Tanah Hijaz

Tanah Hijaz

Sarah tetaplah seorang perempuan, yang memiliki rasa cemburu. Dan, ketika Siti Hajar melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ismail, yang kala itu Sarah belum dikaruniai seorang anak. Ia pun cemburu  dan tidak akan mau tinggal dengan Hajar dan anaknya dalam satu atap.

Imam al Tsa’labi (ahli tafsir, 350-430 H) meriwayatkan, pada waktu itu datanglah perintah dari Allah SWT kepada Nabi Ibrahim agar membawa istri keduanya, Siti Hajar, dan bayinya, Ismail, ke tanah Makkah.

Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk hijrah membawa Siti Hajar dan Nabi Ismail. Ketika perjalanan sampai di Tanah Hijaz (yang saat ini dikenal dengan Kota Makkah, Madinah dan Thaif) beliau berhenti atas izin Allah. 

Hijaz kala itu padang pasir tandus dan sangat gersang tidak ada tumbuh-tumbuhan, hewan dan bahkan manusia yang tinggal. Tidak ada satu pun yang ingin tinggal disana karena tidak ada air sebagai syarat kehidupan.

Tapi Nabi Ibrahim menempatkan Siti Hajar dan Nabi Ismil di temapat tersebut. Dengan meletakkan sebuah geriba berisi kurma, dan wadah berisi air. Lalu Nabi Ibrahim membalikkan punggungnya untuk meninggalkan tempat tersebut. Hajar mengikuti Nabi Ibrahim dan berkata, “Wahai Ibrahim, kemanakah engkau hendak pergi dan meninggalkan kami di lembah ini, (lembah) yang seorang pun tidak ada dan tidak ada sesuatu?”. Hal ini diucapkan beberapa kali sedangkan Ibrahim tidak menoleh sama sekali. Akhirnya Hajar berkata:

“Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini?”. Ibrahim pun hanya menjawab: “Iya”. Ibu Ismail berkata: “Kalau begitu, kita tidak akan disia-siakan!”. 

Dan setelah itupun Hajar kembali.

Nabi Ibrahim Alaihissalam lalu pergi, hingga tidak terlihat lagi oleh Hajar dan putranya, Nabi Ibrahim menghadapkan wajahnya ke (tempat yang nanti akan didirikan) Baitullah, beliau memanjatkan doa dengan mengangkat kedua tangannya: 

Ya Rabb kami sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, wahai Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. [Ibrâhîm: 37]

Ketika air dalam wadah yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim itu sudah habis, maka ia dan puteranya kehausan. Hajar menatap putranya yang meronta-ronta. Karena tak sanggup melihat keadaan putrany. Maka ia mulai pergi dan tidak tega melihat keadaan puteranya. Maka ia mendapatkan Shafa, bukit yang paling dekat dengannya. Lalu ia berdiri diatas bukit itu dan menghadap lembah sembari melihat-lihat adakah orang disana, tetapi ia tidak mendapatkan seorang pun disana.

Setelah itu ia turun kembali dari Shafa, hingga ketika sampai di tengah-tengah lembah, Hajar mengangkat bagian bawah bajunya dan kemudian berusaha keras sehingga ia berhasil melewati lembah. Lalu ia mendatangi Marwah dan berdiri disana seraya melihat-lihat adakah orang disana.

Tatkala Hajar berada di atas Marwah, ia mendengar suara. Ia berkata kepada dirinya, “Diam!”, yang dimaksudkan kepadanya. Lalu ia mencari suara itu, hingga akhirnya ia mendengar juga. Maka ia pun berkata : “Aku telah mendengarmu, apakah engkau dapat memberikan bantuan?”. Ternyata ia berada bersama malaikat di tempat dimana terdapat air Zam Zam. Lalu malaikat itu mengais-ngais tanah hingga akhirnya muncul air. Selanjutnya ia pun menuruni air tersebut dan kemudian mengisi bejananya dengan air dan kemudian meminum airnya dan memberikan kepada anaknya.

Related Post

Raja Namrud

Raja Namrud

Raja Namrud adalah seorang raja yang dikenal diktrator, otoriter dan zalim. Bahkan, Namrud dikenal sebagai…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *