Islam & Science

Prof. Hussain Kamel menemukan suatu fakta mengejutkan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Pada mulanya ia meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia. Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis pada peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang. Setelah dua tahun dari pekerjaan yang sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk menentukan jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Makkah merupakan pusat bumi.

Ia menyadari kemungkinan menggambar suatu lingkaran dengan Makkah sebagai titik pusatnya, dan garis luar lingkaran itu adalah benua-benuanya. Dan pada waktu yang sama, ia bergerak bersamaan dengan keliling luar benua-benua tersebut. Gambar-gambar Satelit, yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama ketika studi-studi lebih lanjut mengarah kepada topografi lapisan-lapisan bumi dan geografi waktu daratan itu diciptakan. Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Makkah.

Studi ilmiah ini dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda, bukan dimaksud untuk membuktikan bahwa Makkah adalah pusat dari bumi. Bagaimanapun, studi ini diterbitkan di dalam banyak majalah sains di Barat. ALLAH berfirman: “Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya..” (Asy-Syura: 7).
Kata ‘Ummul Qura’ berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu (ibu) mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam.

Sebagaimana seorang ibu adalah sumber dari keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain. Selain itu, kata ‘ibu’ memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain.

Berdasarkan pertimbangan yang seksama bahwa Makkah berada tengah-tengah bumi sebagaimana yang dikuatkan oleh studi-studi dan gambar-gambar geologi yang dihasilkan satelit, maka benar-benar diyakini bahwa Kota Suci Makkah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia. Hal ini akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade yang lalu.

Ada banyak argumentasi ilmiah untuk membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan ia tidak melewati Greenwich di Inggris. GMT dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggris. Jika waktu Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat.

Ada beberapa ayat dan hadits nabawi yang menyiratkan fakta ini. ALLAH berfirman, ‘Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.’ (Ar-Rahman: 33).

Kata aqthar adalah bentuk jamak dari kata ‘qutr’ yang berarti diameter, dan ia mengacu pada langit dan bumi yang mempunyai banyak diameter. Dari ayat ini dan dari beberapa hadits dapat dipahami bahwa diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Makkah berada di tengah-tengah bumi, maka itu berarti bahwa Makkah juga berada di tengah-tengah lapisan-lapisan langit.

Selain itu ada hadits yang mengatakan bahwa Masjidil Haram di Makkah, tempat Ka‘bah berada itu ada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh bumi (maksudnya tujuh lapisan pembentuk bumi). Rasulullah Bersabda, ‘Wahai orang-orang Makkah, wahai orang-orang Quraisy, sesungguhnya kalian berada di bawah pertengahan langit.’

Sumber:ivandrio.wordpress.com

Seorang Dokter Bedah Berasal dari Prancis menyatakan dirinya masuk Islam, disebabkan oleh Mumi Fir’aun. Professor Maurice Bucaille adalah seorang dokter ahli bedah terkemuka di dunia yang berasal dari Prancis. Ia mempunyai cerita yang sangat menakjubkan. Ia menjelaskan sebab musabab dirinya meninggalkan agama Katolik yang telah di anutnya bertahun-tahun, kemudian menyatakan dirinya memeluk agama Islam.

Setelah menyelesaikan study setingkat SMA-nya, ia menetepkan untuk mengambil jurusan kedokteran pada sebuah universitas di Prancis. Ia termasuk salah satu dari mahasiswa yang berprestasi hingga akhir tahun, karena kecerdasan dan keahlian yang dimilikinya, dia kemudian menjadi seorang dokter terkemuka di Prancis. Prancis adalah negara yang terkenal sangat menjaga dan mementingkan barang-barang peninggalan kuno dibandingkan dengan negara yang lainnya, terutama pada masa kepemimpinan Fransu Metron tahun 1981. Pada tahun itu, Prancis meminta ijin kepada Mesir agar mereka diberikan kesempatan untuk memeriksa dan meneliti mumi Fir’aun-nya yang terkenal. Sebuah mumi yang tak asing dikalangan orang-orang Islam. Fir’aun ini adalah orang yang ditenggelamkan ALLAH dilaut merah, tatkala melakukan pengejaran terhadap nabi Musa AS.

Permintaan Prancis ditanggapi oleh Mesir dengan mengizinkan Prancis untuk mengadakan penelitian. Mumi Fir’aun dipindahkan dengan menggunakan pesawat terbang. Setibanya di Prancis, kedatangan mumi tersebut disambut oleh Persiden Franso Metron beserta para menterinya seolah-olah dia masih hidup. Mumi tersebut kemudian dipindahkan ke pusat barang-barang kuno milik Prancis untuk diserahkan kepada para ilmuwan dan dokter bedah, supaya mereka dapat mempelajari rahasia yang terkandung dari mumi tersebut, dan Profesor Maurice Bucaille bertindak sebagai ketua tim penelitian.

Semua tim peneliti bertugas untuk meneliti, memperbaiki tulang-tulang yang sudah rusak dan anggota tubuh yang lainnya. Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Professor Maurice Bucaille, ia justru menyelidiki tentang rahasia kematian Fir’aun. Pada suatu malam, ia memperoleh hasil penelitiannya; bahwa terdapat bekas garam yang menempel pada mayat mumi, sehingga dapat ia jadikan sebuah bukti yang nyata bahwa Fir’aun mati karena tenggelam dan mayatnya dapat di selamatkan, kemudian diawetkan pada saat kejadian. Dari hasil penelitiannya, timbul beberapa pertanyaan yang susah untuk ia dapatkan jawabannya yaitu bagaimana mayat Fir’aun dapat diselamatkan, dan anggota tubuhnya masih tetap utuh, sedangkan kondisi mayat-mayat yang lainnya setelah diawetkan tidak seperti dirinya (?)

Namun sebelum ia selesai membuat kesimpulan, salah seorang temannya berbisik kepadanya dengan berkata: “Jangan terburu-buru seperti itu, karena orang-orang Islam telah mengetahui tentang hal ini.” Mendengar pernyataan dari temannya itu, ia menolak keras atas pernyataan tersebut. Ia berkata: “Penemuan seperti ini tidak mungkin dilakukan kecuali ada dukungan sains dan teknologi canggih”. Salah seorang temannya yang lain menanggapinya seraya berkata: “Al-Quran merekalah yang telah menceritakan kematiannya dan bagaimana jasadnya di selamatkan dari tenggelam.” Mendengar penjelasan temannya itu, Bakay kebingungan dan bertanya-tanya bagaimana hal ini bisa terjadi (?) Sedangkan mumi ini sendiri baru ditemukan pada tahun 1898 atau kurang lebih baru dua ratus tahun yang lalu, sedangkan Al-Quran mereka sudah ada semenjak lebih dari seribu empat ratus tahun….!!!

Bagaimana akal manusia dapat mengetahuinya, padahal semua manusia -bukan hannya orang-orang Arab- belum ada yang mampu mengetahui bagaimana peradaban orang-orang Mesir di masa lampau dan bagaimana caranya mereka mengawetkan mayat, kecuali pada masa sepuluh tahun yang lalu (?). Maurice duduk termenung di dekat mumi Fir’aun tersebut sambil memikirkan tentang bisikan yang telah ia dengar dari temannya; bahwasanya Al-Quran telah menceritakan kejadian itu, padahal kitab sucinya hanya menceritakan tentang tenggelamnya Fir’aun akan tetapi di dalamnya tidak di jelaskan tentang keadaannya sesudah tenggelam. Ia pun bergumam dalam kesendiriannya: “Masuk akalkah bahwa jasad yang ada di depanku ini adalah Fir’aun Mesir yang telah mengusir Nabi Musa (?) Benarkah kalau Nabinya orang muslim yang bernama Muhammad itu sudah mengetahui tentang hal ini sejak 1400 tahun yang silam (?)

Berbagai pertanyaan yang belum sempat terjawab, membuat Professor Maurice tidak dapat tidur disetiap malam. Ia kemudian mengambil Kitab Taurat dan membacanya, sampai pada sebuah kalimat yang mengatakan: “Kemudian air itupun kembali pada keadaan sedia kala, kemudian air laut itupun menenggelamkan perahu-perahu beserta Fir’aun dan bala tentaranya, hingga tidak tersisa satupun diantara mereka.”

Setelah menyelesaikan penelitian dan perbaikan, maka mumi tersebut kemudian di kembalikan ke Mesir dengan menggunakan peti yang terbuat dari kaca nan elok, karena menurutnya itu lebih pantas untuk orang yang berkedudukan seperti Fir’aun. Akan tetapi Bakay masih dalam kondisi belum puas dengan berita yang di dengarnya, bahwa orang-orang Islam telah mengetahui keselamatan mumi ini. Ia pun lalu berkemas untuk berkunjung ke Saudi Arabia guna menghadiri seminar kedokteran yang akan dihadiri para pakar bedah muslim.

Dalam pidatonya, Professor Maurice memulai pembicaraan tentang hasil penyelidikannya bahwa jasad Fir’aun dapat diselamatkan setelah tenggelam, kemudian salah seorang diantara pakar muslim berdiri dan membuka serta membacakan Al-Qur’an pada Surat Yunus Ayat 92 yang artinya: “Pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat dijadikan pelajaran bagi orang-orang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.”

Professor Maurice Bucaille terheran-heran dengan penjelasan yang baru saja ia dengar, ia lalu beranjak dari tempat duduknya dan dengan suara lantang ia berkata: “Pada hari ini; aku menyatakan diri untuk memeluk agama Islam dan aku mengimani Al-Quran ini”.

