Pernah jatuh cinta? Berjuta rasanya, bukan? Cinta membuat orang melakukan apapun demi yang dicintainya. Cinta terpancar dari pasangan suami istri, orang tua kepada anaknya, juga dari mukmin kepada orang mukmin lainnya.
Cinta tertinggi adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Kaum muslimin rela mengorbankan harta dan nyawa mereka demi cinta yang hakiki. Cinta inilah yang menyebarkan peradaban Islam ke segala penjuru dunia.
Cinta kepada selain Allah dan Rasul-Nya dapat saja membutakan, memancing penghianatan, kejahatan dan keserakahan. Cinta kepada harta, tahta, keturunan, dan segenap gemerlap dunia, telah banyak meruntuhkan segenap peradaban-peradaban yang pernah ada di muka bumi. Inilah pula yang terjadi dengan pasang surutnya peradaban Muslim di Eropa.
Atas dasar cinta Ilahi, tentara muslim dibawah Tariq bin Ziyad pada tahun 711 M menyebrangi selat Gibraltar dan menaklukkan Spanyol. Satu persatu wilayah Eropa meliputi Spanyol, Portugal, dan Perancis Selatan, takluk dalam genggaman kaum Muslimin. Seluruhnya dibawah naungan Andalusia, yang merupakan bagian dari Kekhalifahan Umayyah di Damaskus.
Pada tahun 740-an, terjadi perang saudara yang menyebabkan melemahnya kekuasaan khalifah di Andalusia. Pada tahun 746, Yusuf Al Fihri memenangkan perang saudara tersebut, menjadi seorang penguasa yang tidak terikat kepada pemerintahan di Damaskus.
Pada tahun 750, Bani Abbasiyah menjatuhkan pemerintahan Umayyah di Damaskus. Tetapi pada tahun 756, pangeran Umayyah di pengasingan, Abdurrahman I berhasil melengserkan Yusuf Al Fihri. Abdurahman I bergelar Amir Cordova yang berkuasa atas wilayah Andalusia. Ia menolak untuk tunduk kepada kekhalifahan Abbasiyah. Kepemimpinan Andalusia berikutnya diwariskan kepada keturunannya dengan wilayah kekuasaan yang pasang surut. Bahkan Amir Abdullah bin Muhammad hanya menguasai wilayah Cordova saja.
Pada kepemimpinan Abdurrahman III di tahun 912, wilayah Andalusia berhasil dikuasai kembali Keamiran Cordova. ia kemudian mengangkat dirinya sebagai Khalifah pada tahun 929 sehingga keamiran ini sekarang memiliki kedudukan setara dengan kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dan kekhalifahan Syi’ah di Tunis.
Periode kekhalifahan inilah masa keemasan Andalusia. Peradaban Islam ini menerangi Eropa dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, pertanian, ekonomi, dan seni budaya. Kaum Muslim dan non-Muslim dari luar negeri berduyun-duyun belajar di berbagai perpustakaan dan universitas terkenal di Andalusia.