Zero Time

Setiap orang memiliki waktu sama. Namun, tidak setiap orang memiliki kesempatan sama kala waktu berjalan. Waktu tak perlu ditunggu, karena ia kan menghampiri. Pun ditarik ulang, karena ia tak pernah kembali. Al-Waqt kas-Ashaif, (waktu bagaikan pedang), demikian pepatah Arab yang mengibaratkan waktu laiknya sebuah pedang. Jika pandai mengolah, maka ia kan bermanfaat. Tapi sebaliknya jika menyia-nyiakan, maka ia kan terhunus oleh sang waktu. Mengelola waktu yang baik, sebenarnya adalah pesan Nabi Muhammad SAW. Bagaimana menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin, adalah modal dasar dalam mengayunkan langkah yang kokoh. Tatapan kedepan disertai planning smart, menjadikan aliran darah kita bergerak menuju langkah yang mantap menghadapi sang waktu. Namun terkadang kita, -termasuk saya-, seringkali terjebak dengan apa yang abstrak. Suatu rasa yang kerap melenakkan sang waktu. Senyap dari karya, hanya termangu menyaksikan biografi kehidupan manusia-manusia sukses. Padahal waktu berputar selalu sama dengan apa yang dilakoni. Kesempatan selalu datang tak terduga, faktor kosong dari needed lah kemungkinan besar yang melanda sebagian orang tuk enggan menggunakan waktu sebaik mungkin.

Zero time, atau waktu yang kosong seringkali membuat diri tak berkutik. Terbelenggu oleh angan yang menari liuk bak dancer dalam jeruji besi. Tak hanya itu, pesan Ilahiyyah pun mengisyaratkan agar disetiap kesempatan bernafas, hindari waktu kosong yang tak bermakna. ‘Jika Engkau telah mengerjakan sesuatu, maka segeralah cari aktivitas baru’ (QS: 94:7). Dari sana, munculah sebuah spirit baru dalam mencanangkan waktu agar lebih bermakna.

Summer selalu identik dengan masa libur panjang. Kala buah hati kita merasakan aktivitas diluar sekolah. Ada baiknya, sedini mungkin kita merencanakan liburan yang sarat akan makna. Bisa menambah wawasan dengan melakukan extra kulikuler, olahraga, bercocok tanam ataupun berlibur ke desa tempat nenek dan kakeknya berada. Namun jika Anda memiliki kesempatan luas serta rizki yang lebih, ada baiknya juga mengenalkan anak-anak kita pada Sang Pencipta lebih dekat. Ibadah, ziarah dan tamasya ruhiyah di tanah suci, nampaknya bisa menjadi alternatif perjalanan positif bagi keluarga di Summer nanti. Tidak hanya menyaksikan bagaimana perjuangan Rasulullah, kita juga memiliki kesempatan besar tuk mencurahkan keluh kesah di Bumi ALLAH SWT.

Selain ke Tanah Suci, bisa juga kita mengajak keluarga untuk mengenalkan kepada mereka tentang sejarah Islam dan perkembangannya. Atau destinasi yang memiliki trip langkah-langkah para Anbiya. Jordania, Palestina, Mesir, bahkan perjalanan perdagangan orang-orang terdahulu, Dubai dan Abudhabi bisa kita jumpai dengan pemandangan yang kini jauh lebih berbeda. Dengan gemerlap Arab yang lebih modern dan canggih.

Kesempatan berharga selalu datang tak terduga, selagi nyawa dalam raga, mumpung umur belum senja, menggapai ridla Azza Wa Zalla

Related Post

Japan I’m In Love

Japan I’m In Love

Apa yang terbersit dalam benak kita saat mendengar kata “ Jepang” ? sebagian kita mungkin…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *