Love Never Isn’t

Suatu ketika di negeri ‘Samudra’, ada tiga tamu mendatangi satu keluarga. Ketika ditanya sang istri, siapa dan hendak bertemu dengan siapa, mereka hanya mengatakan sederhana “Nama kami CintaNa, dan ini saudara saya, HartaNa dan TahtaNa, Kami ingin bertemu dengan semua penghuni rumah”. Sang istri pun mengatakan bahwa suami dan anak-anaknya belum tiba di rumah. Tiga tamu itu hanya tersenyum, serta meminta izin untuk menunggu suami dan anaknya di serambi rumah. Tidak lama kemudian, anaknya tiba dan menanyakan kepada sang bunda perihal tamu asing yang berada di teras rumahnya. Ibunya hanya menjawab “Mereka tamu yang akan masuk ketika semua keluarga kita berkumpul, kali ini kita hanya menunggu ayahmu Nak,” ujarnya singkat. Setelah berapa lama menunggu, akhirnya si Ayah tiba di rumahnya seraya melihat ketiga tamu dengan senyuman di beranda rumah. Saat bertanya kepada istrinya, maka dijelaskan lah seperti jawaban kepada anaknya beserta nama-namanya. “Kalau begitu, persilahkan mereka masuk!” Perintah sang Bapak kepada anaknya.

Saat dipersilahkan, mereka menjawab “Kami tidak bisa masuk secara bersama, tolong katakan kepada ayahmu nak, pilih diantara kami siapa dulu yang diperkenankan masuk!”. Akhirnya keluarga itu pun berdiskusi kecil untuk memilih siapa dulu yang diperkenankan masuk rumahnya. Si Ayah lebih memilih HartaNa yang masuk duluan, karena pikirnya mungkin dia datang akan membantu ekonomi kita dengan hartanya. Tetapi sang Istri lebih memilih TahtaNa, karena bisa saja dengan kedatangannya ia akan memberikan tahta atau jabatan yang akan memiliki peluang mendapatkan harta berlimpah. Namun si anak merengek ingin mendahulukan tamu bernama CintaNa. Argumen polosnya mengatakan, semoga dengan cinta kehidupan mereka lebih mulia dan sejahtera. Akhirnya sang Ayah dan ibu mengalah pada pilihan anak tercintanya, yaitu memilih CintaNa untuk masuk terlebih dulu ke rumahnya.

Namun, setelah dipanggil nama CintaNa untuk masuk, keluarga itu terheran-heran, karena mereka secara bersamaan memasuki rumahnya. Si Ayah pun bertanya, “Tadi kami persilahkan kalian masuk bersama, tapi kalian menjawab untuk memilih siapa diantara kalian yang terlebih dulu di panggil. Setelah dipanggil, ternyata kalian masuk secara bersamaan juga,” Tanyanya halus dengan sedikit terheran. CintaNa langsung menjawab spontan ucapan sang Ayah. “Kami mendengar bahwa anak Bapak lebih memilih saya untuk masuk terlebih dulu, maka keputusan itu adalah sebenar-benarnya pilihan. Sebab, jika Cinta yang terlebih dulu masuk ke dalam rumah ini, maka dengan otomatis Harta dan Tahta akan mengikuti saya. Namun jika tadi Bapak memilih HartaNa atau TahtaNa terlebih dulu, maka kami belum tentu bisa masuk secara bersama, bahkan bisa saja tidak akan pernah masuk ke dalam rumah ini, cukup hanya diwakilkan saja oleh salahsatu saudara saya ini”.

***

Cerita ringan di atas –tentunya- sangat mudah dipahami oleh siapapun. Yah, sebuah pilihan antara 3 perhiasan dunia yang akan menemani hidup manusia selama di dunia. Tetapi jelas, pilihan Cinta adalah pilihan yang bukan hanya sebagai perhisan di dunia saja, tetapi ia akan selalu mengiringi manusia hingga kelak berada dalam pusaran tanah. Dengan cinta, dua aspek kekayaan harta dunia dan kedudukan akan mengikuti secara otomatis. Ia akan menjadi lokomatif berenergi super untuk menggali harta dan juga kemuliaan keluarga dengan kedudukannya. Apalah guna kekayaan diraih dan kedudukan tercapai di puncak, jika tidak ada rasa cinta dalam sebuah keluarga, maka diyakini semuanya akan mudah terkoyakkan.

Andai di dunia ini tidak ada cinta, maka hidup akan serasa gersang, hampa dan tidak ada dinamika. Cinta bisa membuat sesuatu yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi sederhana, permusuhan menjadi perdamaian dan yang jauh menjadi dekat. Itulah gambaran kekuatan cinta. Cinta, ditilik dari sudut manapun selalu menarik untuk dibahas. Sejarah mencatat, sejumlah seniman, teolog sampai filosop membicarakan cinta dari berbagai perspektifnya baik dalam bentuk roman, puisi, syair bahkan sampai dalam bentuk tulisan ilmiah yang bernuansa teologis, psikologis ataupun sosiologis.

Filosop sekaliber Plato bahkan pernah mengatakan “Siapa yang tidak terharu oleh cinta, berarti berjalan dalam gelap gulita”. Pernyataan ini menggambarkan betapa besar perhatian Plato pada masalah cinta, sampai-sampai dia menyebut orang yang tidak tertarik untuk membicarakannya sebagai orang yang berjalan dalam kegelapan. Peranan cinta dalam kehidupan tidak diragukan lagi pentingnya. Cinta diyakini sebagai dasar dari perdamaian, keharmonisan, ketentraman, kebahagiaan bahkan kebangkitan peradaban.

Di dalam cinta ada rasa perhatian (Care), di dalam cinta ada rasa tanggungjawab (Responsibility), di dalam cinta ada saling hormat (Respect), dan juga didalamnya ada pengetahuan (knowladge), yang bisa saja tidak ditemukan di dua “tamu” asing dalam cerita tadi, harta dan tahta. Seperti halnya Rasulullah SAW bersabda “Cintai oleh mu makhluk yang ada di muka bumi, pasti Allah akan mencintaimu” (HR. Muslim). Setiap makhluk harus dicintai, bagaimana dengan keluarga yang dibangun, tentunya tak perlu didefinisikan lagi. Dan pastinya Allah akan mencintaimu, Allah SWT dzat yang memiliki kekayaan langit dan Bumi, harta dan tahta pasti akan diberikannya pula.

Love Never Isn’t, Cinta Tidak pernah tidak mengatakan tidak untuk sesuatu yang diinginkan. So, jangan pernah berhenti mencintai cinta, jika ingin memiliki kekayaan dan kedudukan di mata manusia dan Ajja Wa Zalla.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *