Me-merdekakan Kemerdekaan!
Saya bisa bayangkan bagaimana kondisi pagi hari 17 Agustus 1945 itu, di halaman sebuah rumah di jalan Pegangsaan, Jakarta, menjelang pukul 09.00 WIB. Suasana yang menderu, menggelombang dan menegangkan. Semua yang hadir tahu, mereka akan melakukan sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang menerjang kebiasaan, sesuatu yang membuka tabir gelap, dan sesuatu yang mengalir kencang melalui degup jantungnya. Saya juga merasakan bagaimana kering kerontangnya saat itu. Yah, saat moment penting kan di-proklamirkan, meski tanpa terlebih dulu meneguk secangkir kopi atau teh hangat, guna menjaga rasa grogi. Sang proklamator dengan lantang membaca teks kemerdekaan. Teks yang hanya tertulis tangan itu, mampu menembus setiap jiwa di seantero negeri, serta meluluhkan penjajah untuk segera hengkang. Saya semakin merasakan bagaimana hiruk-nya saat itu, euforia, dan airmata menyembur dari setiap kelopak yang membanjiri halaman itu. Takbir, syukur dan tahmid menggelegar di hari yang juga bertepatan dengan 8 Ramadhan 1364 H.