Kisah Uwais Al-Qorni (II)
Diceritakan ketika terjadi perang Uhud, Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah, kerana dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini sampai ke telinga Uwais. Dia segera memukul giginya dengan batu hingga patah.
Diceritakan ketika terjadi perang Uhud, Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah, kerana dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini sampai ke telinga Uwais. Dia segera memukul giginya dengan batu hingga patah.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan. Kulitnya kemerah-merahan. Dagunya menempel di dada kerana selalu melihat pada tempat sujudnya.
Amr bin Wahb Ats Tsaqafi, seorang sahabat Nabi SAW yang berasal dari Bani Tsaqif di Thaif. Setelah memeluk Islam, ia memutuskan tinggal di Madinah, untuk bisa lebih banyak memperoleh pengajaran dan keberkahan dari Nabi SAW.
What next after Umrah (?) Selepas pulang umrah dan mendapat pencucian dosa akan muncul beragam pertanyaan menggelitik. Mengapa tak kunjung bertambah ibadah dan amal kebaikan kita (?) Hal menarik untuk dikupas, kenangan saat tobat, munajat, dan janji-janji terucap sewaktu umrah dahulu. Pepatah “habis gelap terbitlah terang”, semestinya melekat dengan kalimat “Pasca Umrah”. Selepas mendapat pencerahan, muncul tekad untuk mengubah hidup menjadi lebih baik.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling dermawan, terlebih ketika bulan Ramadhan tiba. Rasulullah adalah manusia paling (cepat) dermawan dengan kebaikan daripada angin yang berhembus.
Masih mengenai seputar parenting, karena memang kasus memilukan yang terjadi di sebuah sekolah Internasional itu, membuat semua orang terbelalak akan tragedi yang menghancurkan masa depan generasi Bangsa. Bukan hanya pelecehan, tetapi jauh dari itu,ini menjadi sebuah tragedi kemanusiaan yang merampok hati nurani semua orangtua.Semua orang yang menyaksikan tragedi itu, dipastikan akan geram, kesal dan hancur.
Bumi yang kita huni ini adalah tempat kita hidup, bertempat tinggal, beraktivitas, dan menjalankan fase-fase kehidupan manusia mulai dari lahir hingga mati –tentunya-. Bumi ini adalah anugerah dari sang Pencipta. Manusia tidak perlu repot membuat dan merancang taman dan ruang kehidupan. Sebelum kita lahir, bumi telah ada dan tersedia untuk kita, kita hanya tinggal menempatinya saja dan menikmati segala fasilitas yang ada di dalamnya.
Takkan habis bincang-bincang kita seputar anak. Belahan jiwa yang jadi obrolan utama selepas kerja. Amanah ALLAH yang satu ini membutuhkan perhatian ekstra laiknya bunga yang sedang mekar. Ia patut dilindungi dari tangan-tangan durjana yang tak terduga. Dengan gaya hidup dan penyimpangan perilaku masyarakat, anak semakin rentan dengan kekerasan. Ironisnya mayoritas kekerasan yang dialami anak adalah kekerasan seksual.
Ketergesa-gesaan adalah salah satu sifat manusia. Ini seperti disebut dalam firman ALLAH SWT, “Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepada kamu tanda-tanda (kekuasaan) Ku, maka janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya.” (QS 21: 37).
Masalah kewanitaan dalam Islam menjadi tema yang tak habis-habisnya disoroti oleh aktivis perempuan dan kalangan feminis. Dari soal kepemimpinan, “diskriminasi” peran, partisipasi yang “rendah”, hingga poligami. Semuanya bermuara pada sebuah gugatan bahwa wanita harus mempunyai hak yang sama alias sejajar dengan pria. Seolah-olah dalam agama ini terjadi pembedaan (yang membabi buta) antara pria dan wanita.