Dalam meng-analisa peristiwa-peristiwa yang dikisahkan di dalam Al Qur’an, terkadang kita dipengaruhi oleh dinamika perkembangan teknologi. Analisis dari seorang executive muda –misalnya-, yang memahami teknologi 3G, mungkin akan sangat berbeda dengan analisa eyang-nya, yang hanya mengerti kentongan, sebagai alat komunikasi.
Hal tersebut, dapat dilihat ketika kita meng-analisa, peristiwa yang diceritakan di dalam QS. Al A’raaf (7) ayat 44 :

“Dan para penghuni surga menyeru penghuni-penghuni neraka, ‘Sungguh, kami telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepada kami itu benar. Apakah kamu telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepadamu itu benar?’ Mereka menjawab, ‘Benar.’ Kemudian penyeru (malaikat) mengumumkan di antara mereka, ‘Laknat Allah bagi orang-orang yang dzalim.’.”

Dalam ayat tersebut dikisahkan adanya percakapan antara penduduk surga dan neraka dengan diawasi malaikat.

Dahulu, para muffasir (penafsir Al Qur’an) menafsirkan penduduk surga datang ke tepi neraka dan saling sahut-sahutan berbicara dengan penghuni neraka. Memang pada masa itu, begitulah cara berkomunikasi. Kita mesti datang langsung menemui yang bersangkutan.

Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi, untuk berkomunikasi, seseorang tidak harus bertemu muka dengan lawan bicaranya. Dengan bantuan telephone, seseorang yang berada di OSLO, bisa dengan mudah berbicara dengan temannya, yang ada di SOLO. Bahkan biarpun berjarak mencapai ribuan kilometer, dengan bantuan teknologi 3G, raut muka teman kita, bisa terlihat dengan jelas.

Bagaimana kita membayangkan, peristiwa percakapan penduduk surga dan neraka (?) Jika teknologi komunikasi buatan manusia saja, sudah sedemikian canggihnya, apalagi kalau yang kita membayangkan teknologi surga, tentu kecanggihan-nya jauh di atasnya.

Boleh jadi percakapan yang terjadi antara penduduk surga dan neraka itu, merupakan suatu tele-conference dengan menggunakan teknologi hologram, yang super canggih. Penduduk surga tetap berada di surga, begitu juga dengan penduduk neraka, mereka tetap di neraka.

Mereka berbicara, seolah-olah seperti saling berhadap-hadapan dan tanpa dibatasi layar kaca, dimana penduduk surga, tiada merasakan kepanasan, sebagaimana yang dirasakan penduduk neraka. Mereka bisa saling menyapa dari dua dimensi ruang yang berbeda.

Dari kisah percakapan ini, telah memberikan informasi kepada kita, bahwa kelak di hari akhir, manusia akan berkomunikasi dalam satu bahasa, dan tentunya berbeda dengan di dunia, yang terdapat ribuan bahasa, dalam berkomunikasi.

Dan jika kita pikir, teknologi komunikasi sekarang yang begitu canggihnya, ternyata dalam Al Qur’an sudah dipaparkan sejak ribuan tahun lampau. Mungkin saja nantinya kemajuan teknologi komunikasi akan menemukan hal-hal baru lagi yang dikembangkan dari inspirasi Al Qur’an.

Islam & Science

Prof. Hussain Kamel menemukan suatu fakta mengejutkan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Pada mulanya ia meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia. Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis pada peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang. Setelah dua tahun dari pekerjaan yang sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk menentukan jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Makkah merupakan pusat bumi.

Ia menyadari kemungkinan menggambar suatu lingkaran dengan Makkah sebagai titik pusatnya, dan garis luar lingkaran itu adalah benua-benuanya. Dan pada waktu yang sama, ia bergerak bersamaan dengan keliling luar benua-benua tersebut. Gambar-gambar Satelit, yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama ketika studi-studi lebih lanjut mengarah kepada topografi lapisan-lapisan bumi dan geografi waktu daratan itu diciptakan. Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Makkah.

Studi ilmiah ini dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda, bukan dimaksud untuk membuktikan bahwa Makkah adalah pusat dari bumi. Bagaimanapun, studi ini diterbitkan di dalam banyak majalah sains di Barat. ALLAH berfirman: “Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya..” (Asy-Syura: 7).
Kata ‘Ummul Qura’ berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu (ibu) mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam.

Sebagaimana seorang ibu adalah sumber dari keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain. Selain itu, kata ‘ibu’ memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain.

Berdasarkan pertimbangan yang seksama bahwa Makkah berada tengah-tengah bumi sebagaimana yang dikuatkan oleh studi-studi dan gambar-gambar geologi yang dihasilkan satelit, maka benar-benar diyakini bahwa Kota Suci Makkah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia. Hal ini akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade yang lalu.

Ada banyak argumentasi ilmiah untuk membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan ia tidak melewati Greenwich di Inggris. GMT dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggris. Jika waktu Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat.

Ada beberapa ayat dan hadits nabawi yang menyiratkan fakta ini. ALLAH berfirman, ‘Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.’ (Ar-Rahman: 33).

Kata aqthar adalah bentuk jamak dari kata ‘qutr’ yang berarti diameter, dan ia mengacu pada langit dan bumi yang mempunyai banyak diameter. Dari ayat ini dan dari beberapa hadits dapat dipahami bahwa diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Makkah berada di tengah-tengah bumi, maka itu berarti bahwa Makkah juga berada di tengah-tengah lapisan-lapisan langit.

Selain itu ada hadits yang mengatakan bahwa Masjidil Haram di Makkah, tempat Ka‘bah berada itu ada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh bumi (maksudnya tujuh lapisan pembentuk bumi). Rasulullah Bersabda, ‘Wahai orang-orang Makkah, wahai orang-orang Quraisy, sesungguhnya kalian berada di bawah pertengahan langit.’

Sumber:ivandrio.wordpress.com

Seorang Dokter Bedah Berasal dari Prancis menyatakan dirinya masuk Islam, disebabkan oleh Mumi Fir’aun. Professor Maurice Bucaille adalah seorang dokter ahli bedah terkemuka di dunia yang berasal dari Prancis. Ia mempunyai cerita yang sangat menakjubkan. Ia menjelaskan sebab musabab dirinya meninggalkan agama Katolik yang telah di anutnya bertahun-tahun, kemudian menyatakan dirinya memeluk agama Islam.

Setelah menyelesaikan study setingkat SMA-nya, ia menetepkan untuk mengambil jurusan kedokteran pada sebuah universitas di Prancis. Ia termasuk salah satu dari mahasiswa yang berprestasi hingga akhir tahun, karena kecerdasan dan keahlian yang dimilikinya, dia kemudian menjadi seorang dokter terkemuka di Prancis. Prancis adalah negara yang terkenal sangat menjaga dan mementingkan barang-barang peninggalan kuno dibandingkan dengan negara yang lainnya, terutama pada masa kepemimpinan Fransu Metron tahun 1981. Pada tahun itu, Prancis meminta ijin kepada Mesir agar mereka diberikan kesempatan untuk memeriksa dan meneliti mumi Fir’aun-nya yang terkenal. Sebuah mumi yang tak asing dikalangan orang-orang Islam. Fir’aun ini adalah orang yang ditenggelamkan ALLAH dilaut merah, tatkala melakukan pengejaran terhadap nabi Musa AS.

Permintaan Prancis ditanggapi oleh Mesir dengan mengizinkan Prancis untuk mengadakan penelitian. Mumi Fir’aun dipindahkan dengan menggunakan pesawat terbang. Setibanya di Prancis, kedatangan mumi tersebut disambut oleh Persiden Franso Metron beserta para menterinya seolah-olah dia masih hidup. Mumi tersebut kemudian dipindahkan ke pusat barang-barang kuno milik Prancis untuk diserahkan kepada para ilmuwan dan dokter bedah, supaya mereka dapat mempelajari rahasia yang terkandung dari mumi tersebut, dan Profesor Maurice Bucaille bertindak sebagai ketua tim penelitian.

Semua tim peneliti bertugas untuk meneliti, memperbaiki tulang-tulang yang sudah rusak dan anggota tubuh yang lainnya. Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Professor Maurice Bucaille, ia justru menyelidiki tentang rahasia kematian Fir’aun. Pada suatu malam, ia memperoleh hasil penelitiannya; bahwa terdapat bekas garam yang menempel pada mayat mumi, sehingga dapat ia jadikan sebuah bukti yang nyata bahwa Fir’aun mati karena tenggelam dan mayatnya dapat di selamatkan, kemudian diawetkan pada saat kejadian. Dari hasil penelitiannya, timbul beberapa pertanyaan yang susah untuk ia dapatkan jawabannya yaitu bagaimana mayat Fir’aun dapat diselamatkan, dan anggota tubuhnya masih tetap utuh, sedangkan kondisi mayat-mayat yang lainnya setelah diawetkan tidak seperti dirinya (?)

Namun sebelum ia selesai membuat kesimpulan, salah seorang temannya berbisik kepadanya dengan berkata: “Jangan terburu-buru seperti itu, karena orang-orang Islam telah mengetahui tentang hal ini.” Mendengar pernyataan dari temannya itu, ia menolak keras atas pernyataan tersebut. Ia berkata: “Penemuan seperti ini tidak mungkin dilakukan kecuali ada dukungan sains dan teknologi canggih”. Salah seorang temannya yang lain menanggapinya seraya berkata: “Al-Quran merekalah yang telah menceritakan kematiannya dan bagaimana jasadnya di selamatkan dari tenggelam.” Mendengar penjelasan temannya itu, Bakay kebingungan dan bertanya-tanya bagaimana hal ini bisa terjadi (?) Sedangkan mumi ini sendiri baru ditemukan pada tahun 1898 atau kurang lebih baru dua ratus tahun yang lalu, sedangkan Al-Quran mereka sudah ada semenjak lebih dari seribu empat ratus tahun….!!!

Bagaimana akal manusia dapat mengetahuinya, padahal semua manusia -bukan hannya orang-orang Arab- belum ada yang mampu mengetahui bagaimana peradaban orang-orang Mesir di masa lampau dan bagaimana caranya mereka mengawetkan mayat, kecuali pada masa sepuluh tahun yang lalu (?). Maurice duduk termenung di dekat mumi Fir’aun tersebut sambil memikirkan tentang bisikan yang telah ia dengar dari temannya; bahwasanya Al-Quran telah menceritakan kejadian itu, padahal kitab sucinya hanya menceritakan tentang tenggelamnya Fir’aun akan tetapi di dalamnya tidak di jelaskan tentang keadaannya sesudah tenggelam. Ia pun bergumam dalam kesendiriannya: “Masuk akalkah bahwa jasad yang ada di depanku ini adalah Fir’aun Mesir yang telah mengusir Nabi Musa (?) Benarkah kalau Nabinya orang muslim yang bernama Muhammad itu sudah mengetahui tentang hal ini sejak 1400 tahun yang silam (?)

Berbagai pertanyaan yang belum sempat terjawab, membuat Professor Maurice tidak dapat tidur disetiap malam. Ia kemudian mengambil Kitab Taurat dan membacanya, sampai pada sebuah kalimat yang mengatakan: “Kemudian air itupun kembali pada keadaan sedia kala, kemudian air laut itupun menenggelamkan perahu-perahu beserta Fir’aun dan bala tentaranya, hingga tidak tersisa satupun diantara mereka.”

Setelah menyelesaikan penelitian dan perbaikan, maka mumi tersebut kemudian di kembalikan ke Mesir dengan menggunakan peti yang terbuat dari kaca nan elok, karena menurutnya itu lebih pantas untuk orang yang berkedudukan seperti Fir’aun. Akan tetapi Bakay masih dalam kondisi belum puas dengan berita yang di dengarnya, bahwa orang-orang Islam telah mengetahui keselamatan mumi ini. Ia pun lalu berkemas untuk berkunjung ke Saudi Arabia guna menghadiri seminar kedokteran yang akan dihadiri para pakar bedah muslim.

Dalam pidatonya, Professor Maurice memulai pembicaraan tentang hasil penyelidikannya bahwa jasad Fir’aun dapat diselamatkan setelah tenggelam, kemudian salah seorang diantara pakar muslim berdiri dan membuka serta membacakan Al-Qur’an pada Surat Yunus Ayat 92 yang artinya: “Pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat dijadikan pelajaran bagi orang-orang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.”

Professor Maurice Bucaille terheran-heran dengan penjelasan yang baru saja ia dengar, ia lalu beranjak dari tempat duduknya dan dengan suara lantang ia berkata: “Pada hari ini; aku menyatakan diri untuk memeluk agama Islam dan aku mengimani Al-Quran ini”.

Setelah selesai seminar Professor Maurice Bucaille lalu kembali ke Prancis dengan wajah yang berbeda dari wajah sebelum ia datang menghadiri seminar. Selama sepuluh tahun ia tidak mempunyai pekerjaan yang lain, selaian mempelajari tentang sejauh mana keserasian dan kesinambungan Al-Quran dengan sains, serta perbedaan yang bertolak belakang dengannya. Namun apa yang ia dapati selalu berakhir sebagaimana Firman Allah SWT: ”Yang tidak datang kepada Al-Quran kebatilan baik dari belakang maupun dari depannya, yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi terpuji” (Q.S: Fush Shilat-43).

Dari hasil penyelidikan yang bertahun-tahun, ia kemudian menulis sebuah buku tentang kesinambungan Al-Quran dengan sains yang mampu mengguncangkan Eropa. Sehingga ketika para pakar-pakar dan para ilmuwan barat berusaha untuk mendebatnya, mereka tidak kuasa.

Bucaille dalam bukunya menulis bahwa dalam Al Qur’an terdapat banyak kecocokan dengan fakta sains. Di antara tulisannya ialah: “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” (QS 27:88)

Bucaille menjelaskan bahwa ternyata gunung-gunung bersama dengan lempeng bumi bergerak. Jadi ayat Al Qur’an di atas sesuai dengan ilmu pengetahuan. Bucaille juga menjelaskan bahwa ayat Al Qur’an di bawah yang menyatakan bahwa Allah menyelamatkan badan Fir’an hingga bisa dilihat manusia saat ini sesuai dengan kenyataan:
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” (QS 10:92)

Ternyata para ahli menemukan garam di dalam badan Fir’aun yang menunjukkan bahwa Fir’aun memang pernah tenggelam. Jenazah Fir’aun/Mumi bisa dilihat manusia hingga saat ini di Bumi Seribu Menara, Mesir.

Sumber: ivandrio.wordpress.com

Sementara dunia masih terpana dengan pembangunan Burj Khalifa, gedung tertinggi dunia, kini dunia dikejutkan kembali dengan munculnya proposal untuk sebuah bangunan raksasa yang akan dibangun di kota itu tahun 2015. Gedung itu adalah “Dubai City Tower” / “Vertical City”. Dinamakan Vertical City karena ini bukan lagi hanya sekedar gedung pencakar langit, tapi sudah lebih mirip dengan sebuah kota tersendiri, kota vertikal dengan tinggi mencapai 2.4 Kilometer.

Gedung ini begitu tinggi dan besarnya, sehingga diperlukan sebuah kereta api super cepat (Bullet Train) dengan kecepatan 125 mph untuk mengangkut para penghuni dan pengunjungnya. Gedung ini akan memiliki 400 lantai dan dengan ketinggiannya yang mencapai 2.4 KM itu berarti gedung ini mempunyai ketinggian lebih dua kali Burj Khalifa, dan nyaris 8 kali lipat menara Eiffel di Paris!

Dubai mungkin nantinya akan menjadi kota pertama yang mirip seperti kota-kota khayalan dalam film StarWars, dengan gedung-gedungnya yang tinggi menembus awan.

Sejauh ini “Vertical City” masih berupa proposal. Tapi dengan tingkat penjualan gedung-gedung baru di Dubai begitu cepat, serta kota-kota lain yang sekarang juga berlomba meniru Dubai, proyek ini mungkin akan segera terwujud.

Dubai, negara kosmopolitan di jazirah Arab, sudah memiliki gedung
tertinggi, apartemen tertinggi dan aquarium terbesar di seluruh dunia. Kali ini, Dubai lagi-lagi bikin sensasi dengan memiliki ambulan terpanjang di dunia. Kepala Dubai Ambulance Center (DAC), Khalifa bin Darri, panjang ambulan itu sekitar 18 meter dan bisa membawa 44 pasien sekaligus. Ambulan terpanjang itu, dilengkapi dengan tempat pendaratan helikopter di bagian atapnya termasuk fasilitas satelit dan internet untuk para dokter yang bertugas.

Selain itu, terdapat ruang-ruang operasi, ruang perawatan intensif (ICU), ruang radiografi dan apotik yang saling terintegrasi. Pendek kata, ambulan terpanjang itu sudah mirip rumah sakit berjalan. “Ambulan ini akan menjadi rumah sakit berjalan yang akan dikerahkan jika terjadi kecelakaan dan operasi penyelamatan dengan jumlah korban yang banyak, sehingga para korban bisa langsung mendapatkan perawatan sebelum dipindahkan ke rumah sakit,” papar Darri.

Inside Ambulance

Ambulan yang didisain oleh orang Dubai sendiri itu, diharapkan sudah bisa dioperasikan dalam tiga bulan ini. Menurut Darri, mereka sengaja membuat ambulan super besar itu karena tingkat kecelakaan lalu lintas di Uni Emirat Aran terbilang cukup tinggi. Kecelakaan paling buruk terjadi tahun 2008 lalu yang melibatkan lebih dari 200 mobil dalam tabrakan beruntun.

Photo: mylifethinking.com

Dunia Islam

Ketua Lembaga Tinggi Islam di Al-Quds, Syeikh Ikrimah Shabri mengaku heran dengan minimnya reaksi dunia Arab dan Islam terkait dengan pemasangan bendera Israel di halaman Masjid Al-Aqsha. Padahal, tindakan ini merupakan intimidasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Pemasangan bendera ini tentu dimaksudkan sebagai upaya Israel menguasai masjid Al-Aqsha,” tegas dia seperti dikutip infopalestina.com, Rabu (30/5).

Shabri menegaskan, masalah Masjid Al-Aqsha adalah urusan dunia Islam karena kiblat pertama umat Islam itu adalah milik kaum Muslimin di seluruh dunia. Sementara Israel mengharapkan ketidakpedulian itu. “Saat ini kawasan Al-Aqsha terlihat sebagai kota Yahudi, dan warga Palestina tidak bisa lagi memilikinya,” keluh dia. Seperti diberitakan Alarabiya.net, Selasa (29/5) kemarin, tentara Israel mengibarkan bendera Bintang Daud di lapangan Masjid Al-Aqsha di Yerusalem timur, Senin waktu setempat. Tindakan ini dianggap melanggar status quo Israel dan Palestina di situs suci tersebut.

“Lebih dari 180 tentara dari pasukan khusus Israel mengibarkan bendera besar Israel di depan Kubah Emas (Dome of Rock), ini adalah bentuk provokasi,” kata Sheikh Azzam al-Khatib, Mufti Mesir yang tengah berkunjung ke Al-Aqsa.

Hagia Shopia Kembali Berfungsi Masjid (?)

Rencana pemerintah Turki untuk mengaktifkan kembali aktivitas keagamaan di masjid Hagia Sophia terus mendapat dukungan umat Islam. Mereka bahkan mendorong agar pemerintah mempercepat niatan itu. “Biarkan masjid Hagia Sophia terbuka. Allahuakbar,” teriak lantang para jamaah sebelum shalat berjamaah di depan masjid bersejarah seperti dikutip onislam.net, Senin (28/5).

Kepala Asosiasi Pemuda Anatolia, Salih Turhan mengatakan membiarkan masjid Hagia Sophia hanya berfungsi sebagai museum adalah penghinaan bagi umat Islam. “Fungsi masjid ini melambangkan perlakukan buruk barat dan Turki terhadap umat Islam. Sebagai cucu dari Mehmet Sang Penakluk, pembukaan kembali Hagia Sophia sebagai masjid adalah hak sah kami,” tambahnya

Namun, penolakan justru datang dari kalangan gereja Turki. Menurut mereka, ketika pemerintah mengembalikan fungsi masjid, maka umat Kristiani tidak bisa melaksanakan ibadah di tempat itu. Bahkan gereja melihat ada potensi kekacauan bila fungsi itu dikembalikan. “Kami ingin agar museum ini sejalan dengan prinsip-prinsip Republik Turki,” kata dia.

Menurut catatan sejarah, Masjid Hagia Sophia pada awalnya merupakan gereja peninggalan kekaisaran Romawi Timur di Konstatinopel. Namun, wilayah itu selanjutnya diambil alih kesultanan Ustmaniyah. Sejumlah perubahan dilakukan Ustmaniyah terhadap Konstantinopel.

Satu bentuk perubahan itu adalah mengubah fungsi landmark wilayah itu yakni gereja Hagia Sophia menjadi masjid. Meski berubah fungsi, simbol-simbol Kristen dalam bangunan itu dipertahankan.

Memasuki era Republik, pemerintah sekuler Turki mengubah fungsi bangunan menjadi museum. Kini, pemerintah Erdogan mewacanakan kembali untuk memfungsikan masjid Hagia Sofia sebagai tempat ibadah. Sebagai bentuk keseriusan pemerintah, kabarnya masjid itu bakal mengalami sejumlah perbaikan.

Sumber: Republika Online

Bisnis Umrah MLM

Sepintas, boleh jadi tema diatas mengandung unsur provokatif dalam memahami ibadah umrah. Namun –sesungguhnya- bukan kesakralan pelaksanaan umrahnya yang hilang, tetapi bagaimana proses menuju kesucian umrahnya yang kini banyak mengalami kemerosotan sakral. Semua umat Islam telah memahami, bahwa ibadah umrah dan haji hanyalah bagi orang yang mampu (isthito’ah), baik segi finansial, maupun kesehatan jiwa dan raga. Tentunya, Islam tidak lantas menghukumi bahwa yang tidak mampu, atau orang miskin dilarang umrah dan haji. Namun pahala bagi mereka (orang yang kurang mampu) bisa sama, bahkan melebihi orang yang mampu melakukan perjalanan ke Tanah suci, jika dengan ikhlas mensyukuri dan menjalani kekurangan hidupnya dengan penuh ridha. Bahkan Rasulullah SAW bersama orang miskin yang sholeh di surga kelak.

Kembali ke pembahasan awal, mengenai hilangnya kesakralan umrah. Hal ini terjadi ketika niatan ibadah sudah masuk dan terjaring pada kategori bisnis ‘piramida’. Bak membeli kacang goreng, seorang yang ingin berangkat umrah (yang nota bene membutuhkan dana belasan hingga puluhan juta) hanya membayar sebesar 2,5 atau 3,5 juta saja misalnya. Ia bisa berangkat, namun dengan harus menjaring beberapa orang dengan membayar seperti apa yang dibayarkannya, begitu seterusnya.

Yah, itulah bisnis umrah Multi Level Marketing (MLM) yang dewasa ini sudah sangat menjalar bahkan pada ranah suci sekalipun semisal ibadah haji dan umrah. Entah apakah sebagai improvisasi bisnis atau apa, yang jelas jika ditelusuri –menurut saya- ada semacam pengkerdilan makna ‘isthito’ah’ (mampu) dalam syarat melaksanakan ibadah umrah maupun haji. Belum lagi jika kita bedah bagaimana proses bisnis seperti ini dalam ruang suci. Benar bahwa bisnis ini termasuk pada ranah Muamalat, yang secara definisi usul Fikihnya dibolehkan. “Al-Aslu fil mu’amalah al-ibahah, illa maa dalla dalillu ‘ala tahrimihi” (pada dasarnya hukum muamalah itu di perbolehkan, terkecuali ada hal yang menunjukan atas pelarangannya). Mari kita simak adakah hal yang membuat bisnis umrah MLM ini terjerumus pada hal yang diharamkan (?)

Secara global sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara menjaring calon nasabah yang sekaligus berfungsi sebagai konsumen dan member (anggota) dari perusahaan yang melakukan praktek MLM.

Lebih fokusnya untuk mengetahui bagaimana bisnis umrah MLM ini sesuai syariah atau tidak, sebaiknya kita ketahui standar Moral dalam berbisnis.

  1. Tauhid,
  2. Kebebasan,
  3. Keadilan,
  4. Tanggung jawab.

Dan standar Operasional dalam berbisnis:

  1. Menghindari segala praktik riba.
  2. Menghindari Gharar (ketidakjelasan kontrak/barang).
  3. Menghindari Tadlis (penipuan).
  4. Menghindari perjudian (spekulasi/masyir).
  5. Menghindari kedzoliman dan eksploitatif.

Lalu jika fakta dengan begitu jelas membuktikan bahwa yang diuntungkan dengan sistem MLM ini adalah Upline (level atas), sedangkan Downline (level bawah) akan selalu dirugikan adalah bahwa bentuk piramida ini akan berhenti pada level tertentu yang mana mereka tidak mungkin bisa mencari anggota baru, atau orang baru yang akan umrah lagi, yang dengannya semua harapan untuk melaksanakan umrah yang dijanjikan adalah impian belaka. Maka jalan keduanya, ia harus bersusah payah menyicil kekurangan biaya perjalanan umrah yang baru disetorkan sebesar 2,5 atau 3,5 juta.

Dan perlu dicermati bahwa dimanapun Downline akan selalu lebih banyak daripada Upline. Dan akhirnya penderitaan (gagal berangkat ke Tanah Suci) hanya dialami oleh para downline yang sulit mendapatkan member baru.

Dalam suatu kesempatan, Direktur Pembinaan Haji Kementerian Agama, Ahmad Kartono mengingatkan masyarakat agar tidak terpikat oleh penyelenggara ibadah haji atau umrah dengan sistem multi level marketing (MLM) atau sistem berantai. Karena sistem yang banyak berkembang belakangan ini memiliki potensi penipuan yang sering dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab.

Lebih khawatir lagi, jika proses bisnis umrah MLM ini menjadi semacam Bom waktu gagal massal berangkat ke Tanah suci, sebagaimana sub thema acara seminar HIMPUH beberapa waktu lalu.

Jika demikian, kita bisa memahami bagaimana bisnis MLM ini menurut pandangan syar’i atau, katakan ke nurani kita masing-masing. Apakah bisnis umrah MLM ini dibiarkan begitu saja (?) Jika ya, maka fatwa Haram MUI Aceh mengenai bisnis umrah MLM ini hanya digratiskan. Kita tunggu bagaimana komentar dan fatwa MUI pusat mengenai masalah ini. Semoga kesakralan ibadah haji dan umrah masih tetap terpatri disetiap sanubari muslim dimana pun berada.

Syukur Tiada Akhir

Kali keempat perjalanan suci ini kan bergerak. Menuju kesamaan cita, dan mendulang kebersihan jiwa. Meraih sebuah perjalanan berkualitas untuk tetap survive dalam merangkai tapak surga menuju Baitullah. Keberkahan yang terus hinggap pada perusahaan K-Link, tidak hanya terlihat dari megahnya gedung K-Link Tower yang menjulang tinggi di pusat kota, juga tidak hanya terlihat dari ratusan product kesehatan yang tersebar di seantero negeri, namun juga tampak pada ratusan karyawannya yang konsisten dalam mengimbangi bisnis dunia dan akhirat. Yakni meluasnya keberkahan dengan perjalan mereka ke tanah suci. Ratusan langkah manusia suci pilihan Robbi itu, secara tidak langsung adalah perekat perkembangan K-Link yang teramat dahsyat. Perjalanan yang tiada akhir (menuju kesucian Tanah haram) adalah konsekwensi syukur tiada akhir yang mereka tanamkan dalam setiap raihan point untuk meniatkan diri menuju Tanah Suci.

Ini adalah tahun keempat Cordova bersama K-Link merangkai ‘Perjalanan tiada akhir’, waktu yang cukup untuk saling mengenal apa dan bagaimana perjalanan ini terkonsep. Menyusun dan merangkai jalan yang telah terlalui tentunya lebih terasa nikmat dari saat pertama jumpa. Berbeda jika memiliki seorang kekasih baru, maka untuk mengenalnya harus lebih dalam memahami jiwanya, beradaptasi kembali, dan membutuhkan waktu untuk mengikat sebuah tali duriat (hubungan batin). Namun Alhamdulillah, Cordova dengan K-Link sudah seperti kekasih lama yang saling memahami dan menghargai ikatan rasa. Simbiosis mutualisme lebih terasa dengan melangkah dan berjalan bersama, baik dalam ikatan bisnis maupun rasa hangat kekeluargaan. Tidak mudah –memang- untuk bertemu seorang kawan perjalanan yang paham betul dengan sifat dan watak. Perjalanan edisi ke-4 inilah sebagai momentum raihan perjalanan yang lebih berkualitas. Merekat dengan langkah kebersamaan.

Terimakasih telah kembali memilih Cordova sebagai pelayan tamu-tamu pilihan ALLAH SWT. Semoga kami bisa menjawab amanah ini dengan penuh rasa, penuh tanggungjawab dan penuh dengan rasa cinta. Karena tiada yang paling indah dalam sebuah perjalanan selain merangkai tangan dengan penuh kebersamaan.

Kebersamaan bukan kata tapi jiwa, terasa dalam dada seindah purnama.
Kebersamaan bukan curahan tapi jawaban, syarat makna akan keajaiban dan kekuatan.
Kebersamaan bukan sandaran tapi asupan, memberi semangat tanpa batasan.
Kebersamaan bukan mata tapi telinga, siap mendengar kadang tak seksama
Kebersamaan bukan kaki tapi tangan, selalu merangkul dalam kehangatan.
Kebersamaan bukan langit tapi bumi, menjadi pijakan dalam kehidupan.
Kebersamaan bukan hujan tapi pelangi, mengindahkan pribadi ketika turunnya air mata.
Semoga kebersamaan ini tiada akhir seperti perjalanan yang tiada akhir…

Pernahkah Anda berhenti sejenak dari suatu perjalanan (?) Atau menoreh sesaat kebelakang untuk melihat sejauh mana perjalanan yang telah tertapak (?) Simple, kecil dan hal yang teramat mudah tentunya untuk kita lakukan, namun terkadang hal sederhana itu urung kita lakukan hanya karena enggan tergerus oleh kehidupan yang terus berlaju. Padahal sejatinya, berhenti sejenak itu adalah sebuah Sunatullah, sebuah keniscayaan yang tiada mungkin luput dari gerak nafas manusia dalam menapaki perjalanannya. Semua yang ada di Bumi ini memiliki kapasitas maksimal, dan agar mampu melakukan perjalanan nan panjang, ia harus selalu dipulihkan setelah mencapai kapasitas tertentu. Demikian dengan kondisi jiwa manusia, setelah mencapai perjalanan tertentu, ia perlu berhenti sejenak untuk muhasabah, menghitung dan menganalisis kualitas dirinya dalam mengemban hidup sejauh ini. berhenti sejenak sangat diperlukan dalam hidup, bukan untuk selamanya, tetapi hanya untuk melihat kebelakang tentang sejarah apa yang telah kita torehkan dalam skenario hidup, menapaki jejak langkah yang telah kita buat, mengatur langkah yang terseok, mengatur nafas yang tersenggal, untuk kemudian kembali berlari, lebih cepat, lebih terarah dan lebih mampu memikul beban.

Puncak berhenti yang terorganisir dengan teramat cantik di muka Bumi ini, hadir dalam prosesi Wukuf, yah berhenti sejenak untuk mengenali diri, instropeksi, dan mengatur bagaimana alur kehidupan yang telah dilaluinya selama ini. Hingga akhirnya efek dari pemberhentian itu menjadikan jiwa mengenali raga, jiwa memahami rasa, dan berujung kepada siapa Penggenggam raga serta siapa Pembulak-balik rasa.

Betapa mujarab-nya stopping effect, sehingga sahabat Rasulullah SAW, Muadz bin Jabal RA berkata kepada sahabatnya dengan ungkapan yang menyejukkan hati “Mari duduk sesaat untuk beriman”. Berhenti sejenak untuk menengok kondisi keyakinan kita terhadap apa yang kita lakukan ini agar tetap terjaga. Dengan berhenti sejenak yang berkualitas, akan serta merta mendorong kekuatan yang berlipat untuk melakukan perjalanan panjang.

Guna menghindari keragu-raguan dan mengokohkan semangat perjalanan, berhenti sejenak di tempat yang semestinya adalah langkah positif dan bermanfaat, seolah tampak merupakan langkah mundur, namun ketahuilah dengan selangkah ‘mundur’ itu, bisa dihasilkan seratus hingga seribu kali lipat langkah. Terkecuali bagi mereka yang memang lebih nikmat untuk berhenti selamanya.

Pun demikian dengan apa yang kerap Anda temukan dalam artikel di Website ini, ada jeda kosong dalam beberapa saat, namun kami tetap disini, berpijak di Bumi ini untuk kembali mensyiarkan apa yang semestinya disyiarkan. Semoga pemberhentian sejenak ini, bisa lebih memberikan suguhan baca yang berkualitas bagi pikir dan iman kita semua.

Bilangan tahun telah berubah, bagaimana seharusnya kita memaknainya (?) Apakah memang ada hal baru setiap masuk pada bilangan tahun yang baru (?) Rasa-rasanya, debar-debar dan gegap-gempita itu hanya dirasakan saat menjelang malam awal tahun kemarin. Langit di sekeliling kita tiba-tiba seperti memekik karena begitu banyak yang meniupkan terompet. Dan kembang api terus berdenyar menerangi angkasa, seolah tak pernah putus hingga ujung malam. Jalanan dibanjiri kendaraan, seakan malam itu semua orang mesti turun ke jalan agar tidak kehilangan momentum awal tahun. Macet lagi, sudah pasti. Klakson pun mulai dipencet, mendengking saling bersahutan. Lalu semuanya riuh dalam tawa kegembiraan, meski juga tak tahu apa maknanya. Barangkali karena telah berhasil melewati tahun, dalam artian tidak tamat riwayatnya alias wafat, dan akan bertemu tahun bilangan baru. Atau, itu hanyalah bentuk kompensasi dari kebingungan manusia memaknai awal tahun, selain hanya bisa hura-hura dengan meniupkan terompet, menerangi langit dengan kembang api, dan mejeng-mejeng di pinggir jalan hingga menjelang subuh.

Sementara, di ruang-ruang hiburan saling berlomba menampilkan “sang penghibur” –dan bisa dipastikan menampilkan biduan atau dancer yang secara visual tampak sensual-. Agar terkesan meriah, dibikinlah countdown raksasa yang menampilkan hitungan mundur sebelum suara menggelegar di seantero jagad. Hiburan pun terkadang berlangsung sampai pagi, sebab besok hari di awal tahun, biasanya pekerjaan diliburkan atau mungkin meliburkan diri. Namun karena kebetulan, hitungan awal tahun kali ini, tepat dengan hari minggu, malam pun tentunya semakin meriah.

Namun ada juga yang memaknai awal tahun dengan perenungan. Biar terkesan gebyar, maka perenungan ini pun dibuat secara massal yang dikemas dalam Tabligh Akbar. –padahal menurut saya- Apa mungkin kita bisa merenung di tengah orang banyak (?) Namun nyatanya, kita masih sering menemukan orang menangis meraung-raung di tengah lautan massa. Dan –tentu saya yakin- bukan tangis yang dibikin-bikin, terlebih ketika disebutkan dosa-dosanya, surga dan neraka, dan juga segala hal tentang kedurhakaan kepada orangtua. Mungkin, sekali lagi saya tekankan, mungkin, karena berada di tengah atmosfir ribuan manusia yang menangis, ia akan turut dalam larutan airmata, dan menyatakan akan tobat setobat-tobatnya. Meski kita semua tidak tahu bagaimana setelah keluar dari barisan jamaah. Sebab begitulah iman manusia, ibarat gelombang, kadang surut kadang juga pasang.

Setelah pesta dan perenungan akhir tahun itu selesai, semuanya akan senyap. Hingga subuh pun tiba. Dan pagi hari di awal tahun itu, nyatanya sama saja dengan pagi hari sebelumnya. Matahari yang menyembul adalah matahari yang itu-itu juga. Barangkali jadwal bangun pagi saja yang –mungkin- berubah kesiangan. Namun saya percaya, pedagang di pasar akan tetap tidak berubah, subuh-subuh telah menerjang gelap dan dingin. Pedagang bubur, ketupat sayur dan lain-lain masih terus berjuang hidup, sebab kehidupan harus tetap dijalani.

Lalu, sepanjang hari awal tahun itu pun kita habiskan dengan tetap agak malas, dan pastinya juga telah lupa buat apa meniup terompet hingga mulut terasa bengkak dan menghabiskan lusinan kembang api yang cahayanya semu di malam tadi. Memang, tahun baru tanpa terompet sepertinya tak lengkap. Laiknya Israfil tak lengkap melenyapkan bumi tanpa tiupan terompet sangkakala.