“Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya, dan di panjangkan umurnya, maka sambungkanlah tali silaturahmi” (HR. Mutafaq ‘Alaihi).

Dalam perjalanan K-LINK yang ke-5 ini, Cordova menyuguhkan sebuah konten yang sangat berkaitan erat dengan salahsatu fungsi kerja keluarga besar K-LINK, karena prinsip kerja K-LINK adalah mengembangkan semaksimal mungkin hubungan antara manusia dengan saling menguntungkan diantara keduanya. Wal-hasil keberkahan senantiasa menyelimuti keluarga besarnya, selain mendapatkan limpahan rezeki duniawi, sebagian besar mereka juga dapat merealisasikan impian terbesar umat muslim untuk ber-umrah ke Baitullah. Berbicara tentang silaturahim, tidak hanya terbatas pada sekedar saling bersalaman, menyentuhkan tangan, atau memohon maaf. Dalam silaturahim, kita harus berbicara tentang masalah yang lebih hakiki lagi, yakni suatu kekuatan mental dan kemampuan yang tinggi dari hati manusia.

Hal ini sesuai dengan asal kata silaturahim. Sillah atau washi berarti menyambungkan atau menghimpun. Dan arrahim berarti kasih sayang. Pengertian menyambungkan adalah suatu proses aktif dari sesuatu yang semula tidak tersambung. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda: “Yang disebut bersilaturahim bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahim itu adalah menyambungkan apa yang terputus. (HR Bukhari)

Dalam aktivitas silaturahim ini terdapat keberkahan yang tiada henti, selain mengenal bagaimana setiap watak orang yang baru atau sudah kita kenal, -tentunya- akan selalu dilanjutkan dengan obrolan atau percakapan-percakapan penting demi bisnis dunia akhirat kita. Terlampau indah rasanya jika silaturahim ini selalu disematkan dalam setiap gerak umat Islam, terlebih bagi mereka yang akan menuju ke Tanah Suci, semoga keberkahan demi keberkahan selalu tercurah untuk kembali dan kembali melakukan ibadah umrah maupun haji.

Melalui silaturahim juga, para smartUMRAH mendapatkan ‘pintu’ untuk memberikan kunci-kunci kebaikan bagi segenap orang yang dicintainya. Mereka membawa keluarga, orangtua, bahkan kerabat untuk bersama melaksanakan umrah. Salahsatu faktor kunci kesuksesan mereka tiada lain adalah indahnya silaturahim yang mereka peragakan dalam kehidupan sehari-hari, tentunya selain bekerja keras.

Silaturahim yang akan kita laksanakan benar-benar bukan mengharapkan imbalan dari siapapun, bukan pula untuk mengharapkan pujian dan penghargaan. Silaturahim ini dilaksanakan semata-mata agar kita disayang oleh ALLAH Azza wa Jalla, ALLAH Maha Agung, Maha Hebat, Maha Suci, dan Maha Mulia.

Hanya dengan jalinan silaturahmi yang erat lah, umat Islam akan menjadi kuat. Seperti halnya jaringan K-LINK yang begitu fenomenal dalam bisnis syar’i yang mereka kembangkan. Subhanallah

Terakhir, semoga perjalanan smartUMRAH K-LINK senantiasa diberikan kelancaran, kesehatan dan kembali dengan membawa pahala umrah yang makbul. Amiin Yaa Rabb

Sebenarnya ada benang merah antara tulisan ini dengan artikel beberapa hari lalu, ‘The Power of Reading’. Korelasi antara kekuatan membaca dengan apa yang akan di ulas dalam artikel ini, akan semakin menjelaskan bagaimana kekuatan pikir dalam mengolah setiap hal yang kita ‘baca’. Diantara sebagian kecil manusia memiliki kemampuan untuk membaca apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tentunya kemampuan itu memiliki tingkatan perbedaan yang mendasar antara mempelajari ilmu bintang (nujum) atau sihir dengan sebuah prediksi dari pengetahuan ilmiah bahkan jauh bila disamakan dengan ramalan nubuwat (Prophecy). Seseorang yang “Membaca” dan meramal sesuatu yang akan terjadi sesungguhnya memiliki pemaknaan yang mendalam. Prediksi atau ramalan adalah pernyataan atau klaim bahwa kejadian tertentu akan terjadi pada suatu saat di masa mendatang. Secara etimologi, prediction berasal dari bahasa Latin: prae (sebelum) dan dicere (mengatakan). Kemampuan “mengatakan sebelum” sesuatu terjadi di masa mendatang.

Jika kemarin adalah sejarah (history), hari ini adalah hadiah (gift), maka besok adalah misteri (mistery). Begitu kata Joan Rivers, seorang komedian terkenal di awal abad 21. Bahkan kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi sedetik ke depan. So, mengutip peraih Nobel Fisika, Niels Bohr, mengatakan “Prediction is very difficult, especially if it’s about the future.”, (Memprediksi sesuatu sangat sulit, terlebih mengenai masa depan).

Seiring dengan kemajuan teknologi dan keberhasilan penemuan serta pemecahan berbagai fenomena alam semesta, memang menjadikan apa yang dulu dianggap sulit diprediksi, kini hal itu bisa dengan mudah dihitung dan diperkirakan. Kapan gerhana matahari dan bulan terjadi, hisab awal bulan Komariah, dan hal-hal lain yang terjadi di planet luar. Tentu saja semua itu berangkat dari data historis yang telah dimiliki atau ditemukan sebelumnya melalui “Membaca” dan meneliti. So, fenomena di masa depan boleh jadi bisa diprediksi hanya yang bersifat countable (bisa dihitung).

Tetapi kecendrungan meramal tanpa data ilmiah yang otentik, yang hanya menggunakan bola kristal, atau guratan anggota tubuh misalnya. Bukan sebuah ramalan yang diperbolehkan dalam Islam, karena dengan meramal dan mempercayai sesuatu menggunakan ilmu magic akan mendamparkan kita pada sebuah harapan semu. Sehingga dimensi waktu yang tertapak, hanya akan tersia karena percaya menunggu takdir yang diramalkannya esok.

Lalu bagaimana jika sebuah prediksi atau ramalan tercetus seketika, tanpa data historis sebelumnya, dan tak terbayangkan sebelumnya (?) seperti halnya Rasul sering mengeluarkan ramalan pada sahabat dan peristiwa-peristiwa yang sebelumnya tak pernah terpikirkan. Seperti contoh ketika Rasul hendak melakukan perjalanan hijrah bersama Abu Bakar ke Madinah. Saat itu, para pemuka Quraisy akan menghadiahi bagi yang berhasil menangkap Rasulullah dalam keadaan hidup ataupun mati dengan 100 ekor sapi. Mendengar sayembara itu seorang pemuda badui berbadan kurus, bernama Suraqah bin Balik bin Ja’tsam Al-Mudallij, segera mengejar Rasul dan Abu Bakar yang terlihat bagai satu titik bergerak di padang yang begitu luas.

Karena kelihaian dalam memacu kuda, dengan tangan di tombak, Suraqah semakin mendekati jarak Rasul. Abu Bakar pun merasa cemas, tetapi Rasulullah segera menenangkan “Jangan bersedih sahabatku, ALLAH bersama kita”, tidak beberapa lama Suraqah sudah berada dibelakang Rasul, baginda Rasul pun berdo’a “Yaa ALLAH, lindungilah kami dari bahayanya sekehendak-MU”. Seketika itu, tiba-tiba kuda yang ditunggangi Suraqah tergelincir, dan ia terpelanting ke tanah berpasir. Dengan susah payah Suraqah bangkit dan kembali mengejar Rasulullah. Semakin mendekat Rasul kembali berdoa, dan kembali Suraqah terjatuh dari kudanya, hingga tiga kali berturut-turut.

Akhirnya setelah itu, Suraqah berteriak “Wahai Rasulullah! Aku Suraqah bin Balik, lihatlah aku, aku akan berbicara, aku akan melakukan apa yang kalian sukai dan tidak akan mendatangkan bahaya. Lalu Rasul pun menghentikan kudanya dan Abu Bakar bertanya, “Apa yang kamu inginkan” (?). Suraqah lalu meminta maaf atas ulahnya, setelah ia menceritakan tentang sayembara yang diadakan pemuka Quraisy tentang pembunuhan Rasul, Suraqah melanjutkan perkataanya. “Aku tahu bahwa dakwahmu akan tersebar pada orang banyak, kumohon tulislah jaminan untukku, jika suatu saat aku mendatangimu, engkau akan memuliakanku. Rasulullah tersenyum, dan memberikan jaminan itu. Lalu beliau bersabda “Hai Suraqah, bagaimana perasaanmu, jika suatu saat kelak engkau akan berpakaian dan berhiasan gelang-gelang emas yang biasa dipakai Kisra (?)”

Suraqah, badui Arab itu tampak linglung. “Kisra bin Hurmuz, Yaa Rasulullah (?) Rasulullah tersenyum, “Ya benar”. Bagaimana dapat memahaminya, saat janji Rasul itu diucapkan, kaum muslimin masih dalam keadaan tertindas. Jumlahnya hanya segelintir orang, sementara Suraqah adalah pemuda kampung, kurus kering hitam legam, dan belum memeluk Islam. Sedangkan Kisra adalah sebuah imperium kuat yang telah berdiri berabad-abad.

Itulah nubuwat (prophecy). Sebuah berita dari mulut seorang utusan-Nya tentang suatu peristiwa di masa depan. Nubuwat sebagai tanda nubuwah (kenabian). Maka tidaklah apa yang diprediksikannya kecuali pasti datang dari Sang Pengutus, ALLAH SWT. yang Maha Mengetahui “Tidaklah apa yang dikatakan utusan-Nya kecuali wahyu yang diwahyukan kepadanya (QS. Al-Anam: 4).

Hingga akhirnya tiba waktu saat Islam ber-khalifah Umar bin Khattab, sekian tahun setelah Rasul wafat, Islam dapat menghancurkan Kisra. Dan peristiwa yang dikatakan Rasul terjadi, dimana Umar memakaikan pakaian kerajaan dengan berhiasan gelang-gelang indah dan mahkota raja kepada Suraqah sebagai panglima perang Islam yang handal. Kedua pelupuk matanya pun basah mengambang air, isaknya pecah, dan airmatanya mengalir deras, ingatannya kembali melayang ke sebuah peristiwa saat berjumpa Rasulullah SAW. Subhanallah…

Masih banyak tentunya Rasulullah meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada sahabat dan umatnya. Tentu sebuah ramalan atau prediksi spontan yang dituntun Dzat Kuasa tanpa data atau historis yang melatar belakanginya. Karena memang beliau adalah manusia pilihan dan kekasih ALLAH SWT.

‘Uppercut’ Syekh Nashir Al-Umar kepada Amerika

Dalam sebuah seminar yang bertema ‘Kesepakatan dan Muktamar Wanita Internasional dan Dampaknya terhadap Dunia Islam’ seorang Ulama besar memberikan jawaban ‘uppercut’ atau ‘pukulan telak’ terhadap pertanyaan seorang wartawan Amerika. Pertanyaan yang –sesungguhnya- dipahami sebagai bahan cemoohan terhadap kebijakan Saudia Arabia terhadap aktivitas wanita muslim di Arab Saudi. Negara-negara Barat yang mengaku paling menjunjung tinggi kebebasan (demokratis) sekarang telah mencampuri urusan khusus internal negara-negara lain, terlebih negara yang ber-mayoritas muslim. Jika Amerika benar-benar jujur dengan dirinya dalam hal kebebasan, mestinya mereka membiarkan setiap negara dengan kebebasan (prinsip)-nya masing-masing. Berikut petikan dialog antara Syekh Nashir Al-Umar dengan wartawan Amerika:

Seorang wartawan Amerika bertanya kepada Syekh Nashir; “Bagaimana tentang masuknya kaum wanita ke Parlemen, dan bagaimana tentang wanita menyetir mobil, yang tidak diperkenankan di Saudia Arabia (?) Syekh Nashir menjawab: Pertama, Apakah kaum wanita kami mengadu kepada negeri Anda (?) Sehingga Anda mencampuri urusan kami (?) Mengapa Anda –lancang- mencampuri urusan kami (?). Kedua, saya tanya kepada Anda; “Bukankah Presiden Amerika waktu masih muda menyetir mobil sendiri (?), dia menjawab; ‘Iya betul’. “Lalu ketika menjadi gubernur negara bagian juga terkadang masih menyetir mobil (?). Dia menjawab; ‘Iya Benar’. “Tetapi setelah menjadi Presiden Amerika, apakah sang Presiden menyetir mobil sendiri (?)”

Dia menjawab; ‘Tidak’. Syekh kembali bertanya; “Mengapa (?)”. Dia jawab “Sebagai bentuk penghormatan dan penjagaan kami padanya”. Maka dengan lantang sang Syekh pun berkata padanya. “Itulah yang kami lakukan pada kaum wanita kami. Kami menyupiri wanita kami sebagai bentuk penjagaan dan penghormatan kepada kaum wanita kami. Saya menyupiri saudara perempuan, istri dan anak-anak perempuanku. Kemudian realita jika kami dalam perjalanan, jika saya kembali ke Saudi dengan pesawat dan bersama kami para wanita apa yang terjadi (?): laki-lakilah yang melayani wanita. Dialah yang mendampingi mereka, dia yang menjaganya dan melayaninya serta membawakan kopernya.

Dalam realitas kehidupan kami, jika dalam perjalanan (safar) –tanpa melebih lebihkan- sekitar 70 – 80% kamilah yang melayani keperluan para istri kami: dalam menyetir mobil, keperluan di hotel, mencari hotel, bahkan dalam haji kamilah yang memasak dan mereka tinggal memakannya. Itu adalah fakta yang diketahui semua orang, dan sesungguhnya ini adalah bentuk pelayanan / khidmah (kami kepada kaum wanita).

Lalu sang Syekh balik bertanya kepada wartawan Amerika itu: “Anda bilang (Amerika paling) menghormati wanita dan mempertanyakan tidak masuknya wanita kami ke parlemen, sejak kapan Amerika merdeka?” –dia jawab: lebih dari 200 tahun-. “Kalau begitu tunjukkan kepada saya satu saja presiden Amerika yang wanita”. Dia menjawab “Tidak ada satu pun”. Syekh kembali bertanya “Jika tidak ada, wakil presiden yang wanita (?)”, dia kembali menjawab ‘tidak ada juga’.

Lalu Syekh Nashir berkata padanya: “Kalian itu sebenarnya pendusta” Beritahukan pada saya, dalam sejarah kongres (sejak dulu sampai sekarang) kapan ada masa dimana jumlah wanita sama dengan jumlah laki-laki di Parlemen (?) dia jawab: ‘belum pernah ada sekalipun’. “Kalian Cuma memasukkan beberapa wanita saja (ke parlemen) lalu mentertawakan kami (?!)

Umat yang di Rindu

Pada suatu hari terjadi percakapan di antara Rasulullah SAW dengan Abu Bakar As-Siddiq, dan Sahabat-sahabat yang lain pun mendengarnya. “Wahai Abu Bakar, begitu rinduku untuk bertemu dengan saudara-saudaraku (ikhwan)”, Sabda Rasul. Wahai Rasulullah, bukankah kami ini saudara-saudaramu juga (?) Jawab Abu Bakar. Rasulullah SAW menjawab, “Kamu sekalian adalah sahabat-sahabatku”. Keterangan Rasulullah itu sungguh mengherankan Abu Bakar, juga sahabat-sahabat lain yang hadir. Apakah bedanya antara sahabat dan ikhwan, siapakah yang dimaksudkan Rasulullah SAW itu dengan penuh kerinduan (?). Apa yang disampaikan Rasulullah SAW mampu membuat alam pikir sahabat saling bertanya, suasana percakapan pun menjadi lebih serius, karena masing-masing ingin tahu mengenainya.

Rasulullah SAW segera memahami suasana itu, maka segera Rasul menjelaskan apa yang disabdakannya. Ikhwan (saudara-saudara) ku yang dimaksud adalah generasi yang belum muncul. Mereka beriman kepadaku, walaupun mereka tidak melihatku. Mereka benarkan aku tanpa pernah melihatku. Mereka temukan tulisan (Al Qur’an dan Hadits) dan beriman kepadaku. Mereka amalkan apa yang ada dalam tulisan (Al Qur’an dan Hadits) itu. Mereka bela aku seperti kalian membela aku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan mereka”..

Lalu Rasulullah kembali bersabda, “Berbahagialah orang yang melihatku dan beriman kepadaku”. Beliau mengucapkannya satu kali. Kemudian Beliau meneruskan sabdanya,
“Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku”. Dan mengulanginya sebanyak tujuh kali. Subhanallah.

Allahumma shalli ala Muhammad wa ala alihi Muhammad

Shalawat dan salam untuk beliau, suri tauladan kita Muhammad SAW. Semoga kita termasuk hamba-hamba ALLAH yang dirindukan Beliau.

Amiin Yaa Rabb

Bagaimana Malaikat Izrail Mencabut Nyawa

Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada ALLAH SWT, maka malaikat Izrail mencabut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang sholih, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan. Rasulullah SAW bersabda: ‘Sekiranya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang”. (HR.Ibnu Abu Dunya). Di dalam kisah Nabi Idris AS., beliau adalah seorang ahli ibadah, dan selalu berdzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan Sholih Nabi Idris AS sangat menarik perhatian malaikat maut (Izrail). Maka bermohonlah Ia kepada ALLAH SWT, agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris AS di dunia. ALLAH SWT mengabulkan permohonan malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris AS.

Assalamu’alaikum, ya Nabi ALLAH”. Salam malaikat Izrail. “Wa’alaikum salam wa rahmatullah” jawab Nabi Idris AS. Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu kerumah-nya itu adalah malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris AS melayani malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris AS mengajaknya buka bersama, namun ditolaknya oleh malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya ia mengkhususkan waktunya “menghadap” ALLAH SWT sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail.

Pagi harinya nabi Idris AS mengajak jalan-jalan “tamunya” itu ke sebuah perkebunan dimana pohon-pohonnya sedang berbuah. “Izinkan saya untuk memetik buah-buahan ini untuk kita” pinta malaikat Izrail (menguji Nabi Idris AS). “Subhanallah“, kata Nabi Idris AS. “kenapa (?)” Malaikat Izrail berpura-pura terkejut. “Buah-buahan ini bukan milik kita” ungkap Nabi Idris AS. kemudian beliau berkata: “Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram”.

Malaikat Izrail tidak menjawab. Beliau penasaran dengan tamunya itu, karena selama berjalan dengannya, banyak hal yang membuat heran Nabi Idris atas tamunya. Kemudian beliau bertanya: “Siapakah engkau sebenarnya (?)”. ‘Aku malaikat Izrail’ jawab tamunya. Spontan, nabi Idris terkejut, hampir tidak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya. “Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku (?)” tanya Nabi Idris AS dengan serius. “Tidak” Senyum malaikat Izrail penuh hormat. “Atas izin ALLAH, aku sekedar berziarah kepadamu” jawab malaikat Izrail.

Nabi Idris AS manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam. “Aku punya keinginan kepadamu” tutur Nabi Idris AS. “Apa itu (?) Katakanlah!” jawab malaikat Izrail. “Aku mohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang, lalu mintalah kepada ALLAH SWT untuk menghidupkan ku kembali, agar bertambah rasa takut ku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku.” pinta Nabi Idris AS.

“Tanpa seizin ALLAH SWT, aku tak dapat melakukannya.” tolak malaikat Izrail. Pada saat itu pula ALLAH SWT memerintahkan malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris AS. Dengan izin ALLAH malaikat Izrail segera mencabut nyawa beliau, sesudah itu beliau wafat. Malaikat Izrail pun menangis, ia memohon kepada ALLAH SWT agar menghidupkan Nabi Idris kembali. ALLAH SWT mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan nabi Idris pun hidup kembali.

“Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku (?)” Tanya malaikat Izrail. “Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup yang dikuliti” jawab Nabi Idris AS. “Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu”. kata malaikat Izrail.

MASYA ALLAH, lemah lembutnya malaikat maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris AS….
Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang kepada kita (?) Siapkah kita untuk menghadapinya (?)

“Orang cerdas adalah orang yang mengingat kematian. karena dengan
kecerdasannya dia akan mempersiapkan segala perbekalan untuk menghadapinya”

Photo by : www.IslamicThinkers.com

Kita sering mendengar ungkapan ‘Jangan Saling Mendahului…”, baik dalam lingkup normatif birokrasi, atau dalam peraturan lalulintas, bahkan sering juga kita lihat tulisan besar-besar dibelakang bus antar kota misalnya. Atau dibelakang truk-truk besar, selain tulisan-tulisan unik, lucu dan menggelitik seperti; ‘Sesama kendaraan umum jangan saling mendahului’, ‘Pergi karena tugas, pulang karena beras’, atau ‘The me anak is 3 (demi anak istri –maksudnya-)’ dan lain-lain. Pesan-pesan lugas yang terpampang didepan mata kita itu, terkadang membuat kita tersenyum lucu. Message-nya sampai, namun hanya selintas dalam benak kita. Selanjutnya akan hilang dan lenyap dalam fokus pikiran kita. Tetapi, message yang dimaksud tema diatas akan selalu ada dalam ‘naskah suci’, kendati nyaris hampa dalam aplikasi. Yah ‘Harap Saling Mendahului’ atau antonim dari tulisan-tulisan besar di belakang truk ‘Jangan saling mendahului’ adalah sebuah pesan dari agama untuk saling mendahului dalam kebajikan. Jika ‘berlomba dalam kebaikan’ adalah sebuah bentuk motivasi untuk melakukan kebaikan, maka ‘mendahului kebaikan’ yang akan dikerjakan adalah sebuah gerbang menuju jalur kebaikan yang lebih besar.

Untuk meringankan bahasan diatas, mari kita ber-anologi. Misalnya, ketika kaki mulai melangkah untuk mengais rezeki, maka sebelum kita mendapatkan rezeki dari hasil pekerjaan tersebut, kita terlebih dulu mendahulukan amalan yang akan memberkahi rezeki kita nanti. Amalan itu adalah sedekah. Sedekah adalah suatu ‘gerbang’ menuju samudra rezeki yang penuh berkah. Kongkritnya, sebelum menerima, kita memberi terlebih dulu. Niscaya, selain mendapatkan rezeki yang lebih dahsyat, apa yang akan kita kerjakan pun terasa mudah dan ringan.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh Ra. Berkata: Seseorang datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya” (?) Beliau bersabda; “Engkau bersedekah dalam keadaan sehat, dan sangat membutuhkannya, dan berangan-angan menjadi kaya. Janganlah menunda-nunda sedekah. Sehingga jika ajal telah sampai ke kerongkongan engkau berkata, ‘untuk si fulan sekian, untuk si fulan sekian’.padahal hakikatnya memang harta itu untuk si fulan.”

Filosopi ‘memberi’ makhluk (manusia) dan Kholik (ALLAH) sangat berbeda. Ketika kita sering meminta kepada manusia, satu-dua kali akan biasa, namun jika terlalu sering maka ia akan sangat membencinya. Berbeda dengan ALLAH SWT, semakin sering dipinta, DIA akan semakin mendekap, tetapi semakin jarang meminta dan memohon, maka DIA akan semakin menjauhinya. ‘Gerbang’ menuju permohonan dan permintaan kita kepada ALLAH itulah yang diidentikan dengan sedekah.

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada ALLAH, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan ALLAH), maka ALLAH akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan ganda yang banyak. Dan ALLAH-lah Yang menyempitkan serta melapangkan (rezeki). Dan kepada-NYA lah kamu dikembalikan” (QS: Al-Baqarah :245).

So’ dahului-lah pekerjaan kita dengan sedekah!

wherever you will go, there will be Cordova

Bukan sekedar sensasi sebenarnya saat kita melakukan perjalanan keliling dunia, traveling menuju destinasi-destinasi impian itu memiliki ragam manfaat yang dapat menyeimbangkan manusia dalam dua dimensi. Tentunya sebagai manusia kita memiliki kecenderungan untuk menikmati tempat-tempat unik yang menyenangkan dalam hidup kita. Selain itu, kita memiliki kesempatan untuk menikmati keindahan suatu tempat agar selalu bersyukur merasakan setiap pojokan bumi yang sangat luas. Membuka mindset dalam menjelajah belahan bumi yang terpijak adalah buah manusia yang melakukan perjalanan menuju tempat-tempat yang ada dalam impiannya. Seperti hal-nya Rasulullah ketika melakukan perjalanan jauh ke negeri Syam, banyak hal yang ditemukan untuk dijadikan pelajaran dalam dakwahnya. Pun demikian dengan para sahabat yang ‘berkelana’ ke negeri jauh, mengenal dan menyebarkan misi Rahmatan Lil’Alaminnya. Perjalanan kemana pun destinasinya, ketika menghadirkan soul, maka ia akan menjadi sebuah cerminan tentang apa dan siapa dirinya. Menyadari betapa luas dan beragamnya kehidupan di muka Bumi. Tetapi dalam meraih perjalanan indah itu ada dua selling point yang sulit dirasakan, yakni konsisten terhadap jatidiri seorang muslim dan kenyamanan berjalan ditemani orang yang memiliki kesamaan bahasa dan budaya.

Terlepas dari mahirnya kita berbahasa di negeri orang, tentunya masih terasa hambar ketika tak ada satu pun guide yang memiliki persamaan budaya, atau hanya ditemani oleh seorang guide yang asing. Asing dari budaya maupun dari bahasa. Dari sanalah Cordova merambah pada satu titik perbedaan dalam dunia traveling. Mencoba untuk membangun network dengan ‘menempatkan’ perwakilannya di setiap destinasi yang dituju. Impian Cordova in Worldwide, yang mengedepankan ‘Muslim Journey’ rasanya akan segera menjadi kenyataan dengan generasi yang siap melayani Anda kemana pun tujuannya. Tak perlu ragu akan kehalalan foods saat di Eropa, tak lagi canggung kemana arah kiblat dan letak masjid di sebuah negeri yang minoritas muslim, dan yang paling spesial karena Anda akan ditemani oleh perwakilan Cordova berkebangsaan Indonesia.

Di Timur Tengah seperti Egypt, Marroco, Al-Jazair, Tunisia, dan Jordania kami memiliki team yang siap melayani Anda sepenuh hati. Begitu pun di Istanbul, Turkey hingga belahan Eropa seperti Hungaria, German, Perancis dan terlebih di Cordoba, Spanyol team kami akan menemani Anda dalam melakukan perjalanan yang luar biasa. Pun demikian di Lakemba serta belahan bumi Australia lainnya, Anda akan selalu bersama dengan Cordova.

Kami sangat menyadari bahwa setiap akan melakukan perjalanan itu, harapan utamanya adalah mencari kenyamanan. Dengan guide yang memiliki budaya dan visi sama sebagai muslim, rasanya kenyamanan perjalanan itu akan lebih memberikan dampak positif. So, insya Allah Cordova akan selalu hadir dimanapun destinasi Anda!

Saat artikel ini naik, smartUMRAH plus Eropa berlangsung. Mereka menjelajahi beragam kota dan pemandangan indah di sudut-sudut Bumi. St. Petersburg – Moscow – Budapest _ Vienna – Prague – Berlin – Amsterdam adalah destinasi yang mereka singgahi.

Berkah Pemimpin Adil

Suatu masa sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW, salah seorang Kisra (Raja) Persia yang adil bijaksana sedang berburu di hutan belantara. Karena asyiknya mengejar buruan, sang Raja terpisah dari pasukannya, padahal saat itu hujan mulai turun. Ia melihat sebuah gubug sederhana dan minta ijin berteduh, yang segera saja diijinkan. Penghuni gubug itu, seorang wanita tua dan anak gadisnya tidak mengenal sang raja, karena saat itu tidak memakai pakaian kebesarannya. Di salah satu sudut gubug itu ada seekor lembu, sang gadis memerah susunya dan memperoleh hasil yang melimpah (banyak sekali), untuk menjamu tamunya tersebut. Sang Raja minum dan ia langsung merasakan kesegarannya. Melihat keadaan itu, terbersit dalam hati sang Raja untuk menerapkan aturan pemungutan cukai (pajak) bagi pemilik lembu. Hal itu akan menjadi sumber pemasukan yang sangat lumayan bagi kerajaan.

Ketika malam menjelang, sang gadis akan memerah susu lembu seperti biasanya, tetapi ia tidak mendapatkan setetes pun, maka ia berseru, “Wahai ibu, sepertinya raja di Istana mempunyai niat jahat terhadap rakyatnya!” Ibunya berkata, “Mengapa engkau berkata seperti itu (?)”. Sang gadis berkata, “Karena lembu ini tidak mengeluarkan susunya walau hanya setetes!” Sang ibu berkata, “Sabarlah, ini masih malam, nanti menjelang subuh, cobalah lagi untuk memerahnya”

Sang raja yang tengah beristirahat di atas tumpukan jerami itu dengan jelas mendengar pembicaraan ibu dan anak tersebut. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Begitu besarkah pengaruhnya dari apa yang aku putuskan dari niatan ini (?)” Ia berkutat dengan pikirannya sendiri, dan akhirnya membatalkan niatnya untuk menarik pajak (cukai) bagi pemilik lembu, yang kehidupan mereka umumnya sangat sederhana. Menjelang subuh, sang gadis mencoba memerah susu lembunya, dan ia memperoleh hasil yang melimpah seperti sebelumnya. Maka ia berseru, “Wahai ibu, rupanya niat jahat sang raja telah hilang, lembu ini telah mengeluarkan susunya lagi!”

Sang ibu mengucap syukur, begitu juga dengan tamu (raja) yang ikut mendengarnya. Ketika hari telah terang, tamu yang juga -sebenarnya- raja, berpamitan dan mengucap terima kasih, tetapi tetap tidak membuka jati dirinya. Tidak lama berselang, datang serombongan pasukan yang membawa ibu dan anak penghuni gubug sederhana itu ke istana raja. Mereka diperlakukan dengan hormat dan penuh penghargaan.

Ketika mereka dihadapkan kepada sang Raja, barulah mereka menyadari kalau tamunya semalam adalah penguasa yang sempat dibicarakan (di ghibah). Mereka berdua meminta maaf, tetapi raja yang bijaksana itu berkata, “Tidak mengapa, tetapi bagaimana engkau bisa mengetahui hal itu (?)”

Sang ibu berkata, “Kami telah tinggal puluhan tahun lamanya di tengah hutan itu. Jika raja yang memerintah berlaku adil dan baik, maka bumi kami ini subur, kehidupan kami luas dan lapang, serta ternak kami banyak menghasilkan. Tetapi jika raja yang memerintah berlaku kejam dan buruk, maka bumi kami ini kering, tanah dan ternak-ternak kami tidak menghasilkan apa-apa, sehingga kehidupan kami menjadi sempit!!”

(Dari berbagai sumber)

Jika Anda mengikuti setiap artikel dalam website ini, -tentunya- Anda ingin melihat, bertemu dan bersanding dengan hidden person Cordova yang selalu kami tempatkan sebagai sosok misterius. Kembali (setelah sekian lama), tidak mengangkat ide-ide segarnya, kini kita bersama menyimak kemana dan bagaimana pikirnya bergerak. Jangan pernah bertanya, siapa dan darimana ia berasal, tapi apa dan bagaimana dampak pikir yang ia sembahkan untuk Islam akan memberikan lipatan motivasi setiap bertemu dengannya. Aura positif yang dipancarkan melalui ide-ide segarnya, membuat Anda merasa berada di arena pertempuran dengan semangat menjulang tinggi. Inovasinya yang tiada henti membuat pergerakan hidup semakin berwarna. Kali ini, kita akan me-record paparan idenya tentang apa yang akan menghiasi website ini. Salah-satunya adalah analisisnya tentang wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW.

Iqra” adalah kata perintah yang diterima oleh Nabi Muhammad saat menerima wahyu pertama. Iqra, atau “Bacalah” sepertinya hanya sebuah kata biasa. Tidak ada yang istimewa, seperti halnya ketika kita diperintah ibu guru untuk membaca. Namun ternyata jika kita masuk lebih dalam, tersimpan sebuah perintah yang begitu penting dan luarbiasa terhadap eksistensi dan perkembangan peradaban umat manusia. Tentu ALLAH SWT telah memperhitungkan saat perintah membaca pada Rasul yang jelas-jelas tidak bisa membaca. Namun ketika Jibril “Mentransfer” perintah itu, tidak lantas berwujud menyerupai bentuk tulisan untuk dibacanya. Tetapi hakikat perintah itu masuk melalui telinga dan menuju sel-sel otak untuk diteruskan ke relung hati sehingga berbuah pada sikap dan tindakan.

Iqra, (bacalah)”, kata Jibril. Dengan hati bergetar dan pikiran yang saat itu tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, Nabi lantas menjawab, “Ma anaa bi qari (aku tidak bisa membaca)” Seketika itu pula beliau merasakan ada rasa dingin yang begitu tajam menusuk dan menjalar di sekujur tubuhnya. “Iqra (bacalah)”, Jibril kembali mengulangi kata-katanya. Nabi pun kembali menjawab dengan lirih, “Ma anaa bi qari (aku tidak bisa membaca)”. Lantas Jibril memeluknya, kemudian melepaskannya seraya mengatakan kalimat yang sama, “Iqra (bacalah)”! Dan lagi-lagi Nabi hanya bisa menjawab, “Ma anaa bi qari (aku tidak bisa membaca)”.

Sungguh ini merupakan sebuah perintah yang membingungkan dan justru ditujukan kepada seseorang yang tidak pernah membaca suatu tulisan apapun sebelumnya, seseorang yang bahkan tidak tahu apa itu menulis dan apa itu membaca. Lalu apa sebenarnya tujuan perintah “Iqra” tersebut (?). kata IQRA secara harfiah berasal dari kata ‘qara a’ yang memiliki arti “Menghimpun”. Seseorang dikatakan menghimpun, apabila ia mampu merangkai huruf demi huruf, kata demi kata serta kalimat demi kalimat dan kemudian mengucapnya.

Membaca tidak musti dengan mata, karena tanpa mata pun kita harus mampu membaca. Dan membaca adalah sebuah komponen yang meliputi beragam unsur. Antara mata, telinga, mulut, otak dan hati harus menjadi satu kesatuan yang menghasilkan output dari membaca, yakni tindakan. Karena tanpa tindakan hakikat membaca hanya akan membusuk dalam diri manusia. Oleh karenanya ALLAH memberikan wahyu pertama itu dengan bentuk “fi’il amr” (kata perintah) agar kita membaca, dan me-wejentahkannya untuk diikuti pula oleh umat manusia. Sehingga konsep inti Islam pun, yakni berbagi, menjadi klimaks dari indahnya wahyu ALLAH tersebut.

Akhirnya kita bisa mengambil arti yang luas dari “Iqra” tersebut, diantaranya; Membaca, menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, dsb. Tetapi setelah itu proses selanjutnya harus melahirkan sebuah bentuk amaliyah atau tindakan. So, membaca bukan sekedar menggoyang lidah untuk melantunkan huruf demi huruf, kata demi kata, dan kalimat demi kalimat. Namun lebih luas yakni untuk membaca ayat-ayat ALLAH yang tercipta dan terdapat di alam semesta dan membaca ayat-ayat ALLAH yang terdapat pada diri manusia. Sebagaimana firman ALLAH : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat Kami di segenap wilayah Bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar” (QS. Fushilat: 53).

Pada intinya, kita harus mampu “membaca” sesuatu melalui otak dan hati, kata hidden person diatas. Sehingga kita mampu “membaca” dengan melihat, mendengar dan meraba. Karena memang “Membaca” adalah satu komponen yang meliputi beragam unsur yang dianugrahi ALLAH SWT pada manusia. Bahkan dengan “membaca”, Rasul mampu membaca dan menerawang sesuatu yang terjadi di masa yang akan datang. Nantikan artikel-artikel menarik lainnya hanya di website ini.

Dunia Islam

Meski beragama Katolik yang taat, Cristiano Ronaldo selalu membela Islam dan menyukai ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Sekedar diketahui, Cristiano Ronaldo lahir di Funchal, Madeira, Portugal, 5 Februari 1985 silam. Ia merupakan seorang pemain sepak bola Portugal. Ronaldo dapat berposisi sebagai bermain sebagai sayap kiri atau kanan serta penyerang tengah. Kini Ronaldo bermain untuk tim Spanyol, Real Madrid dan untuk tim nasional Portugal. Sebelum bermain untuk Real Madrid, ia pernah bermain di Sporting Lisboa dan Manchester United (MU). Pemain yang kerap bernomor punggung 7 di lapangan hijau ini juga akrab dengan sebutan CR7, gabungan dari inisial namanya dengan nomer punggungnya.

Beberapa waktu yang lalu, media terbesar dan terpercaya Spanyol ‘Marca’ memberitakan jika rekan Ronaldo satu timnya, Mesut Ozil, pemain muslim asal jerman yang berdarah turki ini, memberi kesaksian, Jika Cristiano Ronaldo sudah hapal huruf hijaiyah, dan juga sudah hapal surat favoritnya, yaitu surat Al- Fatihah.

Ronaldo membenarkan kesaksian dari Ozil, “Banyak yang tidak percaya kalau saya mengagumi Al-Quran, tapi memang begitulah kenyataannya, setiap Ozil membaca Al-Quran, saya senantiasa merasa damai, dan hati saya pun menjadi sejuk,” kata Ronaldo kepada Media Spanyol.

Mesut OziL juga membenarkan perkataan Ronaldo, “Cristiano Ronaldo selalu menunggu saya selesai Sholat di rest room, saya tahu dia ingin mendengar saya mengaji,” timpal Ozil.
Cristiano Ronaldo, kembali berkata, “Saya sudah hafal Al-Fatihah, mungkin nanti saya akan minta diajarkan berwudhu, saya sangat senang,” kata Ronaldo.
Bahkan, CR7 sangat senang mendengarkan Ozil membaca Al-Quran sebelum bertanding dan merasa yakin Real Madrid menang di pertandingan, jika sebelum pertandingan, Ozil membaca Al-Quran.

(Sumber: dakwatuna.com)