Setelah selesai seminar Professor Maurice Bucaille lalu kembali ke Prancis dengan wajah yang berbeda dari wajah sebelum ia datang menghadiri seminar. Selama sepuluh tahun ia tidak mempunyai pekerjaan yang lain, selaian mempelajari tentang sejauh mana keserasian dan kesinambungan Al-Quran dengan sains, serta perbedaan yang bertolak belakang dengannya. Namun apa yang ia dapati selalu berakhir sebagaimana Firman Allah SWT: ”Yang tidak datang kepada Al-Quran kebatilan baik dari belakang maupun dari depannya, yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi terpuji” (Q.S: Fush Shilat-43).

Dari hasil penyelidikan yang bertahun-tahun, ia kemudian menulis sebuah buku tentang kesinambungan Al-Quran dengan sains yang mampu mengguncangkan Eropa. Sehingga ketika para pakar-pakar dan para ilmuwan barat berusaha untuk mendebatnya, mereka tidak kuasa.

Bucaille dalam bukunya menulis bahwa dalam Al Qur’an terdapat banyak kecocokan dengan fakta sains. Di antara tulisannya ialah: “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” (QS 27:88)

Bucaille menjelaskan bahwa ternyata gunung-gunung bersama dengan lempeng bumi bergerak. Jadi ayat Al Qur’an di atas sesuai dengan ilmu pengetahuan. Bucaille juga menjelaskan bahwa ayat Al Qur’an di bawah yang menyatakan bahwa Allah menyelamatkan badan Fir’an hingga bisa dilihat manusia saat ini sesuai dengan kenyataan:
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” (QS 10:92)

Ternyata para ahli menemukan garam di dalam badan Fir’aun yang menunjukkan bahwa Fir’aun memang pernah tenggelam. Jenazah Fir’aun/Mumi bisa dilihat manusia hingga saat ini di Bumi Seribu Menara, Mesir.

Sumber: ivandrio.wordpress.com

Sementara dunia masih terpana dengan pembangunan Burj Khalifa, gedung tertinggi dunia, kini dunia dikejutkan kembali dengan munculnya proposal untuk sebuah bangunan raksasa yang akan dibangun di kota itu tahun 2015. Gedung itu adalah “Dubai City Tower” / “Vertical City”. Dinamakan Vertical City karena ini bukan lagi hanya sekedar gedung pencakar langit, tapi sudah lebih mirip dengan sebuah kota tersendiri, kota vertikal dengan tinggi mencapai 2.4 Kilometer.

Gedung ini begitu tinggi dan besarnya, sehingga diperlukan sebuah kereta api super cepat (Bullet Train) dengan kecepatan 125 mph untuk mengangkut para penghuni dan pengunjungnya. Gedung ini akan memiliki 400 lantai dan dengan ketinggiannya yang mencapai 2.4 KM itu berarti gedung ini mempunyai ketinggian lebih dua kali Burj Khalifa, dan nyaris 8 kali lipat menara Eiffel di Paris!

Dubai mungkin nantinya akan menjadi kota pertama yang mirip seperti kota-kota khayalan dalam film StarWars, dengan gedung-gedungnya yang tinggi menembus awan.

Sejauh ini “Vertical City” masih berupa proposal. Tapi dengan tingkat penjualan gedung-gedung baru di Dubai begitu cepat, serta kota-kota lain yang sekarang juga berlomba meniru Dubai, proyek ini mungkin akan segera terwujud.

Dubai, negara kosmopolitan di jazirah Arab, sudah memiliki gedung
tertinggi, apartemen tertinggi dan aquarium terbesar di seluruh dunia. Kali ini, Dubai lagi-lagi bikin sensasi dengan memiliki ambulan terpanjang di dunia. Kepala Dubai Ambulance Center (DAC), Khalifa bin Darri, panjang ambulan itu sekitar 18 meter dan bisa membawa 44 pasien sekaligus. Ambulan terpanjang itu, dilengkapi dengan tempat pendaratan helikopter di bagian atapnya termasuk fasilitas satelit dan internet untuk para dokter yang bertugas.

Selain itu, terdapat ruang-ruang operasi, ruang perawatan intensif (ICU), ruang radiografi dan apotik yang saling terintegrasi. Pendek kata, ambulan terpanjang itu sudah mirip rumah sakit berjalan. “Ambulan ini akan menjadi rumah sakit berjalan yang akan dikerahkan jika terjadi kecelakaan dan operasi penyelamatan dengan jumlah korban yang banyak, sehingga para korban bisa langsung mendapatkan perawatan sebelum dipindahkan ke rumah sakit,” papar Darri.

Inside Ambulance

Ambulan yang didisain oleh orang Dubai sendiri itu, diharapkan sudah bisa dioperasikan dalam tiga bulan ini. Menurut Darri, mereka sengaja membuat ambulan super besar itu karena tingkat kecelakaan lalu lintas di Uni Emirat Aran terbilang cukup tinggi. Kecelakaan paling buruk terjadi tahun 2008 lalu yang melibatkan lebih dari 200 mobil dalam tabrakan beruntun.

Photo: mylifethinking.com

Dunia Islam

Ketua Lembaga Tinggi Islam di Al-Quds, Syeikh Ikrimah Shabri mengaku heran dengan minimnya reaksi dunia Arab dan Islam terkait dengan pemasangan bendera Israel di halaman Masjid Al-Aqsha. Padahal, tindakan ini merupakan intimidasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Pemasangan bendera ini tentu dimaksudkan sebagai upaya Israel menguasai masjid Al-Aqsha,” tegas dia seperti dikutip infopalestina.com, Rabu (30/5).

Shabri menegaskan, masalah Masjid Al-Aqsha adalah urusan dunia Islam karena kiblat pertama umat Islam itu adalah milik kaum Muslimin di seluruh dunia. Sementara Israel mengharapkan ketidakpedulian itu. “Saat ini kawasan Al-Aqsha terlihat sebagai kota Yahudi, dan warga Palestina tidak bisa lagi memilikinya,” keluh dia. Seperti diberitakan Alarabiya.net, Selasa (29/5) kemarin, tentara Israel mengibarkan bendera Bintang Daud di lapangan Masjid Al-Aqsha di Yerusalem timur, Senin waktu setempat. Tindakan ini dianggap melanggar status quo Israel dan Palestina di situs suci tersebut.

“Lebih dari 180 tentara dari pasukan khusus Israel mengibarkan bendera besar Israel di depan Kubah Emas (Dome of Rock), ini adalah bentuk provokasi,” kata Sheikh Azzam al-Khatib, Mufti Mesir yang tengah berkunjung ke Al-Aqsa.

Hagia Shopia Kembali Berfungsi Masjid (?)

Rencana pemerintah Turki untuk mengaktifkan kembali aktivitas keagamaan di masjid Hagia Sophia terus mendapat dukungan umat Islam. Mereka bahkan mendorong agar pemerintah mempercepat niatan itu. “Biarkan masjid Hagia Sophia terbuka. Allahuakbar,” teriak lantang para jamaah sebelum shalat berjamaah di depan masjid bersejarah seperti dikutip onislam.net, Senin (28/5).

Kepala Asosiasi Pemuda Anatolia, Salih Turhan mengatakan membiarkan masjid Hagia Sophia hanya berfungsi sebagai museum adalah penghinaan bagi umat Islam. “Fungsi masjid ini melambangkan perlakukan buruk barat dan Turki terhadap umat Islam. Sebagai cucu dari Mehmet Sang Penakluk, pembukaan kembali Hagia Sophia sebagai masjid adalah hak sah kami,” tambahnya

Namun, penolakan justru datang dari kalangan gereja Turki. Menurut mereka, ketika pemerintah mengembalikan fungsi masjid, maka umat Kristiani tidak bisa melaksanakan ibadah di tempat itu. Bahkan gereja melihat ada potensi kekacauan bila fungsi itu dikembalikan. “Kami ingin agar museum ini sejalan dengan prinsip-prinsip Republik Turki,” kata dia.

Menurut catatan sejarah, Masjid Hagia Sophia pada awalnya merupakan gereja peninggalan kekaisaran Romawi Timur di Konstatinopel. Namun, wilayah itu selanjutnya diambil alih kesultanan Ustmaniyah. Sejumlah perubahan dilakukan Ustmaniyah terhadap Konstantinopel.

Satu bentuk perubahan itu adalah mengubah fungsi landmark wilayah itu yakni gereja Hagia Sophia menjadi masjid. Meski berubah fungsi, simbol-simbol Kristen dalam bangunan itu dipertahankan.

Memasuki era Republik, pemerintah sekuler Turki mengubah fungsi bangunan menjadi museum. Kini, pemerintah Erdogan mewacanakan kembali untuk memfungsikan masjid Hagia Sofia sebagai tempat ibadah. Sebagai bentuk keseriusan pemerintah, kabarnya masjid itu bakal mengalami sejumlah perbaikan.

