Lelucon Perdamaian ala Joker di Libya
Mata dunia kini terperanjat dengan aksi bar-bar dunia Barat di sebagian negeri Afrika Utara, Libya. Isu revolusi di negeri itu menjadi lahan empuk untuk dijadikan alasan membumihanguskan Negeri gudang minyak itu. Awalnya, common enemy (musuh bersama) masyarakat sipil anti pemerintah Libya dan sebagian masyarakat dunia adalah Kolonel Khadafi yang sudah 42 tahun memerintah. Efek domino gerakan rakyat anti pemerintah dari Tunisia dan Mesir ini berubah menjadi isu global yang berdarah-darah. Protes Liga Arab dan dunia International tentang penyerangan rakyat sipil oleh Khadafi, ditelan mentah-mentah oleh Amerika dan sekutunya. Atas nama demokratisasi dan hak asasi manusia, mereka menggelar operasi militer yang super bar-bar. Padahal semua orang tahu, misi serangan ratusan rudal yang banyak menewaskan rakyat sipil itu adalah kelicikan yang berhembus dari isu kesemrawutan politik di Libya. Laiknya penggulingan Saddam di Irak, mereka mengambil kesempatan hanya karena berpikir mendapat legitimasi rakyat dunia dan mandat dari resolusi PBB untuk menciptakan perdamaian di negeri itu. Saya dan pastinya Anda juga tahu persis bagaimana dagelan ini dimainkan. Orang awam sekalipun tahu bagaimana watak Sang ‘Joker’, penjahat super sadis, psikopat dan senang membunuh hanya untuk kesenangan belaka. Jika lawan Superman adalah Lex Luthor, Spiderman punya Green Goblin, maka Batman memiliki musuh hebat semacam Joker. Sayangnya, lawan Joker yang saya ceritakan diatas bukan super hero seperti Batman, melainkan Abu Nawas.
Yah, lelucon yang terjadi saat ini di Libya, Afrika Utara, saya katakan sebagai pertempuran antara Abu Nawas dengan Sang penjahat licik Joker. Semua yang terjadi sesungguhnya berawal dari masalah perut. Keserakahan dan kepentingan yang membabi buta. Masyarakat dunia dibuat meraba untuk memberikan penilaian, manakah yang benar Abu Nawas atau Joker (?) Semuanya kembali pada Anda dan masyarakat dunia bagaimana menilai dan memandang peristiwa ini.
Startegi ‘Abu Nawas’ selalu menggunakan pola “Berseteru tetapi bersekutu” dengan sang Joker yang diperankan oleh Amerika dan sekutunya. Dari jauh hari, laiknya sebagian negeri Arab, Libya kerap menjadi sekutu Amerika, namun sering juga menjadi berseteru, namun ironi-nya ‘password’ perseteruan itu senantiasa berada dalam genggamannya. Salahsatu password yang masih didekapnya adalah minyak yang melimpah ruah. Terbukti sekitar 2 persen cadangan energi dunia tersimpan di Libya. Menakjubkan bukan (?) Pantas saja jika ‘Joker’ dan sekutunya dengan gelap mata ingin segera mengambil alih kekuasaan Libya agar mudah melakukan operasi rahasinya. Terbukti dengan Irak, hingga kini masih tidak mencerminkan sebagai negeri yang mandiri.
Kecerdasan ‘Abu Nawas’ lainnya adalah mengolah massa yang pro untuk dijadikan ‘bumper’ hidup untuk menjaga singgasananya. Saya sama sekali bukan orang yang memihak ‘Abu Nawas’ terlebih Joker si penjahat sepanjang masa. Tetapi hanya ingin mengatakan bahwa selama ‘perut’ dan keserakahan menjadi prioritas, maka omong-kosong tentang demokrasi, hak asasi terlebih perdamaian dunia.
So, mari kita ‘nikmati’ suguhan panggung Abu Nawas Vs Joker, seraya menunggu Batman, Superman dan tokoh hero lainnya ikut ambil bagian.