropeksi, berdoa dan menyesali segala kehinaan diri. Inilah yang akan menjadi penentu dari semua perjalanan haji.

Adapun setelah itu adalah ritual awal perjalanan hidup kembali. Bagaimana menjaga kunci pintu surga, untuk tidak kembali direbut oleh iblis. Maka ritual yang dilakukan adalah pendekatan dan penyerahan diri dengan melakukan –thawaf- Ifadhoh dan melempar jumroh sebagai simbol perlawanan kepada iblis durjana untuk mendekap apa yang didapat saat wukuf berlangsung.

Meski menjadi ‘puncak’ dalam pelaksanaan haji, wukuf tidak semata menjadi ibadah individual dan tujuan terakhir melakoni rangkaian haji (final goal). Alumnus Arafah harus menjadi penyemangat dalam mobilitas vertikal, yang bertujuan agar manusia menjadi terbuka mata hatinya (be aware) terhadap kekuasaan ALLAH SWT yang Maha Agung. Tidak malah menjadi diri merasa agung diantara manusia yang belum merasakan bagaimana edukasi wukuf di Arafah. Ia telah siap melakukan recovery dan revolusi diri atas mentalitas demi kemaslahatan manusia yang lebih luas.

Wukuf sudah pasti akan memapah manusia kembali pada fitrahnya. Sebuah proses ritual penghapusan dosa dan pertaubatan ideal. Semua akan kembali bermula dari Arafah. Untuk semua jemaah haji yang kini sedang menanti “The Essential Journey” termasuk smartHAJJ Cordova, semoga selalu diberikan kesehatan, keikhlasan dan kelancaran dalam memperjuangkan raihan kunci surga sebagai kunci utama kehidupan manusia.

Dalam hitungan hari, smartHAJJ Cordova akan segera melangkahkan tapak menuju Baitullah. Berjumpa dengan jutaan manusia, dengan kesamaan rasa dan airmata. Meninggalkan sementara buah hati dan keluarga tercinta, menunda kehangatan raga dalam pelukan kasih sang mahligai cinta. Dalam hal ini tentunya adalah anak-anak sumber inspirasi nan sempurna. Menggadaikan rasa demi menggapai cinta yang hakiki, hingga harus mengendapkan lara tatkala hati kian terikat oleh buaian cinta sang anak. Tidak mudah meninggalkan buah hati tercinta, jika batin bisa mengucap, ia akan berteriak menggetarkan raga karena sulit tuk membendung linangan airmata sosok yang ditinggal. Buah cinta yang selalu ditimang, didekap, dicium dan disayangi melebihi harta apapun yang dimiliki. Ada dua rasa yang menyelinap dalam jiwa ketika pijakan suci telah tertumpu, rasa rindu pada Sang PEMILIK, dan anugerah cinta yang terpendam. Manusiawi, karena –memang- dua rasa itulah yang akan menghantarkan para ‘manusia suci’ pada kesempurnaan cinta yang didamba.

Bukan tanpa beban –tentunya- ketika Nabiyullah Ibrahim AS. meninggalkan Siti Hajar beserta anak semata wayangnya Ismail AS. ditengah gurun tanpa meninggalkan sedikit pun makanan. Pertempuran batin manusia itu luluh oleh ketulusan cinta pada Sang KHOLIK. Ia hanya yakin bahwa PEMILIK anak dan istrinya tidak akan pernah membiarkan mereka dalam kesengsaraan, terlebih mendzoliminya.Tapak-tapak suci Ibrahim AS beserta keluarganya itulah yang menjadikan sejarah mengabdikan pada etape perjalanan haji hingga akhir zaman.

Pun demikian dengan jutaan calon haji di muka bumi, pertempuran rasa akan selalu mereka hadapi selaku manusia yang memiliki rasa. Namun pada akhirnya perasaan itu akan luluh oleh magnet cinta yang menyerap rasa dengan volume yang teramat dahsyat. Pantas saja jika Rasulullah SAW mengajarkan salah satu doa perjalanan dengan “Allahumma Anta Shohibul fii Safarii Wal Kholifatu Fil Ahly” “Yaa ALLAH Engkaulah yang akan menemani perjalananku, dan menjadi penjaga bagi keluargaku (yang ditinggal)”.

Perjalanan menuju Tanah Suci, sangat berbeda dengan perjalanan kita ke berbagai destinasi di belahan bumi. Jutaan harap menggelayut dalam setiap langkah yang terpijak. Sehingga nuansa ‘melankolis’ yang melibatkan rasa akan sangat terasa baik yang meninggalkan maupun yang ditinggal.