Sumber: Republika Online

Kamis, 21 Juni 2012 nanti, tepat tanggal 1 Sya’ban 1433 H. Pintu Ka’bah kembali dibuka dan dibersihkan. Seperti biasa, prosesi pembersihan Ka’bah dilakukan dua kali dalam setahun. Rumah Allah, Baitullah ini di bersihkan setiap bulan Muharram dan awal Sya’ban. Seperti biasanya, prosesi pada 1 Sya’ban besok itu bisa dikategorikan sebagai proses preparing hamba Allah menghadapi bulan Suci Ramadhan. Sebuah ritual yang mengisyaratkan betapa proses ‘pembersihan’ menghadapi Ramadhan sangat penting dilakukan. Nampaknya kita harus sadar bahwa Ka’bah adalah bangunan yang akan dilihat makhluk lainnya. Bangunan paling suci yang menjadi kiblat umat Islam didunia, dalam menghadapi Ramadhan dilakukan pembersihan, lalu bagaimana dengan manusia (?) Tentunya harus lebih membersihkan diri tuk bersiap menghadapi Ramadhan. Pembersihan bagi setiap muslim, tidak hanya secara jasmani, tetapi lebih ditekankan dalam membersihkan hati dan spritual. Filosofi pencucian Ka’bah yang dilakukan sebulan sebelum bulan suci inilah, yang membuat rangka antusiasme menghadapi bulan penuh Rahmat kian terbangun. Merangkai suatu kekuatan yang kokoh guna menghadapi segala rintang di bulan suci.

Kesempatan saat itulah akan dirasakan oleh jemaah smartUMRAH yang akan berangkat tanggal 16 Juni nanti. Mereka akan menyaksikan secara langsung bagaimana dahsyatnya pesona Ka’bah ketika pintu ka’bah dibuka dan dibersihkan. Seperti yang terjadi pada tahun lalu, moment spesial itu sangat disyukuri oleh segenap keluarga besar Cordova. Pasalnya, saat itu, beberapa jemaah Cordova berkesempatan menikmati sholat dan masuk kedalam bangunan Ka’bah. Takjub, tak bisa berkata sepatah pun saat berada dalam bangunan suci, yang selama ini menjadi kiblat umat Islam diseantero bumi. Bapak Syahrul Davi Djalil dan Bapak Sjafrudin Muh. Habib yang merasakan bagaimana dahsyatnya sholat tepat di dalam bangunan pusat bumi. Seperti yang tayangkan radio El-Shinta, dalam tele conference saat masuk dan sholat di dalam Ka’bah, Pak Davi tak bisa berkata-kata, airmatanya mengalir deras. Sujud tersimbah dalam dekap hangatnya bangunan Ka’bah. Ia hanya bisa berulang mengucapkan syukur yang tiada henti. Dalam wawancara itu pula, ia hanya berpesan bahwa jangan pernah merasa rugi melaksanakan haji atau umrah, karena tiada orang yang merugi setelah melaksanakan ibadah suci tersebut.

Beserta raja Arab, ulama-ulama terkemuka, pejabat pemerintah Arab Saudia, tokoh setempat, dan tamu-tamu undangan kerajaan Arab Saudia. Pak Davi menyaksikan bagaimana prosesi pencucian Ka’bah. Bagian dalamnya dipel dengan kain putih yang dibasahi air zam-zam, bercampur dengan minyak gaharu yang bercampur dengan parfum beraroma musk (minyak kelenjar rusa). Sebelum memasuki Ka’bah, raja Arab menerima kunci ka’bah yang diletakkan dalam tas beludru dari para pengawal (Bani Shayba).

Setelah dipel, lantai dan dinding Ka’bah dikeringkan dengan kertas tisu dan kain putih. Kemudian disirami lagi dengan wewangian yang sangat khas. Bangunan sisi bagian timur Ka’bah tingginya 14 meter, lantai bagian dalam dilapisi keramik berwarna, sementara atapnya ditopang tiga pilar kayu. Masing-masing berdiameter 44 cm.

Struktur atap terdiri atas dua lapisan, bagian atas dan bawah, sementara dinding bagian dalam ditutup dengan layar terbuat dari beludru hijau yang diganti setiap tiga tahun sekali. Pada atap bagian teratas, terdapat ventilasi dengan panjang 127 cm dan lebar 104 cm untuk memberikan masuknya cahaya matahari. Ventilasi ditutup dengan kaca penguat yang dibuka saat acara pencucian.

Subhanallah…teriakan takbir menggema selama Ka’bah nan Suci dibersihkan, tidak sedikit para jamaah yang mengeluarkan airmata dengan derasnya. Termasuk smartUMRAH Cordova yang terus menerus menitikkan airmata, selama pintu Ka’bah itu terbuka. Sepertinya hal ini mengingatkan kita pada peristiwa Fath Makkah (pembebasan Makkah), beberapa tahun silam oleh Rasulullah SAW.

