The Power of Dream

Bagi sebagian kita mungkin terlalu usang membahas masalah kekuatan mimpi dalam kehidupan nyata. Terlalu banyak media yang mengulas bagaimana mimpi dapat merubah langkah setiap manusia, terlalu sering kita mendengar motivasi tentang mimpi yang mampu menggenggam dunia. Namun, sebagian kita juga masih setengah hati untuk meyakinkan bahwa dalam mimpi terdapat energi besar yang merubah kehidupan. Sehingga efek dari mimpi hanyalah menjadi suatu pelengkap tidur nyenyak. Padahal jika kita telusuri, hampir semua kesuksesan berawal dari sebuah ‘Mimpi’. Lihat saja bagaimana dahsyatnya mimpi seorang Khalilullah Ibrahim As. ketika bermimpi akan menyembelih anaknya, yang berujung pada pelaksanaan syariat ibadah haji hingga saat ini, bagaimana juga mimpi Khatamul Anbiya Rasulullah SAW tentang penaklukan negeri Persia oleh kekuatan Islam, sehingga terealisasi bahkan menyebar hampir di semua pelosok bumi. Semua bermula dari mimpi, namun –tentunya- mimpi yang bersifat suatu harapan, bukan nightmare yang memutuskan impian indah dalam sebuah cita.

Mungkin saya termasuk orang yang tidak sepenuhnya setuju dengan komentar “Jangan terlalu banyak bermimpi, buktikan dalam dunia nyata”, sepintas ungkapan itu ada benarnya, namun juga terdapat semacam pengkebirian mimpi. Pada dasarnya, mimpi memiliki kekuatan yang sama pentingnya dengan action plan. Dasar yang menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu adalah mimpi. Karena jika kita tidak memiliki impian, kita terkadang sulit untuk bergerak, tidak tahu dari mana memulainya. Sebelum berbicara jauh tentang sukses, mari bicarakan terlebih dulu mimpi kita, karena kebanyakan orang sukses memulai dari mimpi.

Mungkin saja, saat kita melangkah untuk menggapai kesuksesan, banyak masalah teknis maupun non-teknis yang menghalangi pencapain itu, tetapi, tak satu pun yang bisa menghalangi kita dari bermimpi. Mimpi satu-satunya aktivitas yang tidak bisa dibatasi orang lain, seliar apapun mimpi itu. Masalahnya hanya terdapat dari itikad dan political will individu kita, yang ingin atau tidak merealisasikan impian tersebut. Merubah mimpi menjadi cita-cita, lalu menurunkannya ke dalam visi aksi, kemudian masuk kedalam misi dan merumuskan sebuah tujuan yang tanpa ragu mewujudkannya menjadi kenyataan. Mimpi bukan wacana, namun wacana adalah bagian dari daya khayal mimpi di atas kertas.

Secara fakta, manusia lebih termotivasi ketika impiannya mendapat apresiasi, ketimbang cibiran dan komentar negatif akan apa yang diimpikannya. Well, saya tidak ingin berlarut dalam buaian mimpi, namun juga tak ingin mimpi itu larut tak berbekas.

Related Post

Cinta Sederhana

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *