Islam & Science

Prof. Hussain Kamel menemukan suatu fakta mengejutkan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Pada mulanya ia meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia. Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis pada peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang. Setelah dua tahun dari pekerjaan yang sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk menentukan jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Makkah merupakan pusat bumi.

Ia menyadari kemungkinan menggambar suatu lingkaran dengan Makkah sebagai titik pusatnya, dan garis luar lingkaran itu adalah benua-benuanya. Dan pada waktu yang sama, ia bergerak bersamaan dengan keliling luar benua-benua tersebut. Gambar-gambar Satelit, yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama ketika studi-studi lebih lanjut mengarah kepada topografi lapisan-lapisan bumi dan geografi waktu daratan itu diciptakan. Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Makkah.

Studi ilmiah ini dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda, bukan dimaksud untuk membuktikan bahwa Makkah adalah pusat dari bumi. Bagaimanapun, studi ini diterbitkan di dalam banyak majalah sains di Barat. ALLAH berfirman: “Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya..” (Asy-Syura: 7).
Kata ‘Ummul Qura’ berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu (ibu) mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam.

Sebagaimana seorang ibu adalah sumber dari keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain. Selain itu, kata ‘ibu’ memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain.

Berdasarkan pertimbangan yang seksama bahwa Makkah berada tengah-tengah bumi sebagaimana yang dikuatkan oleh studi-studi dan gambar-gambar geologi yang dihasilkan satelit, maka benar-benar diyakini bahwa Kota Suci Makkah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia. Hal ini akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade yang lalu.

Ada banyak argumentasi ilmiah untuk membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan ia tidak melewati Greenwich di Inggris. GMT dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggris. Jika waktu Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat.

Ada beberapa ayat dan hadits nabawi yang menyiratkan fakta ini. ALLAH berfirman, ‘Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.’ (Ar-Rahman: 33).

Kata aqthar adalah bentuk jamak dari kata ‘qutr’ yang berarti diameter, dan ia mengacu pada langit dan bumi yang mempunyai banyak diameter. Dari ayat ini dan dari beberapa hadits dapat dipahami bahwa diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Makkah berada di tengah-tengah bumi, maka itu berarti bahwa Makkah juga berada di tengah-tengah lapisan-lapisan langit.

Selain itu ada hadits yang mengatakan bahwa Masjidil Haram di Makkah, tempat Ka‘bah berada itu ada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh bumi (maksudnya tujuh lapisan pembentuk bumi). Rasulullah Bersabda, ‘Wahai orang-orang Makkah, wahai orang-orang Quraisy, sesungguhnya kalian berada di bawah pertengahan langit.’

Sumber:ivandrio.wordpress.com

Seorang Dokter Bedah Berasal dari Prancis menyatakan dirinya masuk Islam, disebabkan oleh Mumi Fir’aun. Professor Maurice Bucaille adalah seorang dokter ahli bedah terkemuka di dunia yang berasal dari Prancis. Ia mempunyai cerita yang sangat menakjubkan. Ia menjelaskan sebab musabab dirinya meninggalkan agama Katolik yang telah di anutnya bertahun-tahun, kemudian menyatakan dirinya memeluk agama Islam.

Setelah menyelesaikan study setingkat SMA-nya, ia menetepkan untuk mengambil jurusan kedokteran pada sebuah universitas di Prancis. Ia termasuk salah satu dari mahasiswa yang berprestasi hingga akhir tahun, karena kecerdasan dan keahlian yang dimilikinya, dia kemudian menjadi seorang dokter terkemuka di Prancis. Prancis adalah negara yang terkenal sangat menjaga dan mementingkan barang-barang peninggalan kuno dibandingkan dengan negara yang lainnya, terutama pada masa kepemimpinan Fransu Metron tahun 1981. Pada tahun itu, Prancis meminta ijin kepada Mesir agar mereka diberikan kesempatan untuk memeriksa dan meneliti mumi Fir’aun-nya yang terkenal. Sebuah mumi yang tak asing dikalangan orang-orang Islam. Fir’aun ini adalah orang yang ditenggelamkan ALLAH dilaut merah, tatkala melakukan pengejaran terhadap nabi Musa AS.

Permintaan Prancis ditanggapi oleh Mesir dengan mengizinkan Prancis untuk mengadakan penelitian. Mumi Fir’aun dipindahkan dengan menggunakan pesawat terbang. Setibanya di Prancis, kedatangan mumi tersebut disambut oleh Persiden Franso Metron beserta para menterinya seolah-olah dia masih hidup. Mumi tersebut kemudian dipindahkan ke pusat barang-barang kuno milik Prancis untuk diserahkan kepada para ilmuwan dan dokter bedah, supaya mereka dapat mempelajari rahasia yang terkandung dari mumi tersebut, dan Profesor Maurice Bucaille bertindak sebagai ketua tim penelitian.

Semua tim peneliti bertugas untuk meneliti, memperbaiki tulang-tulang yang sudah rusak dan anggota tubuh yang lainnya. Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Professor Maurice Bucaille, ia justru menyelidiki tentang rahasia kematian Fir’aun. Pada suatu malam, ia memperoleh hasil penelitiannya; bahwa terdapat bekas garam yang menempel pada mayat mumi, sehingga dapat ia jadikan sebuah bukti yang nyata bahwa Fir’aun mati karena tenggelam dan mayatnya dapat di selamatkan, kemudian diawetkan pada saat kejadian. Dari hasil penelitiannya, timbul beberapa pertanyaan yang susah untuk ia dapatkan jawabannya yaitu bagaimana mayat Fir’aun dapat diselamatkan, dan anggota tubuhnya masih tetap utuh, sedangkan kondisi mayat-mayat yang lainnya setelah diawetkan tidak seperti dirinya (?)

