Akhir-akhir ini fenomena keputusasaan sedang marak. Fenomena bunuh diri, kekerasan, perampokan, konflik antar agama, suku dan ras, serta perilaku teror merupakan gambaran dari sikap keputusasaan yang tengah menggejala di tengah masyarakat. Masyarakat seolah-olah tidak menemukan alternatif pilihan untuk menyelesaikan problematika hidup dan terjebak pada solusi pendek dan dangkal (a solution permanent to a temporay problem). Dalam ilmu psikologi fenomena diatas disebut dengan patologi sosial. Patologi sosial terjadi disebabkan karena masyarakat dewasa ini dituntut untuk bertindak cepat, kreatif, dan kompetitif. Persaingan untuk hidup lebih layak secara sosial-ekonomi membuat manusia seperti serigala bagi yang lain, homo homini lupus (Thomas Hobbes). Tindakan apa pun, bahkan kriminal dan melawan norma sosial dan hukum, rentan terjadi ketika rasa humanisme tersingkirkan demi mengikuti kompetisi hidup ini. Dalam masyarakat yang sakit, di mana segala sesuatu bersifat cepat dan menimbulkan keputusasaan bagi mereka yang kalah.
Orang yang kuat secara ekonomi dan jaringan (rekanan) akan semakin mudah memenuhi strata sosial yang lebih tinggi. Sementara yang lemah secara ekonomi dan jaringan akan semakin terpuruk. Hal ini akhirnya menyebabkan trejadinya kesenjangan. Kesenjangan ini memunculkan problem baru yakni putusnya komunikasi antar elemen masyarakat. Semua sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri, demi menghadapi kompetisi hidup yang semakin sulit. Nihilnya komunikasi antar elemen masyarakat akan menggerus sikap empatif dan simpatif dari pihak yang kuat ke yang lemah. Yang ada hanya sikap kecurigaan antara di kaya dan si miskin.
Roni Nitibaskara, kriminolog, melakukan penelitian tentang motif bunuh diri. Hasilnya ia mendapat kesimpulan bahwa perilaku bunuh diri disebabkan oleh empat faktor. Pertama adalah kegagalan beradaptasi, kegagalan hubungan interpersonal dengan orang lain hingga merasa terisolasi, kemarahan akibat ketidakmampuan mengendalikan emosi, serta ungkapan ketidakberdayaan atas berbagai masalah yang ia hadapi.
KH Chaidar Muhaiminan, ulama di Temanggung, menuturkan, tumbuhnya radikalisme agama di kabupaten Temanggung dalam beberapa waktu lalu, disebabkan oleh tiga hal utama: yakni keputusasaan generasi muda dari segi ekonomi dan sosial, minimnya pemahaman agama dan iman, serta kurangnya pengawasan. Keputusasaan ekonomi yang terjadi di masyarakat pedesaan di Temanggung terjadi seiring jatuhnya harga komoditas tembakau yang semula menjadi penyangga kesejahteraan warga. Pada masa jayanya, banyak petani di desa hidup makmur karena komoditas ini.
Agama mengajarkan ada kekuatan yang maha tinggi di atas segala-segalanya. Kedekatan pada Tuhan akan membuat manusia senantiasa tunduk dan pasrah serta memiliki sandaran ketika menghadapi masalah yang berat. Tuhan tidak akan membebani (suatu masalah) kepada hamba-Nya di luar kemampuannya. Selalu ada jalan keluar terhadap masalah yang sedang dihadapi. Dengan demikian, orang yang bertalbiyah dituntut selalu merasakan keagungan Allah dan selalu menyerahkan amal ibadahnya hanya kepada Allah semata, bukan hanya sekedar mengucapkannya tanpa dapat merasakan hakikat dari talbiyah tersebut.
Labbaik Allahumma Labbaik,
Labbaik laa syarikka laka labbaik,
Innal haamda wanni’mata laka wal mulk
Laa syariika laka.
Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah,
aku datang memenuhi panggilan-Mu, Tidak ada sekutu bagi-Nya,
Ya Allah aku penuhi panggilan-Mu.
Sesungguhnya segala puji dan kebesaran untuk-Mu semata-mata.
Segenap kerajaan untuk-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu
(Sumber: www.haji.depag.go.id)
Assalamualaikum… brp harga utk ber haji di Cordova travel ? Adakah discount utk keberangkatan 8 orang ? Trmksh. Wassalam..
Waalaikumsalam Ibu,
team khusus kami segera akan menghubungi Ibu.
Wassalam,
Cordova