The Power of “Bisikan”

Selain dari buah pikir dan panggilan jiwa, biasanya sebagian orang kerap melakukan sesuatu hanya karena menerima bisikan. Baik berbentuk riil maupun bisikan yang diterima dari halusinasi atau mimpi yang diyakini sebagai bisikan ghaib. Bisikan memiliki kekuatan yang sangat dahsyat, mempengaruhi setiap keputusan besar yang akan diambil. Ia juga bisa menjadi kekuatan yang merubah paradigma massif, bahkan mengguncang dunia. Baik bisikan yang penuh makna ataupun mengundang kontroversi manusia. Bisikan dapat mempengaruhi seorang tokoh untuk berbuat tidak atas kehendaknya. Dengan bisikan pula kita bisa melihat permasalahan menjadi komplek atau sebaliknya menjadi energi postif yang maslahat. Bisikan bak senjata, ia terkendali oleh orang dibelakangnya. Bisik-bisik tetangga, akan menjadi muara gosip liar diantara kehidupan masyarakat. Memandang permasalahan melalui ‘bisikan’ akan menjadi sangat subjektif, karena ia terhembus oleh bisikan yang tidak selamanya benar. Dalam ranah politik, bisikan adalah bahasa lain dari lobby, atau negosiasi. Bisikan dapat membulatkan sikap yang pada awalnya terpecah. Betapa hebatnya efek dan buah dari bisikan, ia bisa menciptakan letupan-letupan yang tak terduga sebelumnya.

Seperti ungkapan klasik, jika berteman dengan tukang minyak wangi, maka ia akan ikut semerbak karena bau wanginya. Bisikan pun demikian, ia menjadi salahsatu faktor penentu dalam membisikkan seseorang menjadi ‘sesuatu’ yang dibisikannya. Bagaimana dan siapa pembisik dibelakangnya menjadi sangat kental dengan sikap dan pendapat yang dilontarkannya. Seorang suami misalnya, memiliki pembisik setia disampingnya, yakni istri dan anak. Demikian juga dengan kepresidenan, ia memiliki pembisik yang siap memberikan bisikan untuk kebijakan-kebijakannya.

Tetapi dalam Islam bisikan itu adalah pengaruh yang muncul di dalam hati manusia, ia menjadi pendorong untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dalam kaitan ini, bisikan terbagi pada empat macam; Pertama, adalah suatu bisikan yang datang dari Allah SWT. Dalam hati manusia sebagai bisikan awal dan mendasar dalam jiwa setiap manusia. Kedua, adalah bisikan yang relavan dengan watak manusia, atau disebut dengan ‘Nafs’ (jiwa). Ketiga, adalah bisikan yang terdorong oleh ajakan syetan, yang juga disebut ‘was-was’ (perasaan ragu-ragu). Terakhir, adalah bisikan yang juga datang dari Allah SWT yang disebut dengan al-Ilham.

Dengan bisikan, manusia dapat memiliki sifat ‘Malaikat’, tetapi dengan bisikan pula, manusia berpotensi memiliki sifat ‘Syetan’. Semuanya dapat terlihat dari buah bisikan itu, jika memiliki energi positif, maka bisikan itu bersumber dari Al-Khatir (Dzat Pembisik) yakni Allah SWT. Pun sebaliknya, jika bisikan itu ber-energi negatif, maka dapat dipastikan itu bersumber dari Syetan sebagai Panglima penghembus keragu-raguan.

So, jika ada hembusan dalam hati tuk segera mendekap cinta di Tanah Suci, berumrah atau berhaji, yakinlah bahwa itu bisikan dari Allah SWT. Sebaliknya jika terdapat penolakan dengan beragam alasan duniawi, maka bisa dipastikan itu semua berawal dari hembusan syetan yang membisikkan hati.

Related Post

Cinta Sederhana

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *