Dalam Genggaman
Epilog dari kisah “Trilogi” ini akan sedikit membuka siapa dan bagaimana sepak terjang sosok yang menjadi tokoh antagonis dalam cerita ini. Meski –tentunya- Anda akan masih penasaran siapa yang dimaksud, benarkah atau hanya sebatas fiktif belaka. Kenapa bisa seperti itu, kok bisa, Masya Allah gak nyangka, bejad ya!. Dan ekspresi serta pertanyaan-pertanyaan lainnya akan muncul dalam benak kita. Bahkan –tidak mustahil- pertanyaan, koq artikel semacam ini ada di website ini’ akan juga terlontar di sudut pikir Anda. Namun percayalah kompleksitas kehidupan akan tertampung oleh sebuah jalur yang kan terlangkah. Bak Al-Qur’an suci yang terdapat beragam kisah dan cerita di dalamnya, bukan hanya sebagai pedoman, tetapi juga sebagai pelajaran bagi orang-orang yang berfikir. Pun demikian dengan beragam artikel yang terdapat dalam website ini, warnanya akan dinamis jika artikel didalamnya memuat beragam kisah yang berwarna. Trilogi ini adalah persembahan cinta agar kita tidak terjerumus oleh rayu busuk fitnah seorang yang terbungkus kain kehormatan, namun justru menghancurkan image Islam tuk menjungjung tinggi martabat seorang wanita. Merokok, menghasud, memfitnah, merekayasa, menghancurkan, mengadu-domba, merusak, dan mencinta –merebut- yang jelas-jelas mustahil teraih.
Bak tulisan dan gambar dari papyrus yang terlihat sangat elok dan memiliki nilai jual tinggi, ia pawai dan pialang dalam menghembuskan ucapan sesatnya, tapi tahukah Anda Papyrus adalah jenis tanaman air yang sangat mudah ditemukan di pinggiran sungai Nil, Mesir. Jika tidak dijadikan sebagai alat seni untuk menulis atau melukis gambar-gambar sejarah Mesir kuno atau –bahkan- kaligrafi, maka tumbuhan itu sama saja dengan tumbuhan air lainnya. Tidak ada spesial dari sosok wanita ini, ia hanya pandai meliuk dalam kata tuk pengaruhi banyak orang agar ambisinya tergapai. Terutama dalam melontar fitnah atau pesan-pesan sms kepada setiap orang yang ia nilai bisa menghancurkan hamba yang di fitnahnya.
Setelah sekian lama gagal menghancurkan reputasi seorang yang sangat ia cintainya, maka perlawanan selanjutnya adalah bergabung dengan orang yang memiliki watak dan visi yang sama. Bersatu menyusun strategi tuk melampiaskan hasrat busuknya. Mengadu domba dan mengipas-ngipas orang agar melangkah bersama merobohkan kekuatan hak. Tak peduli dengan busana yang ia pakai, berjubah panjang dan berpenampilan iba (berharap orang mengasihinya) berani berteriak-teriak di keheningan malam dengan meronta-ronta. Sungguh tak peduli apa penilaian orang terhadap kemulian sosok wanita dalam Islam. Bahkan ia akan sangat marah ketika di tegur merokok –karena memang memakai jubah muslimah- yang menghancurkan image jutaan muslimah di muka Bumi, dengan asap mengepul di mulut ‘ular’-nya.
“Terdzolimi” itulah penggalan kalimat yang selalu menjadi andalannya sebagai alasan sikap bar-barnya. Seolah tidak tahu siapa yang mendzolimi dan siapa yang terdzolimi. Ibarat kata maling teriak maling. Hingga mulut berbusa pun orang hanya akan mencibir apa yang ia katakan, terkecuali bagi mereka yang memiliki watak seperti dia. Siapakah gerangan wanita antagonis dalam serial ini (?) Yang jelas –sesuai- bacaan sholat dalam tasyahud akhir, kita harus senantiasa berlindung kepada Allah SWT agar terhindar dari fitnah Dajjal.
Jika serangan dan fitnah itu usai. Maka sebagai muslim kita pun wajib menghentikan kebencian itu, meski jiwa teramat sakit oleh bisa-nya. pertempuran hanya diletuskan dalam arena laga. Jika usai maka usai sudah permasalahan itu, dan tiada kata yang teramat dahsyat selain i’m sorry goodbye.
Could be continue or not!