Seri: 1
Europe Muslim Journey
Jika Anda sebagai petualang sejati, tentu sangat ingin merasakan pijakan di tempat-tempat yang memiliki keindahan luar-biasa. Terlebih jika tempat itu terbalut oleh lukisan sejarah yang masyhur di seantero bumi. Yah, datanglah ke sebuah ‘situs’ Islam di dataran kota Matador, Spanyol. Cordoba, demikian sebuah kota yang seolah hilang ditelan bumi, terhimpit oleh desakan modernitas dan kepungan kapitalis yang menyeruak. Peradaban yang terkenal bukan hanya karena pengaruhnya dalam menguasai Eropa, tetapi semua mengakui, bahwa Cordoba adalah sebuah kota yang dapat menginspirasi setiap manusia untuk melakukan langkah perubahan. Dari segi keindahan arsitektur, jelas bahwa art dapat mempengaruhi kejernihan hati. Belum lagi dengan kemajuan dalam hal pendidikan, ekonomi, moral dll, merupakan kekuatan yang tak bisa tertandingi pada masa itu. Sebelum lebih jauh menemukan kembali “Kota Islam yang hilang”, mari kita sejenak mengenal kota Cordoba.
Awalnya kota ini bernama Iberi Baht, dibangun pada masa Pemerintahan Romawi berkuasa di Guadalquivir. Lima abad kemudian, kota ini berada dalam kekuasaan Bizantium di bawah Raja Goth Barat. Sejarah Cordoba itu sendiri memasuki babak baru ketika Islam datang ke wilayah itu pada 711 M atau 93 H. Ketika itu panglima Islam, Tariq bin Ziad atas perintah Gubernur Afrika Utara, berhasil menaklukkan Spanyol dari Goth Barat. Penaklukkan Cordoba dilakukan pada malam hari, pasukan Islam kala itu berhasil mendobrak tembok Cordoba. Selain menguasai Cordoba, tentara Islam juga menaklukkan wilayah-wilayah lain di Spanyol seperti Toledo, Seville, Malaga, Grana serta Elvira.
Sosok yang berjasa dalam pembangunan kota ini adalah Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I sebagai penerus Dinasti Ummayah yang pindah ke Spanyol. Ia menjadikan kota Cordoba sebagai ibukota pemerintahan dinastinya di benua Eropa. Dalam membangun kota ini ia mengundang dan mendatangkan ahli fikih, alim ulama, ahli filasafat, dan ahli syair untuk bertandang dan mengembangkan ilmunya di Cordoba. Akhirnya kota ini menjadi pusat perkembangan ilmu, pengetahuan, kesenian dan kesusasteraan di seantero benua Eropa.
Puncak kejayaan dan masa keemasan Cordoba mulai berlangsung pada era pemerintahan Khalifah Abdul Rahman An-Nasir dan pada zaman pemerintahan anaknya Al-Hakam. Ketika itu, Cordoba telah mencapai kejayaannya hingga pada taraf kekayaan dan kemewahan yang belum pernah tercapai sebelumnya. Pembangunan pada masa ini tumbuh pesat. Bangunan-bangunan berarsitektur megah bermunculan. Ketika malam tiba, jalan-jalan di kota hingga keluar kota diterangi lampu hias yang cantik dan anggun. Kota Cordoba pun terbebas dari sampah. Taman-taman nan indah menjadi daya tarik bagi para pendatang yang singgah di kota itu. Mereka bersantai di taman yang dipenuhi bunga-bunga indah nan semerbak.
Tak heran, bila pada era itu Cordoba mempu mensejajarkan diri dengan Baghdad sebagai ibu kota pemerintahan Abbasiyah. Tak cuma itu, Cordoba juga setaraf dengan Konstantinopel, ibu kota kerajaan Bizantium serta Kaherah, ibukota kerajaan Fatimiah. Pada saat itu, Cordoba telah mampu menempatkan duta besarnya hingga ke negara yang amat jauh seperti India dan Cina. Kota bersejarah yang bertengger di sepanjang tebing sungai Guadalquivir ini tidak ada tandingannya di Eropa dalam hal kemajuan peradabannya.
Untuk itu, coba dan nikmati keindahan kota yang nyaris tertelan oleh hempasan waktu ini dengan penuh rasa.
To be continued…
Foto: wikipedia.org
Kpn lg ada umrah+cordoba?biaYa nyampe brapa?.