Alam Kembali Menyapa Kita

“Ketika Bumi diguncang gempa, dan keluarlah beban (energi) dari perut bumi, dan manusia berteriak ‘Ada apa?!” (QS. Al-Zalzalah 1-3).

Kering sudah airmata yang menimpa bangsa ini, alam secara estafet ‘menyapa’ lingkaran hidup kita. Terus dan terus tanpa celah tuk menghindari ‘sapaannya’. Ada yang berpendapat bahwa gempa bumi dan bencana alam lainnya merupakan peristiwa alam yang tiada campur tangan Allah sedikit pun. Keterlibatan Allah, -menurut mereka- telah selesai dengan selesainya penciptaan alam. Ada juga yang memahaminya sebagai kehendak Allah semata, tidak ada keterlibatan siapa pun, seolah tiada sistem yang ditetapkan Allah bagi tata kerja alam ini. Namun ada juga yang memahami setiap bencana alam ini adalah peristiwa alam, namun ada keterlibatan Allah dalam memberi Rahmat dan Pemeliharaan-Nya. Memang, gempa –sesungguhnya- tidak terjadi begitu saja, Allah SWT tidak sewenang-wenang memerintahkan bumi berguncang, laut menerjang sehingga terjadi bencana. Karena sebelumnya ada hukum-hukum yang ditetapkan-Nya menyangkut sistem kerja alam raya. Inilah hukum-hukum alam.

Tidak sepotong ayat pun yang mengisyaratkan bahwa bumi berguncang dengan sendirinya. Tetapi ia “Diguncangkan”, maka terjadilah gempa. Hanya saja ketika Al-Qur’an berbicara tentang pelaku guncangan itu, seringkali digunakan bentuk pasif, tidak dijelaskan siapa pelakunya dengan detail. Sedangkan dalam sekian banyak ayat yang berbicara tentang terjadinya gempa secara faktual, Al-Qur’an menggunakan kata “Kami”. Redaksi ini –bila menunjuk kepada Allah- maka ia, antara lain untuk mengisyaratkan bahwa ada keterlibatan selain Allah pada peristiwa itu. Bisa jadi manusia itu sendiri, atau paling tidak hukum-hukum alam yang telah ditetapkan-Nya.

Bumi kita telah terlampau tua, ia semakin renta. Tetapi ia terus menumpu beban yang tak sedikit. Terlebih beban dari sikap manusia yang terkadang sulit tuk bersahabat dengannya. Sehingga efek dari kebalikan makna sahabat adalah musuh. Bisa saja, ketika persahabatan kita dengan alam tidak berjalan baik, walhasil secara –ekplisit- alam akan menjadi musuh manusia yang sangat ditakutkan.

Dalam QS. (Al-Baqarah : 164), Allah SWT Menegaskan bahwa alam semesta adalah ‘ayat-ayat-Nya’ yang diperlihatkan kepada manusia. Dia ingin menunjukkan eksistensinya pada manusia melalui sebuah ‘tanda’ (sign), sebagai petunjuk atas adanya “Penanda”. Karena itu, Allah menciptakan alam agar eksistensi-Nya dapat diketahui oleh manusia. Oleh karena itu, ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun dan dibacakan kepada Rasulullah SAW adalah surat al-‘Alaq. (1-5). “Bacalah, dan Tuhan-mu lah Yang paling Pemurah, Yang mengajarkan –manusia- dengan perantaraan qalam, Dia mengajari manusia apa yang tidak diketahuinya.

Pada ayat 4 dan 5, disebutkan bahwa Allah SWT. Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui dengan perantaraan ‘qalam’. Qalam adalah ‘tanda’ yang bisa membuka cakrawala pengathuan manusia, termasuk pengetahuannya tentang Allah. Secara umum qalam adalah alam ini. jadi berdasarkan ayat itu, Allah sebetulnya ingin memperkenalkan sekaligus mengajarkan manusia melalui sebuah “Tanda”. Ia menginginkan “Tanda”-Nya dipahami dan dipelajari. Karena dengan memahaminya, tersingkaplah rahasia-rahasia-Nya.

Atas peristiwa alam yang terjadi secara bersinambung di Negeri ini, Keluarga Besar Cordova turut berduka, semoga apa yang telah terjadi tak lantas mengkufuri segala nikmat yang dirasa. Tetapi lebih mensyukuri apapun yang terjadi pada kehidupan ini. Sehingga setiap nyawa yang kembali pada-Nya mendapatkan predikat syuhada, dan memberikan hikmah serta kekuatan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Innaa lillahi wa inna Ilaihi Raji’un

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *