Banyak tafsiran makna kata dari penggalan tema di atas, yah kata ‘Menyapa’ bisa melahirkan beberapa definisi berkaitan dengan kehidupan manusia di muka bumi. Laiknya menyapa, tentu yang dirasa adalah gerakan yang sangat halus, bahkan sesekali nyaris tak terasa. Setiap mata memandang, dan jiwa merasa –sesungguhnya- sarat dengan sapaan Allah kepada manusia, aneka peristiwa dalam panggung dunia adalah skenario yang tiada henti dari bentuk sapaan-Nya. Terkadang saya, -mungkin juga- Anda dan kebanyakan manusia merasakan sapaan Allah SWT ketika terjadi persitiwa besar di muka Bumi, baik berupa bencana alam, maupun kematian yang melanda orang di sekitar kita. Saat itulah kebanyakan manusia merasa bahwa terdapat kekuatan besar yang menggerakkan alam ini dengan musibah yang tiada henti. Bencana dan fenomena Alam adalah bentuk sapaan dan kehadiran-Nya yang lebih tegas dan jelas, karena sapaan yang lembut dan halus kini sudah sering terabaikan. Seringkali manusia terjebak dengan pola pikir yang mengutamakan logika, tanpa sedikitpun diimbangi dengan aspek spritual terhadap segala ‘Sapaan’ Dzat yang Maha Menggerakkan, Maha Pengatur alam, dan Maha dari segalanya.
Allah Berfirman: “Dan pada pergantian malam dan siang, dan hujan yang diturunkan Allah dari langit, lalu menghidupkan Bumi dengan air hujan, dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (Kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal” (QS. 45:5). Betapa banyak, dan sangat banyak, bahkan tak terhitung sapaan dan kehadiran-Nya dalam setiap detik kehidupan yang terlakoni, dalam setiap hirupan dan hembusan nafas. Namun sebaliknya, tak terhitung pula pengabaian dan ketidakperdulian pada setiap Sapaan-Sapaan-Nya.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu (?)” (QS. 41:53).
Seringkali sapaan-sapaan itu tidak juga cukup menyadarkan kita, bahwa Dia ada dan menunggu setiap hamba untuk kembali kepada-Nya. Jika sapaan halus sudah terlalu kebal, maka Dia kembali menyapa, namun sapaan kali itu adalah sapaan yang bisa dikatakan keras. Sapaan itu muncul dalam bentuk dimunculkannya suatu situasi dimana seseorang benar-benar dalam kondisi tidak berdaya. Begitu banyak permasalahan, kesengsaraan, dan kesakitan yang dialami dalam hidup yang sulit dipecahkan oleh manusia, selain memohon ampunan dan pertolongan-Nya.
“Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan Negeri-Negeri di sekitarmu, dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat)” (QS. 46:27).