Meneruskan komitmen Arafah
Ada yang tak biasa terjadi di Bandara Soekarno Hatta Senin malam lalu (22/11). Malam yang beranjak pagi itu masih terlihat ramai, biasanya pukul 23.00 WIB toko dan restoran di Bandara sudah tutup, namun malam itu, beberapa dari toko masih terlihat beraktivitas. Yah, mungkin karena banyaknya schedule kepulangan jemaah haji yang mengalami keterlambatan, sehingga banyak dari keluarga jemaah yang bertahan menunggu di bandara. Kekacauan jadwal penerbangan maskapai milik BUMN itu, dijadikan lahan ‘meraup’ rezeki oleh sebagian toko dan restoran. Belum lagi pedagang asong yang berada di lahan parkir, seolah tak henti melayani ‘order’ para supir dan keluarga yang menunggu kedatangan jemaah haji. Kendati demikian, tidak sedikit penumpang dan penunggu yang kecewa dengan rasa yang hancur akibat peristiwa tersebut. Sebuah ironi yang terjadi pada maskapai sekelas Garuda. Penerbangan domistik maupun internasional mengalami penundaan bahkan pembatalan terbang. Secara langsung ataupun tidak, hal ini sangat merugikan setiap calon penumpang baik materi maupun imateri. Semoga upaya pembangunan citra oleh Garuda yang telah mendapat penghargaan sebagai World’s Most Improved Airline dari Skytrax World Airline ini tidak berdampak lanjut pada pasar yang dibidik Garuda untuk meraih Predikat maskapai Bintang 5 dunia.
Lepas dari semua itu, banyak cerita yang terjadi saat kepulangan smartHAJJ Cordova dini hari lalu. Ragam rasa berkecamuk pada setiap jemaah yang secara beruntun menuju Garbarata yang langsung disambut oleh staff Cordova. Berjalan menghampiri blokade staff yang berdiri tegak sebagai sign menuju pintu keluar hingga tempat istirahat di Lounge Saphire d’Consulate. Tempat istirahat sembari menunggu team Cordova handling seluruh bagasi jemaah.
Meski mengalami perubahan skenario akibat keterlambatan, namun tidak mengurangi semangat keluarga yang bersuka cita menanti saudaranya kembali di Tanah Air. Yang menarik adalah kesepakatan konsep acara antara Cordova dan keluarga dalam ceremony penjemputan, antara lain; mereka sepakat untuk tidak menunggu di gerbang keluarnya penumpang. Mereka juga sepakat untuk tidak menelepon, atau pun mengangkat telepon dari jemaah baru landing. Semua terkesan smartHAJJ tidak dijemput oleh pihak keluarga. Sebagai surprise, keluarga penjemput ditempatkan di lantai dua Saphire d’Consulate untuk menunggu jemaah berada di lantai satu pada tempat yang sama.
Kontan saja, begitu jemaah keluar gate, beberapa dari mereka saling melirik mencari anggota keluarganya. Ada juga yang tertangkap sibuk melihat ponsel, mencoba kontak langsung keluarganya, namun sia-sia, nomor yang dihubunginya tidak aktif atau tak terjawab. Sambil berjalan, blocking team yang berada di pintu keluar, mengarahkan jemaah menuju Saphire d’Consulate. Setiba di Saphire, barulah mereka sadar bahwa keluarganya menanti disana. Rasa lelah, hilang begitu saja terganti oleh kehangatan cinta yang berbaur pada rona kerinduan yang menggebu. Haru, sukacita dan rasa bahagia membalut pada setiap pelukan orang yang dicintainya.
Tak terpengaruh oleh waktu, meski jarum jam telah menunjuk pukul 02.30 dini hari, anak-anak menuruni tangga menuju keberadaan orangtuanya sembari memakai kaos Cordova Family yang bergambar sosok keluarga di bagian depan dan gambar wajah orangtuanya pada bagian belakang. Riang gembira, berlari menahan rasa rindu yang mereka pendam beberapa waktu. Sambil membawa trophy haji Cordova untuk diberikan pada orangtuanya, mereka mencium, memeluk dan sesekali terseguk oleh tangis kebahagiaan. Semua tenggelam pada keceriaan dan kebahagian.
Selain itu, smartHAJJ bisa menyaksikan langsung lukisan anak-anak mereka yang terpampang di frame wall dengan berbingkai rapi. Lukisan yang juga tertera harga di-bawahnya itu, adalah hasil karya anak-anak yang dilelang kepada orangtuanya saat berada di Arafah beberapa hari lalu (Baca; Wukuf Live; Connecting Care). Hasil dari pelelangan itu akan disumbangkan pada korban bencana Merapi. Walhasil, dari beberapa lukisan itu, terkumpul lebih dari 100 Juta rupiah.
Suasana hangat jelang pagi itu, entah kapan lagi kan terulang. Namun, janji Arafah kan selalu terulang dan “terngiang” pada perjalanan selanjutnya jemaah haji. Sebuah perjalanan komitmen dari Arafah yang harus selalu terpatri dalam jiwa, menjaga mabrur sampai renta, bahkan hingga menutup mata.
Keep Our Faith!