Catatan ini diawali dari sebuah tangisan pada icon BBM (BlackBerry Messenger) seorang calon tamu Allah. Tangisan yang mencerminkan pada rasa cinta dan rindu yang melanda di setiap gerak aktivitas hidupnya. Meski hanya berbentuk icon ‘Cry’, namun sangat terasa betapa ia benar-benar merindukan hari Arafah. Setiap kata yang tertulis pada layar kecil itu sangat menyentuh jiwa, sangat tampak gejolak rasa yang diungkapkannya. Begitu lirih, namun penuh pasrah pada apa yang akan terjadi sesuai takdir-Nya. Yah, ‘tangisan’ itu muncul setelah ia melihat no porsi keberangkatan hajinya diatas nomor yang ditentukan Pemerintah pada tahun ini. Saya sangat yakin, tangisan dan jeritan itu didengar dan diperhatikan oleh Para Penghuni langit, sehingga sama-sama berdoa untuk sebuah harap yang tiada mustahil kan terwujud. Terlebih ketika saya dan kita semua meyakini Sabda Rasulullah SAW yang mengatakan “Allah itu Pemalu dan Pemurah. Karena itu pula, Allah juga malu kalau tidak mengabulkan doa hamba-Nya yang dipanjatkan kepada-Nya. Bahkan dalam Al-Baqarah ayat 186, Allah Berfirman: “Sampaikan olehmu –Muhammad- jika ada hamba-hamba-Ku bertanya tentang seberapa dekat Aku kepada mereka, katakanlah bahwa Aku ini Maha dekat, dan Aku akan mengabulkan doa setiap hamba yang memohon hanya kepada-Ku.”
Doa itu adalah kendaraan kita, yang akan mengantarkan keinginan, permohonan, dan harapan kita kepada Allah yang Maha Memiliki. Agar kita bisa membuat kendaraan kita terbang menemukan Pemiliknya, kita membutuhkan “dua sayap” untuk menggerakkannya. Apa “dua sayap” itu (?) Rasulullah Saw. berpesan “Ridha Allah itu ada pada ridha orangtua, dan murka-Nya ada pada murka orangtua”. Inilah “sayap” doa yang pertama. Jadi, ketika kita ingin lebih memaknai doa itu menjadi senjata yang diridhai Allah maka sejatinya kita meminta ridha orangtua terutama Ibu dengan segala pengharapan kita. Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk meminta mereka (orangtua) menyebut harapan dan keinginan kita dalam doa-doa mereka, karena tiada hijab (penutup) antara doanya dengan Dzat Maha Pencipta. Lalu bagaimana jika kita sudah tidak memiliki orangtua (?) Jika demikian, maka sebaliknya kitalah yang patut menyebutkan mereka pada setiap rangkaian doa. Karena salahsatu tanda keshalihan seseorang adalah senantiasa mendoakan orangtuanya yang telah tiada. Itulah ‘sayap’ pertama yang akan menghantarkan ‘kendaraan’ kita pada Rabbul Izzati. Lalu apa “sayap” yang kedua (?)
‘Sayap’ kedua adalah sosok yang selalu ada dibalik Keperkasaan seorang laki-laki. Ya, di balik pria hebat, selalu ada wanita hebat. Begitu juga sebaliknya. Inilah “sayap” doa yang kedua: keluarga—suami bagi istri, dan istri bagi suami. Nasihat Rasulullah Saw. dalam hadisnya, “Apabila seorang suami memandang istrinya dengan kasih dan sayang, dan istrinya juga memandang suaminya dengan kasih dan sayang, maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih dan sayang.”
Jika kita seorang suami, mintalah istri kita untuk mendoakan harapan dan keinginan kita. Sampaikan kepadanya impian kita, dan ajaklah ia untuk sama-sama mendoakan kita agar bisa meraih impian tersebut. Sayangi istri kita, bahagiakan ia, dan biarlah ia tersenyum untuk kita. Kalau kita seorang istri, hormati suami kita, sayangi ia dengan penuh cinta-kasih, dan minta ia untuk selalu mendoakan kebaikan bagi kita.
Demikianlah doa, ia akan menjadi kekuatan yang sangat mendasar. Saya hanya ingin mengutarakan pada salahsatu keluarga besar calon Tamu Allah Cordova yang memberikan icon ‘cry’ itu, untuk terus optimis akan Karunia dan Kasih Sayang-Nya. Sebelum mengakhiri catatan ini, saya ingin mengutip perkataan seorang Jim Morrison, personal The Doors (dalam sebuah artikel). Ia berkata begini, “Some of the worst mistakes of my life have been haircuts— beberapa kesalahan terburuk dalam hidupku mungkin adalah gaya rambutku.” Anda tahu maknanya apa (?) Morrison ingin berpesan kalau sesuatu yang kecil dapat mengubah keadaan semuanya. Jadi, jangan pernah hiraukan hal sekecil apa pun, termasuk doa yang seringkali kita anggap remeh.