Semoga tahun ini, atau keberangkatan smartUMRAH tanggal 16 Juni besok, jemaah Cordova ada pula yang merasakan bagaimana indahnya bangunan ka’bah saat berada di dalamnya. Kalaupun tidak, di saat momentum pencucian ka’bah itu, kita berada dihadapan kemulian bangunan itu. Bukankah keberkahan dan rahmat akan menyelimuti bagi orang yang hanya menikmati pandangan mata ke ka’bah-Nya. SubhanALLAH…

Limited Edition

Mohon maaf, sangat disayangkan untuk tahun ini, program HJE (Holiday Journey Edition) telah closed. Banyaknya peminat program liburan Cordova, sehingga bagi Anda sekeluarga jika ingin bersama menikmati liburan yang berkualitas bersama Cordova tahun besok, bisa mendaftarkan diri dari sekarang. Sebagai hadiah kasih sayang anak dan keluarga, kita bisa menikmatinya bersama di Tanah suci dan dua kota kaya di Timur Tengah, Abudhabi dan Dubai. Program Holiday Journey yang ditawarkan Cordova memiliki perbedaan tersendiri dengan Holiday Journey yang pernah ada. Liburan yang mencangkup aspek ukhrawi dan duniawi ini dirancang khusus memenuhi permintaan jemaah yang setiap tahun memiliki agenda libur bersama sanak keluarga. Setelah khusyuk melaksanakan umrah di Baitullah, Anda dan keluarga akan menyaksikan kehebatan negeri kaya di UEA, Dubai dan Abu Dhabi. Salahsatunya, anak kita tercinta dapat merasakan secara langsung bagaimana wahana bermain terbesar dan tercanggih di dunia dengan Ferrari World-nya. Ferrari bukan hanya mobil, tetapi sudah menjadi gaya hidup dan seni. Ia Merupakan manifestasi dari kecepatan, kemewahan dan rasa yang baik. Inilah berbagai kreasi yang luar biasa dari team ferari yang paling terkenal di seantero Bumi.

Ferrari tak melulu memikirkan bagaimana caranya untuk memproduksi mobil-mobil cepat, namun pabrikan berlambang kuda jingkrak ini mewujudkan sebuah wahana hiburan yang super canggih. Arena hiburan seluas 200.000 meter persegi ini, menyuguhkan puluhan atraksi dan game-game yang membuat kita dan anak-anak berdecak kagum. Di antaranya Roller coaster berbentuk mobil Ferrari itu bisa melesat hingga 240 km/jam dan seakan-akan membawa terbang pengunjung yang menaikinya. Ada juga atraksi yang memungkinkan para pengunjung merasakan efek G-Force, seperti yang biasa dialami oleh para pembalap Formula 1, ketika kendaraan mereka melayang ke udara. Untuk menikmati G-force, pengunjung menaiki menara dan naik di kursi yang terinspirasi dari Ferrari Enzo itu, kemudian ditembakkan ke atas sampai ketinggian 62 m. Tujuannya adalah untuk menawarkan kekuatan gravitasi seperti yang dialami di dalam kendaraan Ferrari. Tentunya untuk beberapa permaianan di Dunia Ferrari terbatas hanya untuk orang dewasa dan orang yang memiliki adrenalin tinggi.

Inilah taman hiburan yang membuat pengunjung benar-benar bisa menikmati “Si Kuda Jingkrak”. Ferrari world di Abu Dhabi akan memberikan pengalaman yang memikat dan menarik semua khalayak, termasuk keluarga dan penggemar Ferrari. So, jangan lupakan pengalaman indah yang menyenangkan bersama keluarga di liburan nanti.

Selain itu, kita bisa pula merasakan permainan ski. Di Dubai ada salju (?) Yah’ di sebuah mall besar, disamping hotel yang akan kita tinggali disulap menjadi arena ski yang sangat besar. Plus dengan kereta gantung dan arena bola salju beserta perlengkapan ski-nya. Dijamin Anda akan terpuaskan dengan hiburan bersama anak-anak tercinta. Belum lagi merasakan bagaimana naik ke sebuah menera tertinggi di dunia, Burj Al-Khalifa, menyaksikan diatasnya bulatan bumi yang jelas terpampang. Juga merasakan bagaimana keindahan dunia air di dalam mall terbesar di Timur Tengah. Sebuah pengalaman yang fantastis, pengalaman yang tidak akan pernah dilupakan.

Rasanya sudah sangat lama kami ‘meninggalkan’ pelajaran yang bapak dan guru kami berikan dalam pelajaran hidup. Meski hidup di dunia kerja, namun norma-norma, adab dan masih banyak lagi pelajaran hidup yang justru diberikan kesempatan untuk melakukannya. Yah, mungkin suatu ironi bagi perusahaan profesional lainnya, jika hal-hal semacam itu –pembelajaran hidup- masih diberikan justru ditengah persaingan kerja semakin ketat. Lazimnya sebuah perusahaan, tentu akan melihat bagaimana kinerja staf-nya dalam melakukan tugas. Tidak ada lagi didikan atau pelajaran yang di dapat, kalau pun ada jika melakukan kesalahan yang membuat rugi perusahaan akan diikuti dengan fired atau di non-aktifkan. Karena dunia kerja bukan masanya KBM (kegiatan belajar mengajar), dunia kerja adalah dunia eksekusi dari apa yang diraih dari bangku pendidikan. Namun berbeda dengan kami, kesempatan belajar itu masih sangat terbuka lebar, meski sudah berada di bangku kerja yang notabene mendapat pemasukan atau salary secara tetap.

Dari serakan ilmu yang diajarkan bapak sekaligus guru kami di Cordova itu adalah bagaimana mendengar dengan hati. Hmm… nampaknya simple, namun ketika di bedah, kalimat itu mengandung sejuta makna dengan pengaruh yang luar biasa. Tidak seperti para motivator-motivator hebat dengan –hanya- kepandaian memainkan kata, justru guru kami itu mengajarkan hal-hal simple namun berjuta makna. Yah, salahsatu dari serakan ilmunya, antara lain pelajaran tentang bagaimana caranya mendengar dengan hati.

Menurutnya, mendengarkan merupakan bagian esensi yang menentukan komunikasi efektif. Tanpa kemampuan mendengar yang bagus, biasanya akan muncul banyak masalah. Mendengar tidak selalu dengan tutup mulut, tapi juga melibatkan partisipasi aktif kita. Mendengar yang baik bukan berharap datangnya giliran berbicara. Memahami pembicaraan dan perasaan lawan bicara kita, ini juga sebagai bentuk penghargaan bahwa apa yang orang lain bicarakan adalah bermanfaat untuk kita. Seni mendengar dapat membangun sebuah relationship yang luarbiasa jika kita melakukannya dengan baik. Yah, tentunya mendengar dengan hati. Ia akan tembus menelusuri sel-sel darah kepada siapapun orang yang kita dengar pembicaraannya. Dari hati kena hati, itulah yang dimaksud dengan suatu ketulusan menjadi pendengar sejati.

Guru kami kerap mengajarkan untuk selalu memelihara kontak mata dengan baik. Ini menunjukkan kepada lawan bicara tentang keterbukaan dan kesungguhan kita dalam mendengarnya. Selain itu, mencondongkan tubuh ke depan, atau yang kerap kami dengar ‘Lempar –maaf- bokong kebelakang kursi’ saat kita duduk mendengarkan seseorang berbicara. Ini menunjukkan ketertarikan kita pada topik pembicaraan. Cara ini juga ternyata akan mengingatkan kita untuk memiliki sudut pandang yang lain, yaitu tidak hanya fokus pada diri kita sendiri, tetapi memahami orang yang kita dengarkan pembicaraannya.

Seorang pendengar yang baik sebenarnya hampir sama menariknya dengan pembicara yang baik. Jika kita selalu pada pola yang benar untuk jangka waktu tertentu, maka suatu saat kita akan merasakan. Untuk dapat mendengarkan dengan efektif sangat membutuhkan konsentrasi, pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Dari apa yang kami simpulkan dari didikan beliau adalah prinsip-prinsip untuk mendengar dengan hati, diantaranya; Tidak melakukan aktivitas mendengarkan dan berbicara pada saat yang bersamaan, mencoba memahami pokok pikiran atau ide utama pembicara, hindari gangguan dari lingkungan sekitar, mencoba mengendalikan emosi, dan ketulusan mendengar dari hati.

Jika sudah mengupas pembelajaran darinya, sungguh nikmat mana lagi yang harus kita dustakan untuk selalu bersama dan memiliki sosok sepertinya. Jangankan meninggalkan, ditinggalkan beberapa saat saja akan menjadi suatu yang sangat menyedihkan.

Jika diperhatikan, dewasa ini banyak aktifitas negatif berselimut indah. Racun yang tertutupi madu, maksudnya hal yang sebenarnya buruk namun di modifikasi sedemikian rapih oleh hal yang baik. Diantara sekian aktivitas negatif, sedikit kita ambil contoh bagaimana rasa malas terselimuti oleh ungkapan excuse yang meyakinkan diri bahwa hal itu adalah optimisme akan apa yang terjadi. Orang malas apapun bisa menjadi alasan. Bahkan alasan yang tampak seperti optimisme, padahal hanya sebagai dalih agar dia tidak perlu bertindak. Tentunya hal demikian sangat berbahaya, sebab akan terdengar baik dan benar padahal –sesungguhnya- dapat menghancurkan diri sendiri dan khalayak ramai.

Pernah suatu saat saya menumpang sebuah bus. Sebagai standar keselamatan sebuah bus ac harus menyediakan minimal satu tabung pemadam kebakaran seandainya terjadi apa-apa seperti kebakaran. Mungkin kita pernah mendengar banyak korban akibat terjebak di bus yang terbakar, alasannya beraneka ragam, salahsatunya –bisa jadi- karena tidak ada tabung alat pemadam kebakaran. Dari percikan api menjadi membesar karena sulit untuk dipadamkan. Untuk itu, salahsatu standar keselamatan harus ada tabung pemadam kebakaran agar bisa ter-antisipasi percikan api tersebut.

Saya melihat ke tempat tabung itu, tempat sanggahan dan tulisannya ada, namun tabungnya tidak ada. Salahsatu penumpang bus bertanya kepada kondektur, Pak tabung pemadamnya dimana (?) Dia melihat tempat sanggahan tabung, kemudian menjawab, “Ah…tidak akan terjadi apa-apa Pak” Jawabnya enteng. Seperti sebuah optimisme tidak akan terjadi apa-apa. Adakah yang bisa menjamin (?) Apa yang dia katakan itu baik-baik saja, tetapi itu hanya alasan atas kemalasan dia menyiapkan perlengkapan bus sebelum berangkat. Jika terjadi apa-apa, semisal percikan apa, apakah akan selamat hanya dengan ucapan itu (?).

Benar bahwa semua kita dianjurkan untuk bersikap optimis atas segala hal, namun usaha tetap perlu diperlukan. Optimis yang benar adalah saat kita yakin akan menghasilkan yang baik di saat kita sudah berusaha. Malas memperbaiki diri dengan dalih akan baik-baik saja. Ungkapan kondektur itu adalah salahsatu dari ribuan alasan untuk tidak menuntut diri agar berusaha mengadakan tabung pemadam tersebut. Sedangkan berusaha adalah musuh terbesar bagi orang yang malas.

Berkaitan dengan alasan-alasan ‘pemalas’ yang bisa berselimut dari kalimat ‘suci’ lainnya adalah syukur. Hal ini juga seperti kata-kata bijak, padahal hanya untuk menutupi kemalasannya meraih pencapaian yang lebih tinggi. Misalnya dengan mengatakan mensyukuri yang ada saja tanpa harus meraih yang lebih besar lagi. Padahal –sesungguhnya- kita bisa tetap bersyukur sambil tetap berusaha meraih yang lebih baik. Wong usaha kita tuk mencapai yang lebih baik tidak akan merusak syukur kita.

Ah saya mah, syukuri apa yang ada saja”, adalah –bisa jadi- ungkapan rasa malas untuk meraih kembali apa yang belum dapat diraih dengan bekerja keras. Syukur adalah urusan hati, sementara usaha adalah urusan fisik. Karenanya, syukur dan ikhtiar tidak akan saling mengganggu. Artinya, kita bisa menyukuri yang ada sambil tetap berusaha untuk mendapatkan yang lebih baik.

Di sebuah tempat nan jauh dari kota, di Jawa Barat, tampak seorang pemuda bergegas menuju surau kecil. Wajahnya menampakkan kegelisahan dan kegamangan. Ia seperti mencari sesuatu di surau itu. “Assalamu’alaikum, ustadz ” ucapnya ke sosok ustadz yang selama ini menjadi guru spritual di kampung itu. Spontan, ustadz yang rendah hati itu menghentikan kesibukannya. Ia menoleh ke si pemuda dan senyumnya pun mengembang. “Wa’alaikumussalam. Mangga. Mari masuk!” ucapnya sambil membukakan gerbang kayu surau yang sudah teramat tua. Setelah itu, ia dan sang tamu pun duduk bersila. “Ada apa, Kang (?)” ucapnya dengan senyum yang tak juga menguncup. “Ustadz, saya diterima kerja di kota!” ungkap sang pemuda kemudian. “Alhamdulillah, Syukurlah,” timpal Ustadz muda itu dengan penuh bahagia. “Ustadz, jika tidak keberatan, berikan saya petuah agar bisa berhasil!” ucap sang pemuda sambil menunduk.

Ia pun menanti ucapan sang ustadz di hadapannya yang sudah ia anggap seperti saudara kandungnya. “Kang, Jadilah seperti air. Dan jangan ikuti jejak awan,” untaian kalimat singkat meluncur tenang dari mulut sang Ustadz. Pemuda itu masih belum bereaksi. Ia seperti berpikir keras memaknai kata-kata sang ustadz. Tapi, tak berhasil. “Maksud, Ustadz (?)” ucapnya kemudian. “Kang, Air mengajarkan kita untuk senantiasa merendah. Walau berasal dari tempat yang tinggi, ia selalu ingin ke bawah. Semakin besar, semakin banyak jumlahnya, air kian bersemangat untuk bergerak kebawah. Ia selalu mencari celah untuk bisa mengaliri dunia dibawahnya,” jelas sang Ustadz dengan tenang.

“Lalu dengan awan, Ustadz (?)” tanya si pemuda penasaran. “Jangan sekali-kali seperti awan, Kang. Perhatikanlah! Awan berasal dari tempat yang rendah, tapi ingin cepat berada di tempat tinggi. Semakin ringan, semakin ia tidak berbobot; awan semakin ingin cepat meninggi,” terang sang Ustadz dengan penuh bijak. “Tapi Kang,” tambahnya kemudian. “Ketinggian awan cuma jadi bahan permainan angin.”

Dan si pemuda pun tampak mengangguk pelan.