Sebelum pelukan terakhir pada buah hati tercinta, marilah kita tatap dalam-dalam, cium dan memeluknya dengan penuh kasih sayang. Mengajak mereka berdiskusi bahwa perjalanan suci ini adalah jalan menuju kesempurnaan cinta kita kepada mereka. Karena pada hari Arafah nanti, nama mereka akan menggema di atas langit, bersama manusia-manusia yang senantiasa hadir dalam kasih dan cinta kita.

“Bekerjalah untuk dunia-mu, seolah-olah kau akan hidup selamanya. Dan berbuatlah untuk akhirat-mu, seolah-olah kau akan meninggal esok hari”, demikian pesan Nubuwah yang kerap menjadi motivasi setiap kita untuk selalu melakukan yang terbaik dalam setiap hal. Sebelum segalanya berakhir, maka tanamkan niat dalam jiwa, bahwa kesungguh-sungguhan lah yang akan membuahkan hasil yang sungguh-sungguh juga. Jika perjalanan haji tahun ini, kita jadikan seolah perjalanan akhir kita menuju Arafah, maka segala daya upaya akan menjadi prioritas utama dalam setiap langkah. Haji adalah Arafah, hadist shahih riwayat Ibnu Hibban itu sangat jelas menunjukan bahwa puncak ibadah haji sesungguhnya berada saat di Arafah. Semua aspek ‘Legalitas’ haji bermuara di sebuah padang nan luas. Seluruh jemaah berkumpul dengan kesatuan rasa dan kesamaan warna. Membentuk suatu lingkaran harmony diantara keragaman watak dan jiwa.

Demikian lah hari Arafah yang mampu menggetarkan bumi dan langit. Getaran dahsyat bergemuruh turut mengantarkan pujian ALLAH dihadapan malaikat atas hamba-hamba-Nya yang sedang wukuf di tanah Arafah. Hari Arafah, begitu banyak moment peng ’zero’an diri. Pembakaran dosa dan penghambaan jiwa menjadi rangkaian penggenap di hari Arafah. Air mata jutaan manusia membasahi setiap celah pungkahan tanah Arafah sebagai saksi ketakberdayaan. Simbol tauhid yang hanya meng-satu kan ALLAH semarak bergema di langit tak beratap. Langsung berada di hadapan-Nya, tak ada batas, tak ada sekat, tak ada jarak kita dengan-Nya.

Subhanallah…Demikianlah dahsyatnya hari Arafah, sehingga jutaan manusia rela berjubel menahan rasa panas, lesu dan kusut nampak kerutan di wajahnya, tanpa harus bermandi sabun yang serba harum. Namun disisi ALLAH, mereka adalah manusia pilihan yang memancarkan cahaya dari sinar raut wajahnya yang semerbak mengharumkan jagad raya.

Arafah, hari dan tempat yang sangat dinanti jutaan calon jemaah haji seluruh dunia. Tidak terkecuali bagi smartHAJJ Cordova 1432 H. Tak terasa, waktu yang dinanti kian mendekat mengharap sebuah preparation matang dalam merangkai perjalanan suci. Segala persiapan baik fisik maupun psikis sudah harus diperhatikan oleh setiap jemaah. Perjuangan medan haji tidak mudah, tetapi juga jangan terlalu dibuat cemas dan khawatir menghadapinya. Rileks dan tetap berkoordinasi dengan hajjguard Cordova yang setiap saat siap memberikan pelayanan eksklusif. Momentum hari-hari menjelang keberadaan kita di Arafah sangat layak dijadikan ajang persiapan jemaah untuk menggali kekuatan fisik dan psikis. Terutama dalam mengkristalkan aspek religius setiap calon jemaah haji.

Before The Last Arafah adalah kesempatan untuk lebih mematangkan diri dalam menggapai kemabruran haji. Karena sikap dan karakter tak mungkin bisa diciptakan secara instant. Oleh karenanya, jangan biarkan waktu berjalan cepat tanpa arah dan sesuatu yang tak bermakna. Semakin mendekati hari Arafah, semakin jadi persiapan ibadah khusyuk kita mengalami peningkatan. Ikhlas dan sabar menerima sesuatu yang tak sesuai hati, karena saat tiba di Baitullah banyak hal yang tak diharapkan sering terjadi begitu saja. Entah masalah antrian imigrasi, makanan yang tak cocok dan seribu satu masalah lainnya yang siap mempertaruhkan pahala haji kita.