Air jika dibiarkan terus menggenang tanpa aliran, lama-lama akan menjadi sarang penyakit. Demikian juga udara, jika dibiarkan berhenti, tak berhembus, akan menimbulkan kepengapan dan akhirnya merusak pernafasan. Semua harus bergerak, tidak boleh ada yang terdiam. Adalah kenyataan bahwa segala ciptaan Allah SWT selalu bergerak. Bumi, Matahari, Bulan, Bintang dan semua tata Surya berotasi tiada henti. Sekali berhenti akan terjadi kerusakan dan bencana yang luarbiasa. Bahkan makhluk-makhluk mikro sekalipun, seperti bakteri dan virus pun selalu bergerak. Hukum Allah yang terjadi pada alam raya itu sesungguhnya terjadi juga pada diri manusia. Secara fisik, jika manusia berhenti, diam dan tidak melakukan aktifitas, maka dalam kurun waktu tertentu kesehatannya akan terus menggerogoti dan mengganggu kesehatan. Selain mudah lelah, berbagai penyakit pun akan mudah berdatangan. Demikian pula dengan pikiran. Seseorang yang membiarkan otaknya berhenti berpikir, maka dalam jangka waktu tertentu pikirannya akan terganggu. Sulit berpikir logis dan sistematis. penelitian ilmiah, orang yang kurang terbiasa menggunakan pikirannya, pada usia tua akan mudah menjadi pikun.
Jika rumus pergerakan itu terjadi pada alam dan individu manusia, maka hal yang sama juga pasti berlaku pada suatu komunitas dan masyarakat luas. Nampaknya, kita harus terus mencoba untuk tidak sekali-kali berhenti untuk berpikir, diam atau stagnan. Karena diam itu berarti mati. Diam itu bisa membawa penyakit. Diam itu tidak sehat, karenanya tidak ada alasan jika kita takut pada perubahan, perbaikan dan pembaruan termasuk pada kekuatan berpikir kita. Sebab semua ciptaan-Nya ditakdirkan untuk selalu bergerak dalam suatu rotasi yang telah ditentukan.
Islam memandang berpikir sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (kebenaran). Dengan berpikir, manusia akan memahami posisinya bahwa dia sebagai hamba dan Allah sebagai Pencipta-nya. Sehingga logika-logika seperti ini bisa terus berjalan seiring dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Dari sanalah manusia tidak menyia-nyiakan otak yang dikaruniai-Nya, karena terus digunakan. Jika demikian, maka gerakan pikir yang berputar di dalam otak menandakan bahwa ia menjaga keseimbangan antara ‘hak’ dan ‘kewajiban’. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang mengajak untuk berpikir, dengan berpikir manusia dapat mengenal kebenaran (Al-Haq) yang kemudian diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Hanya orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran” (QS. 13:19). Logika yang terjadi, dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa orang-orang yang mendurhakai Allah SWT lah yang disebut “Cacat Intelektual”. Sebab betapa pun mereka berpikir, bahkan ada yang turut membangun peradaban, namun selama proses berpikir tidak mengantarkan terhadap derajat “Takwa”, maka selama itu pula mereka berada dalam posisi “Tidak mengerti” atau jika meminjam istilah Al-Qur’an, “Laa Yafqahuun”, “Laa Ya’lamuun”, Laa Ya’Qiluun”. So’ tidak salah jika kita mengatakan bahwa berpikir adalah bagian dari aktivitas hidup.