Namun sebelum ia selesai membuat kesimpulan, salah seorang temannya berbisik kepadanya dengan berkata: “Jangan terburu-buru seperti itu, karena orang-orang Islam telah mengetahui tentang hal ini.” Mendengar pernyataan dari temannya itu, ia menolak keras atas pernyataan tersebut. Ia berkata: “Penemuan seperti ini tidak mungkin dilakukan kecuali ada dukungan sains dan teknologi canggih”. Salah seorang temannya yang lain menanggapinya seraya berkata: “Al-Quran merekalah yang telah menceritakan kematiannya dan bagaimana jasadnya di selamatkan dari tenggelam.” Mendengar penjelasan temannya itu, Bakay kebingungan dan bertanya-tanya bagaimana hal ini bisa terjadi (?) Sedangkan mumi ini sendiri baru ditemukan pada tahun 1898 atau kurang lebih baru dua ratus tahun yang lalu, sedangkan Al-Quran mereka sudah ada semenjak lebih dari seribu empat ratus tahun….!!!

Bagaimana akal manusia dapat mengetahuinya, padahal semua manusia -bukan hannya orang-orang Arab- belum ada yang mampu mengetahui bagaimana peradaban orang-orang Mesir di masa lampau dan bagaimana caranya mereka mengawetkan mayat, kecuali pada masa sepuluh tahun yang lalu (?). Maurice duduk termenung di dekat mumi Fir’aun tersebut sambil memikirkan tentang bisikan yang telah ia dengar dari temannya; bahwasanya Al-Quran telah menceritakan kejadian itu, padahal kitab sucinya hanya menceritakan tentang tenggelamnya Fir’aun akan tetapi di dalamnya tidak di jelaskan tentang keadaannya sesudah tenggelam. Ia pun bergumam dalam kesendiriannya: “Masuk akalkah bahwa jasad yang ada di depanku ini adalah Fir’aun Mesir yang telah mengusir Nabi Musa (?) Benarkah kalau Nabinya orang muslim yang bernama Muhammad itu sudah mengetahui tentang hal ini sejak 1400 tahun yang silam (?)

Berbagai pertanyaan yang belum sempat terjawab, membuat Professor Maurice tidak dapat tidur disetiap malam. Ia kemudian mengambil Kitab Taurat dan membacanya, sampai pada sebuah kalimat yang mengatakan: “Kemudian air itupun kembali pada keadaan sedia kala, kemudian air laut itupun menenggelamkan perahu-perahu beserta Fir’aun dan bala tentaranya, hingga tidak tersisa satupun diantara mereka.”

Setelah menyelesaikan penelitian dan perbaikan, maka mumi tersebut kemudian di kembalikan ke Mesir dengan menggunakan peti yang terbuat dari kaca nan elok, karena menurutnya itu lebih pantas untuk orang yang berkedudukan seperti Fir’aun. Akan tetapi Bakay masih dalam kondisi belum puas dengan berita yang di dengarnya, bahwa orang-orang Islam telah mengetahui keselamatan mumi ini. Ia pun lalu berkemas untuk berkunjung ke Saudi Arabia guna menghadiri seminar kedokteran yang akan dihadiri para pakar bedah muslim.

Dalam pidatonya, Professor Maurice memulai pembicaraan tentang hasil penyelidikannya bahwa jasad Fir’aun dapat diselamatkan setelah tenggelam, kemudian salah seorang diantara pakar muslim berdiri dan membuka serta membacakan Al-Qur’an pada Surat Yunus Ayat 92 yang artinya: “Pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat dijadikan pelajaran bagi orang-orang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.”

Professor Maurice Bucaille terheran-heran dengan penjelasan yang baru saja ia dengar, ia lalu beranjak dari tempat duduknya dan dengan suara lantang ia berkata: “Pada hari ini; aku menyatakan diri untuk memeluk agama Islam dan aku mengimani Al-Quran ini”.

Setelah selesai seminar Professor Maurice Bucaille lalu kembali ke Prancis dengan wajah yang berbeda dari wajah sebelum ia datang menghadiri seminar. Selama sepuluh tahun ia tidak mempunyai pekerjaan yang lain, selaian mempelajari tentang sejauh mana keserasian dan kesinambungan Al-Quran dengan sains, serta perbedaan yang bertolak belakang dengannya. Namun apa yang ia dapati selalu berakhir sebagaimana Firman Allah SWT: ”Yang tidak datang kepada Al-Quran kebatilan baik dari belakang maupun dari depannya, yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi terpuji” (Q.S: Fush Shilat-43).

Dari hasil penyelidikan yang bertahun-tahun, ia kemudian menulis sebuah buku tentang kesinambungan Al-Quran dengan sains yang mampu mengguncangkan Eropa. Sehingga ketika para pakar-pakar dan para ilmuwan barat berusaha untuk mendebatnya, mereka tidak kuasa.

Bucaille dalam bukunya menulis bahwa dalam Al Qur’an terdapat banyak kecocokan dengan fakta sains. Di antara tulisannya ialah: “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” (QS 27:88)

Bucaille menjelaskan bahwa ternyata gunung-gunung bersama dengan lempeng bumi bergerak. Jadi ayat Al Qur’an di atas sesuai dengan ilmu pengetahuan. Bucaille juga menjelaskan bahwa ayat Al Qur’an di bawah yang menyatakan bahwa Allah menyelamatkan badan Fir’an hingga bisa dilihat manusia saat ini sesuai dengan kenyataan:
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” (QS 10:92)

Ternyata para ahli menemukan garam di dalam badan Fir’aun yang menunjukkan bahwa Fir’aun memang pernah tenggelam. Jenazah Fir’aun/Mumi bisa dilihat manusia hingga saat ini di Bumi Seribu Menara, Mesir.

Sumber: ivandrio.wordpress.com

Dunia Islam

Ketua Lembaga Tinggi Islam di Al-Quds, Syeikh Ikrimah Shabri mengaku heran dengan minimnya reaksi dunia Arab dan Islam terkait dengan pemasangan bendera Israel di halaman Masjid Al-Aqsha. Padahal, tindakan ini merupakan intimidasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Pemasangan bendera ini tentu dimaksudkan sebagai upaya Israel menguasai masjid Al-Aqsha,” tegas dia seperti dikutip infopalestina.com, Rabu (30/5).

Shabri menegaskan, masalah Masjid Al-Aqsha adalah urusan dunia Islam karena kiblat pertama umat Islam itu adalah milik kaum Muslimin di seluruh dunia. Sementara Israel mengharapkan ketidakpedulian itu. “Saat ini kawasan Al-Aqsha terlihat sebagai kota Yahudi, dan warga Palestina tidak bisa lagi memilikinya,” keluh dia. Seperti diberitakan Alarabiya.net, Selasa (29/5) kemarin, tentara Israel mengibarkan bendera Bintang Daud di lapangan Masjid Al-Aqsha di Yerusalem timur, Senin waktu setempat. Tindakan ini dianggap melanggar status quo Israel dan Palestina di situs suci tersebut.

“Lebih dari 180 tentara dari pasukan khusus Israel mengibarkan bendera besar Israel di depan Kubah Emas (Dome of Rock), ini adalah bentuk provokasi,” kata Sheikh Azzam al-Khatib, Mufti Mesir yang tengah berkunjung ke Al-Aqsa.

Hagia Shopia Kembali Berfungsi Masjid (?)

Rencana pemerintah Turki untuk mengaktifkan kembali aktivitas keagamaan di masjid Hagia Sophia terus mendapat dukungan umat Islam. Mereka bahkan mendorong agar pemerintah mempercepat niatan itu. “Biarkan masjid Hagia Sophia terbuka. Allahuakbar,” teriak lantang para jamaah sebelum shalat berjamaah di depan masjid bersejarah seperti dikutip onislam.net, Senin (28/5).

Kepala Asosiasi Pemuda Anatolia, Salih Turhan mengatakan membiarkan masjid Hagia Sophia hanya berfungsi sebagai museum adalah penghinaan bagi umat Islam. “Fungsi masjid ini melambangkan perlakukan buruk barat dan Turki terhadap umat Islam. Sebagai cucu dari Mehmet Sang Penakluk, pembukaan kembali Hagia Sophia sebagai masjid adalah hak sah kami,” tambahnya

Namun, penolakan justru datang dari kalangan gereja Turki. Menurut mereka, ketika pemerintah mengembalikan fungsi masjid, maka umat Kristiani tidak bisa melaksanakan ibadah di tempat itu. Bahkan gereja melihat ada potensi kekacauan bila fungsi itu dikembalikan. “Kami ingin agar museum ini sejalan dengan prinsip-prinsip Republik Turki,” kata dia.

Menurut catatan sejarah, Masjid Hagia Sophia pada awalnya merupakan gereja peninggalan kekaisaran Romawi Timur di Konstatinopel. Namun, wilayah itu selanjutnya diambil alih kesultanan Ustmaniyah. Sejumlah perubahan dilakukan Ustmaniyah terhadap Konstantinopel.

Satu bentuk perubahan itu adalah mengubah fungsi landmark wilayah itu yakni gereja Hagia Sophia menjadi masjid. Meski berubah fungsi, simbol-simbol Kristen dalam bangunan itu dipertahankan.

Memasuki era Republik, pemerintah sekuler Turki mengubah fungsi bangunan menjadi museum. Kini, pemerintah Erdogan mewacanakan kembali untuk memfungsikan masjid Hagia Sofia sebagai tempat ibadah. Sebagai bentuk keseriusan pemerintah, kabarnya masjid itu bakal mengalami sejumlah perbaikan.

Sumber: Republika Online

Bisnis Umrah MLM

Sepintas, boleh jadi tema diatas mengandung unsur provokatif dalam memahami ibadah umrah. Namun –sesungguhnya- bukan kesakralan pelaksanaan umrahnya yang hilang, tetapi bagaimana proses menuju kesucian umrahnya yang kini banyak mengalami kemerosotan sakral. Semua umat Islam telah memahami, bahwa ibadah umrah dan haji hanyalah bagi orang yang mampu (isthito’ah), baik segi finansial, maupun kesehatan jiwa dan raga. Tentunya, Islam tidak lantas menghukumi bahwa yang tidak mampu, atau orang miskin dilarang umrah dan haji. Namun pahala bagi mereka (orang yang kurang mampu) bisa sama, bahkan melebihi orang yang mampu melakukan perjalanan ke Tanah suci, jika dengan ikhlas mensyukuri dan menjalani kekurangan hidupnya dengan penuh ridha. Bahkan Rasulullah SAW bersama orang miskin yang sholeh di surga kelak.

Kembali ke pembahasan awal, mengenai hilangnya kesakralan umrah. Hal ini terjadi ketika niatan ibadah sudah masuk dan terjaring pada kategori bisnis ‘piramida’. Bak membeli kacang goreng, seorang yang ingin berangkat umrah (yang nota bene membutuhkan dana belasan hingga puluhan juta) hanya membayar sebesar 2,5 atau 3,5 juta saja misalnya. Ia bisa berangkat, namun dengan harus menjaring beberapa orang dengan membayar seperti apa yang dibayarkannya, begitu seterusnya.

Yah, itulah bisnis umrah Multi Level Marketing (MLM) yang dewasa ini sudah sangat menjalar bahkan pada ranah suci sekalipun semisal ibadah haji dan umrah. Entah apakah sebagai improvisasi bisnis atau apa, yang jelas jika ditelusuri –menurut saya- ada semacam pengkerdilan makna ‘isthito’ah’ (mampu) dalam syarat melaksanakan ibadah umrah maupun haji. Belum lagi jika kita bedah bagaimana proses bisnis seperti ini dalam ruang suci. Benar bahwa bisnis ini termasuk pada ranah Muamalat, yang secara definisi usul Fikihnya dibolehkan. “Al-Aslu fil mu’amalah al-ibahah, illa maa dalla dalillu ‘ala tahrimihi” (pada dasarnya hukum muamalah itu di perbolehkan, terkecuali ada hal yang menunjukan atas pelarangannya). Mari kita simak adakah hal yang membuat bisnis umrah MLM ini terjerumus pada hal yang diharamkan (?)

Secara global sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara menjaring calon nasabah yang sekaligus berfungsi sebagai konsumen dan member (anggota) dari perusahaan yang melakukan praktek MLM.

Lebih fokusnya untuk mengetahui bagaimana bisnis umrah MLM ini sesuai syariah atau tidak, sebaiknya kita ketahui standar Moral dalam berbisnis.

  1. Tauhid,
  2. Kebebasan,
  3. Keadilan,
  4. Tanggung jawab.

Dan standar Operasional dalam berbisnis:

  1. Menghindari segala praktik riba.
  2. Menghindari Gharar (ketidakjelasan kontrak/barang).
  3. Menghindari Tadlis (penipuan).
  4. Menghindari perjudian (spekulasi/masyir).
  5. Menghindari kedzoliman dan eksploitatif.

Lalu jika fakta dengan begitu jelas membuktikan bahwa yang diuntungkan dengan sistem MLM ini adalah Upline (level atas), sedangkan Downline (level bawah) akan selalu dirugikan adalah bahwa bentuk piramida ini akan berhenti pada level tertentu yang mana mereka tidak mungkin bisa mencari anggota baru, atau orang baru yang akan umrah lagi, yang dengannya semua harapan untuk melaksanakan umrah yang dijanjikan adalah impian belaka. Maka jalan keduanya, ia harus bersusah payah menyicil kekurangan biaya perjalanan umrah yang baru disetorkan sebesar 2,5 atau 3,5 juta.

Dan perlu dicermati bahwa dimanapun Downline akan selalu lebih banyak daripada Upline. Dan akhirnya penderitaan (gagal berangkat ke Tanah Suci) hanya dialami oleh para downline yang sulit mendapatkan member baru.

Dalam suatu kesempatan, Direktur Pembinaan Haji Kementerian Agama, Ahmad Kartono mengingatkan masyarakat agar tidak terpikat oleh penyelenggara ibadah haji atau umrah dengan sistem multi level marketing (MLM) atau sistem berantai. Karena sistem yang banyak berkembang belakangan ini memiliki potensi penipuan yang sering dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab.

Lebih khawatir lagi, jika proses bisnis umrah MLM ini menjadi semacam Bom waktu gagal massal berangkat ke Tanah suci, sebagaimana sub thema acara seminar HIMPUH beberapa waktu lalu.

Jika demikian, kita bisa memahami bagaimana bisnis MLM ini menurut pandangan syar’i atau, katakan ke nurani kita masing-masing. Apakah bisnis umrah MLM ini dibiarkan begitu saja (?) Jika ya, maka fatwa Haram MUI Aceh mengenai bisnis umrah MLM ini hanya digratiskan. Kita tunggu bagaimana komentar dan fatwa MUI pusat mengenai masalah ini. Semoga kesakralan ibadah haji dan umrah masih tetap terpatri disetiap sanubari muslim dimana pun berada.

Pernahkah Anda berhenti sejenak dari suatu perjalanan (?) Atau menoreh sesaat kebelakang untuk melihat sejauh mana perjalanan yang telah tertapak (?) Simple, kecil dan hal yang teramat mudah tentunya untuk kita lakukan, namun terkadang hal sederhana itu urung kita lakukan hanya karena enggan tergerus oleh kehidupan yang terus berlaju. Padahal sejatinya, berhenti sejenak itu adalah sebuah Sunatullah, sebuah keniscayaan yang tiada mungkin luput dari gerak nafas manusia dalam menapaki perjalanannya. Semua yang ada di Bumi ini memiliki kapasitas maksimal, dan agar mampu melakukan perjalanan nan panjang, ia harus selalu dipulihkan setelah mencapai kapasitas tertentu. Demikian dengan kondisi jiwa manusia, setelah mencapai perjalanan tertentu, ia perlu berhenti sejenak untuk muhasabah, menghitung dan menganalisis kualitas dirinya dalam mengemban hidup sejauh ini. berhenti sejenak sangat diperlukan dalam hidup, bukan untuk selamanya, tetapi hanya untuk melihat kebelakang tentang sejarah apa yang telah kita torehkan dalam skenario hidup, menapaki jejak langkah yang telah kita buat, mengatur langkah yang terseok, mengatur nafas yang tersenggal, untuk kemudian kembali berlari, lebih cepat, lebih terarah dan lebih mampu memikul beban.

Puncak berhenti yang terorganisir dengan teramat cantik di muka Bumi ini, hadir dalam prosesi Wukuf, yah berhenti sejenak untuk mengenali diri, instropeksi, dan mengatur bagaimana alur kehidupan yang telah dilaluinya selama ini. Hingga akhirnya efek dari pemberhentian itu menjadikan jiwa mengenali raga, jiwa memahami rasa, dan berujung kepada siapa Penggenggam raga serta siapa Pembulak-balik rasa.

Betapa mujarab-nya stopping effect, sehingga sahabat Rasulullah SAW, Muadz bin Jabal RA berkata kepada sahabatnya dengan ungkapan yang menyejukkan hati “Mari duduk sesaat untuk beriman”. Berhenti sejenak untuk menengok kondisi keyakinan kita terhadap apa yang kita lakukan ini agar tetap terjaga. Dengan berhenti sejenak yang berkualitas, akan serta merta mendorong kekuatan yang berlipat untuk melakukan perjalanan panjang.

Guna menghindari keragu-raguan dan mengokohkan semangat perjalanan, berhenti sejenak di tempat yang semestinya adalah langkah positif dan bermanfaat, seolah tampak merupakan langkah mundur, namun ketahuilah dengan selangkah ‘mundur’ itu, bisa dihasilkan seratus hingga seribu kali lipat langkah. Terkecuali bagi mereka yang memang lebih nikmat untuk berhenti selamanya.

Pun demikian dengan apa yang kerap Anda temukan dalam artikel di Website ini, ada jeda kosong dalam beberapa saat, namun kami tetap disini, berpijak di Bumi ini untuk kembali mensyiarkan apa yang semestinya disyiarkan. Semoga pemberhentian sejenak ini, bisa lebih memberikan suguhan baca yang berkualitas bagi pikir dan iman kita semua.

Al-Azhar BSD Bimbing Manasik Golden Age

Serpong-Banten
Ada yang berbeda pada sabtu (17/12) kemarin di Sekolah Al-Azhar BSD, kawasan kota mandiri (samping taman kota) itu seolah bergema dengan beberapa kegiatan di pagi hari. Tepatnya dari halaman, aula masjid hingga lapangan sekolahnya disesaki ratusan pengunjung. Dari mulai acara Fun Bike meramaikan gema Muharram, resepsi pernikahan di Aula masjid, hingga acara manasik haji ratusan anak TK Al-Azhar BSD. “Luar biasa…manasik haji anak-anak TK kali ini”, gumam seorang satpam yang setia melayani keluar dan masuk kendaraan di area parkir. Betapa tidak, tenda-tenda moncong putih laiknya di Mina sudah bertengger dengan pernik dan khas tanah suci. Kerjasama antara Cordova dengan TK Al-Azhar BSD pun semakin erat ketika peserta didik dibimbing bersama oleh muthawif dan guru-guru TK. Semua etape laiknya seorang haji dan hajjah, mereka (anak-anak TK) perlihatkan dengan mimik yang teramat lucu. Bermain sambil berkenalan dengan rukun Islam ke-5 itu, berjalan dengan riang gembira. Tentunya property yang disiapkan pun sesuai dengan dunia mereka. Di samping tenda Mina, tersedia photo booth yang menggambarkan tanah Arab dengan beberapa boneka unta besar yang bisa ditumpangi. Mereka bersama orangtuanya terlihat asyik dan menikmati suasana arab dadakan di sekolahnya.

Malaikat-malaikat kecil itu memulai manasik menggunakan kain ihram yang dikenakkan langsung sejak dari rumahnya masing-masing. Melangkah bertalbiyyah ditemani ayah maupun bunda. Semuanya sama, putih dan bersih. Mendayuh gelora rasa setiap orang yang menyaksikannya. Berbalut ihram dan pakain putih bagi anak perempuan, membuat hati terharu bercampur bangga. Meski –sesungguhnya- konten dan filosopi mengenai haji sulit dipahami anak usia dini, namun pengenalan tempat-tempat suci, dan kaidah simple mengenai rukunnya umat Islam, akan selalu diingat dan terngiang dalam cakrawala pikirnya yang polos. Mereka diarahkan bak gelombang air yang disalurkan ke tempat-tempat mengalir, akan menuju kemana air itu, tergantung bagaimana masa golden age itu diarahkan.

TK Al-Azhar memiliki peran yang teramat mulia, mereka (para guru dan perangkat sekolah lainnya) menjadi pemegang kunci masa depan makhluk-makhluk suci. Partner yang juga paling dominan dalam membentuk dan membimbing mereka –tentunya- adalah orangtua dan wali murid yang dengan sadar bahwa masa-masa seperti saat itulah yang sedikit banyak akan mempengaruhi langkah hidup mereka kelak.

Seperti yang banyak kita ketahui, pada usia 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi. Itulah masa-masa dimana perkembangan fisik, mental maupun spritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak orang yang menyebutkan masa tersebut sebagai masa-masa emas seorang anak (golden age).

Dengan demikian, manasik ini menjadi suatu yang sangat berarti dan akan teringat dalam memorinya. Mereka akan ingat bagaimana seorang yang berhaji harus menggunakan kain ihram bagi laki-laki, wanita menggunakan baju putih bersih, meski belum saatnya mengetahui apa filosopi dibalik itu. Mereka juga akan sangat teringat bagaimana cara thawaf di Baitullah, dan sya’i di bukit Shofa dan Marwa, meski baru hanya sekedar simulasi atau permainan yang menyenangkan berputar-putar.

Subhanallah… bagi kita yang memiliki anak usia golden age seperti anak didik di Al-Azhar, lalu menyaksikan langsung bagaimana riang mereka melakukan ritual manasik haji dengan semangat talbiyyah yang merona dalam setiap ucap bibirnya, melangkah dengan gontai khas anak, tertawa, tersenyum, menatap dan melambaikan tangan kepada kita. Spontan, meski mata tak berlinang air, hati dan jiwa yang kan bergetar bangga dan haru. Makhluk sekecil itu sudah sangat merindukan Baitullah…

Bukan sekedar sensasi sebenarnya –ketika- kita melakukan perjalanan keliling dunia, travelling menuju destinasi-destinasi impian itu memiliki ragam manfaat yang dapat menyeimbangkan manusia dalam dua dimensi. Tentunya sebagai manusia, kita memiliki kecenderungan untuk menikmati tempat-tempat unik yang menyenangkan dalam hidup kita. Selain itu, kita memiliki kesempatan untuk menikmati keindahan suatu tempat agar selalu bersyukur merasakan setiap pojokan bumi yang sangat luas. Membuka mindset dalam menjelajah belahan bumi yang terpijak adalah buah manusia yang melakukan perjalanan menuju tempat-tempat yang ada dalam impiannya. Seperti halnya Rasulullah ketika melakukan perjalanan jauh ke negeri Syam, banyak hal yang ditemukan untuk dijadikan pelajaran dalam dakwahnya. Pun demikian dengan para sahabat yang ‘berkelana’ ke negeri jauh, mengenal dan menyebarkan misi Rahmatan Lil’Alaminnya. Perjalanan kemana pun destinasinya, ketika menghadirkan soul, maka ia akan menjadi sebuah cerminan tentang apa dan siapa dirinya. Menyadari betapa luas dan beragamnya kehidupan di muka Bumi. Tetapi dalam meraih perjalanan indah itu ada dua selling point yang sulit dirasakan, yakni konsisten terhadap jatidiri seorang muslim, dan kenyamananberjalan ditemani orang yang memiliki kesamaan bahasa dan budaya.

Mengakhiri tahun ini, Cordova kembali memberangkatkan jemaahnya ke empat negara di benua Eropa. Bak film bertajuk “Euro Trip” yang keliling dan berkelana mencari cinta, bedanya tentu nuansa yang terlibat dalam perjalanan Cordova ini adalah spirit Muslim Journey, yang memperhatikan segala kehalalan baik makan, minum ataupun budaya yang jauh berbeda. Berawal dari kota Roma, mereka menginjakkan kaki tuk memulai perjalanan yang penuh arti. Kemolekan kota Roma yang menginspirasi film fenomenal Da Vinci Code dari sebuah novel yang juga fenomenal.

Di Roma, kita bisa melihat dan memastikan apa yang dijanjikan Rasulullah SAW tentang keruntuhan kota ini, dan jatuh pada kekuatan Islam. Meski sampai detik ini Roma masih belum berhasil ditaklukkan Islam, lambat laun berdasarkan perkiraan Dr. Yusuf Al-Qardawi dari penjelasan hadits Rasul tentang jatuhnya Roma ke tangan Islam, akan terjadi pada abad ini. Namun bukan melalui perang fisik seperti yang terjadi di masa lalu, namun menggunakan pena, buku dan internet.

Dari Roma melanjutkan menuju kota Pisa, tempat berdirinya menara miring setinggi 60 meter, dan biasa disebut menara Pisa. Banyak hal yang bisa kita temukan di kota ini, yah Pisa ternyata memiliki sejarah yang bersentuhan dengan muslim. Kota Pisa sempat dikuasai kaum muslim pada tahun 1004-1015. Demikian juga dengan katedral Pisa yang pada puncak kubahnya tertulis inskripsi berbahasa Arab yang artinya: Al-Fath (kemenangan).

Dari keindahan seni, kita meneruskan perjalanan ke kota yang tak kalah indah dengan arsitektur bangunan yang mengagumkan. Tataletaknya memanjakan mata untuk tetap memandang dengan sejuta rasa. Modena dan Milan menjadi kota yang teramat sayang tuk dilepaskan dari destinasi. Yah, Modena dijuluki sebagai kota mesin sejak berdirinya pabrik-pabrik mobil terkenal Itali. Mulai dari Ferrari, De Tomaso, Lamborghini, Pagani dan Maserati. Umumnya mereka juga berkantor pusat di Modena. Anda mungkin ingat mobil Ferrari yang dinamai 360 Modena. Demikian juga dengan salahsatu warna Ferrari yaitu Modena Yellow.

Jika di Milan, kata “Belanja”…”Belanja” dan “Belanja” adalah ritual yang menjadi agenda utama wisatawan. Kota ‘aduhai’ ini menjajakan ragam toko dan pusan perbelanjaan yang terkenal semacam: Gucci, Versace, Fratelli, Rossetti, Prada, Cartier dan masih banyak lagi.

Dari Milan, kita beranjak ke Switzerland. Negeri ini berjuluk Trully Switzerland, keindahan kotanya mampu menyihir setiap orang yang menginjakkan kakinya. Kota dan rumah-rumah minimalis yang dikelilingi hamparan pohon cemara, jembatan kayu kuno, bangunan tua, serta puluhan museumnya. Tidak terlupakan juga pemandangan eksotis danau lucernedengan gunung Rigi dan Pilatus. Belum lagi latar belakang salju abadi yang ada sepanjang tahun menghiasi puncak pegunungan Alps.

Belum lagi Perancis dan Inggris yang menjadi destinasi selanjutnya, menjadikan akhir dan awal tahun menjadi sangat bermakna. Tentunya masih dalam dekapan kenyamanan Cordova dalam mengawal perjalanan muslim ke berbagai destinasi di muka bumi.

Silakan unduh detail agenda perjalanannya di sini.

Internet dan jejaring sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan kita. Sejak pagi kita berangkat ke kantor sudah online untuk sekedar lihat situs berita. Sebagian kita memanfaatkan push email, facebook, atau twitter agar tetap eksis 24 jam. Setiap kawan dan kerabat dapat mengikuti juga mobilitas kita via foursquare. Idealnya, kita perlu sempatkan diri secara rutin berkumpul bersama, menjadikan keshalihan massif dengan me-recharge rohani yang kerap menjadi kering. Tapi mungkinkah menciptakan komunitas shaleh secara massif dengan rutinitas yang ‘seabreg’ (?) Jawabnya mungkin saja, namun –tentunya- harus dengan niat yang kuat. Bila ternyata tidak bisa juga, ada banyak alternatif dengan memanfaatkan gadget dan cyberspace. Kita dapat mulai dari tahapan download atau mengcopy CD-CD keislaman ke gadget. Di situs 4shared.com kita bisa download banyak konten keIslaman. Mulai dari ceramah, murattal/ tilawah Al Qur’an sampai dengan lagu-lagu Islami. Kemudian simpan file-file tersebut di HP, BB, iPod, iPad, DVD, atau MP3 player dan komputer tablet lain yang Anda punya. Sehingga di manapun dan kapanpun Anda dapat mendengarkannya.

Anda dapat memperdengarkannya di waktu-waktu “emas” bagi orang supersibuk seperti saat berangkat atau pulang kantor, menunggu pesawat, atau saat makan. Dulu, saking sibuknya mengkaji ilmu, seorang ulama, Muhammad bin Sahnun (256 H) sampai disuapi makan oleh pembantunya sementara tangannya sibuk menulis.

Bagi Anda yang menunaikan ibadah haji atau umrah, saat-saat boarding, perjalanan dengan bus, dan saat di Mina dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan dan keimanan kita. Bila terjadi delay, maka pastikan anda meraih kesempatan berharga untuk “nyantri” via gadget. Jangan lupa membawa earphone agar tidak mengganggu saudara kita yang sedang istirahat. Anda dapat pula memantau kepadatan jemaah haji yang sedang tawaf di Masjidil Haram melalui liputan Live Mecca dengan Galaxy Tab atau iPad. Demikian juga dengan Masjid Nabawi. Sehingga kita dapat menyesuaikan jadwal ideal untuk melakukan tawaf, atau menuju Raudhah.

Masih tidak puas dengan sekadar mendengarkan file-file audio (?) Mari kita coba dengan bertatap muka dengan sang ustadz di Youtube. Telah banyak video keIslaman diupload oleh saudara-saudara kita dari seluruh dunia. Apalagi bila kita lancar berbahasa Inggris dan Arab.

Koneksi internet yang tak selamanya lancar bisa disiasati dengan mendownload video tersebut saat koneksi sedang lancar. Caranya mudah. Cukup dengan mengkopi alamat web di address bar. Kemudian di paste ke software atau situs yang menyediakan fasilitas download seperti keepvid.com.

Bergabung dengan group-group pengajian virtual via facebook/ twitter juga bisa jadi sarana menstabilkan naik turunnya iman. Tentunya pengajian yang tidak ‘aneh-aneh’. Saat hati gundah, tak perlu menunggu sang ustadz datang di pengajian bulanan. Di situs lidwa.com anda dapat mencari rujukan Al Qur’an dan Hadits yang menjawab segala problematika kehidupan.

Sementara Tanzil.net menyajikan Al Qur’an digital mulai dari teks arab, hingga audio dengan suara qari yang dapat kita pilih. Sebuah situs yang cocok untuk tilawah dan belajar membaca Al Qur’an. Seakan kita dibimbing langsung ayat per ayat oleh sang syeikh.

Untuk para penggemar iPad, Anda dapat mendownload Daily Dua. Sebuah aplikasi yang memudahkan kita membaca do’a harian. Dahulu para “pemburu” hadits seperti imam Muslim, Tirmidzi, Abu Daud berkelana berhari-hari ke berbagai negeri hanya untuk mendengar hadits dari sumbernya. Kini di era informasi kita cukup mengaksesnya via gadget dengan aplikasi seperti Daily Hadits, Al Muslim (kumpulan hadist Sahih Muslim).

Selain itu masih terdapat banyak lagi software KeIslaman lainnya yang menunggu gairah kita untuk menimba ilmu selagi masih ada umur. Anda dapat mengarungi samudra ilmu dengan ‘Riyadus Saliheen’, khusyuk bermunajat dengan Dua Qurani (kumpulan do’a yang berasal dari Al Quran). Dan mengajarkan anak-anak kita tentang tingginya perabadan Islam dengan Islamic invention.

Tak lupa pula beberapa aplikasi untuk membantu keseharian ibadah seperti Qibla untuk menentukan arah kiblat dan berbagai aplikasi Adzan. Selamat ‘meraih surga’ berbekal gadget.

Terkadang, kita sering confused bagaimana menjelaskan kepada anak kita yang kritis menanyakan tentang hewan qurban yang disembelih secara massal saat hari raya Iedul Adha. Mungkin ada juga yang hampir menyamakan qurban itu mirip ritual sesajen, sebagai pemberian ‘upeti’ kepada Dzat Penguasa Alam. Untuk menjawab pertanyaan itu, setidaknya, kita harus melaraskan apa yang dimaksud qurban dengan bahasa yang sangat sederhana, bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka. Namun sebelumnya, -tentu- kita harus lebih tahu dan memahami definisi serta filosofi qurban seutuhnya. Qurban sesungguhnya salahsatu jenis ibadah paling tua di dunia. Perintah penyembelihan Nabiyullah Ismail, putra Khalilullah Ibrahim adalah kepatuhan seorang hamba kepada RABB-nya. Harta paling berharga Ibrahim AS adalah anaknya. Padahal ia mendapatkan Ismail -buah hatinya-, setelah penantian yang begitu panjang. Sisi lainnya, qurban adalah pendekatan diri secara sempurna kepada ALLAH SWT. Qurban akar kata dari qaraba – yaqrabu – qurbaanan. Biasanya dalam bahasa Arab, kalau satu kata diakhiri dengan alif dan nun, mengandung arti ‘yang sempurna’. Seperti qara-a, yaqra-u, qiraatan, qur’anan, dengan arti “Bacaan yang sempurna”. Begitupun pengertian dari Qurbaanan berarti “Pendekatan yang sempurna”.

Oleh karenanya, untuk menggambarkan kesempurnaan itu terlihat pertama kali pada binatang yang disembelih, tidak boleh ada yang cacat. Artinya, hewan yang disembelih harus sebaik-baiknya. Dari segi subtansinya, seorang yang berkorban jangan setengah-setengah, harus sempurna. Jika kita perhatikan ada dua nilai dari peristiwa qurban ini, pertama, jangan pernah menganggap sesuatu itu mahal ketika tujuannya mempertahankan nilai-nilai Ilahiyah. Value kedua, disisi lain jangan sekali-kali kita melecehkan manusia, jangan sekali-kali mengambil hak-hak manusia, karena manusia itu makhluk agung yang sangat dikasihi ALLAH. Karena kasihnya ALLAH kepada manusia, maka digantilah Ismail dengan seekor binatang.

Qurban adalah puncak pengorbanan dari totalitas kita selaku makhluk. Karena didalamnya mengandung dua dimensi ibadah yang bersifat vertikal dan horizontal. Secara vertikal, kejadian simbolik itu merupakan upaya pendekatan diri (qurban) dalam menangkap nilai dan sifat-sifat Ilahiyah. Secara horizontal, hal demikian melambangkan keharusan manusia untuk membumikan nilai-nilai itu dalam kehidupan nyata.

Saya utarakan diatas, bahwa qurban hanyalah simbol ketaatan belaka. Karena –meski- jenis pengorbanan itu adalah hewan, namun sesungguhnya esensi itu terdapat dibalik ritual penyembelihannya, yakni ketaatan dan totalitas. Karena daging dan darah yang diqurbankan tidak akan pernah sampai kepada ALLAH, hanya ketakwaannya itulah yang menjadi nilai di sisi-Nya. Selanjutnya, barulah daging dan sejenisnya menjadi kebaikan sebagai ibadah horizontal.

So, pengertian tentang pembantaian hewan dalam mendekatkan diri kepada ALLAH setiap hari raya Iedul Adha adalah salah. Karena –memang- tujuannya bukan menjadikan bulan ini sebagai bulan ‘berdarah-darah’ tetapi bulan ketaatan yang total. Puncak dari segala ritual pengabdian. Sehingga hanya ALLAH dan qurbannya lah yang tahu, hewan mana yang akan menjadi saksi di surga kelak.

Kembali kepada pertanyaan polos anak kita, bagaimana perasaan hewan qurban ketika menanti waktu disembelih, setelah mendengar dan melihat ‘kerabatnya’ dijagal. Maka cukup kita katakan, bahwa hewan qurban itu paling senang jika mati untuk di qurbankan di hari raya.