The History of Istiqlal

Tahukah Anda, hari ini 24 Agustus, tepat 50 tahun yang silam adalah momen diawalinya pendirian Masjid Istiqlal yang kini menjadi kebanggan Jakarta dan Indonesia. Ide awal pendirian Masjid Istiqlal bermula pada tahun 1953 dari beberapa tokoh antara lain KH. Wahid Hasyim (Menag RI pertama), H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan serta beberapa ulama lainnya yang ingin mendirikan sebuah masjid megah yang akan menjadi kebanggan warga Jakarta khususnya sebagai Ibukota dan juga rakyat Indonesia secara keseluruhan. Maka kemudian dibentuklah Yayasan Masjid Istiqlal pada 7 Desember 1954. Nama Istiqlal sendiri diambil dari bahasa Arab yang artinya Merdeka, dipilih sebagai simbol dari rasa syukur bangsa Indonesia atas kemerdekaan yang diberikan oleh Allah SWT. Presiden Soekarno menyambut baik ide tersebut dan mendukung berdirinya Yayasan Masjid Istiqlal dan selanjutnya membentuk Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal.

Saat penentuan lokasi masjid, sempat timbul perdebatan antara Bung Karno dan Bung Hatta. Bung Karno mengusulkan lokasi di atas bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dengan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Van Den Bosch pada tahun 1834 yang terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral dan Jalan Veteran. Sementara Bung Hatta mengusulkan lokasi pembangunan masjid terletak di tengah-tengah umatnya yaitu di Jalan Thamrin yang pada saat itu disekitarnya banyak dikelilingi kampung, selain itu ia juga menganggap pembongkaran benteng Belanda tersebut akan memakan dana yang tidak sedikit. Namun akhirnya Bung Karno memutuskan untuk membangun masjid di lahan bekas benteng Belanda, karena di seberangnya telah berdiri gereja Kathedral dengan tujuan untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.

Kemudian pada tahun 1955 Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal mengadakan sayembara rancangan gambar arsitektur masjid Istiqlal. Dewan Juri diketuai oleh Presiden Soekarno. Bagi pemenang disediakan hadiah berupa uang sebesar Rp. 75.000; serta emas murni seberat 75 gram. Sebanyak 27 peserta mengikuti sayembara mengirimkan rancangannya, namun akhirnya dipilih 5 peserta yang memenuhi syarat : 1. F. Silaban dengan rancangannya “Ketuhanan”, 2. R. Oetoyo dengan rancangannya “Istighfar”, 3. Hans Groenewegen dengan rancangannya “Salam”, 4. Mahasiswa ITB (5 orang) rancangannya “Ilham 5”, 5. Mahasiswa ITB (3 orang) rancangannya “Chatulistiwa”.

Setelah proses penjurian yang panjang dengan mempelajari rancangan arsitektur beserta makna yang terkandung didalamnya berdasarkan gagasan para peserta maka pada 5 Juli 1955, Dewan Juri memutuskan desain rancangan dengan judul “Ketuhanan” karya Frederich Silaban dipilih sebagai pemenang model dari Masjid Istiqlal. Frederich Silaban adalah seorang arsitek beragama Kristen kelahiran Bonandolok Sumatera, 16 Desember 1912, anak dari pasangan suami istri Jonas Silaban Nariaboru. Ia adalah salah satu lulusan terbaik dari Academie van Bouwkunst Amsterdam tahun 1950. Selain membuat desain masjid Istiqlal ia juga merancang kompleks Gelanggang Olahraga Senayan. Untuk menyempurnakan rancangan Masjid Istiqlal, F. Silaban mempelajari tata cara dan aturan kaum muslim melaksanakan shalat dan berdoa selama kurang lebih 3 bulan. Selain itu ia juga mempelajari banyak pustaka mengenai masjid-masjid di dunia.

Taman Wilhelmina di depan Lapangan Banteng saat itu dikenal sepi, gelap, kotor dan tak terurus. Tembok-tembok bekas bangunan benteng Frederik Hendrik dipenuhi lumut dan rumput ilalang dimana-mana. Pada tahun 1960, dikerahkanlah ribuan orang yang berasal dari berbagai kalangan masyarakat, pegawai negeri, swasta, alim ulama dan ABRI bekerja bakti membersihkan taman tak terurus di bekas benteng itu.

Dan tepat dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, pada 24 Agustus 1961 dan masih dalam suasana perayaan kemerdekaan RI, dilaksanakanlah pemancangan tiang pertama Masjid Istiqlal oleh Presiden Soekarno.

Proses Panjang Pembangunan Masjid Istiqlal

Seiring dengan iklim politik dalam negeri yang cukup memanas pada waktu itu, proyek ambisius ini tersendat-sendat pembangunannya, karena berbarengan dengan pembangunan monumen lain seperti Gelora Senayan, Monumen Nasional, dan berbagai proyek mercusuar lainnya. Hingga pertengahan tahun ’60-an proyek Masjid Istiqlal terganggu penyelesaiannya. Puncaknya ketika meletus peristiwa G 30 S/PKI tahun ’65-’66, pembangunan Masjid Istiqlal bahkan terhenti sama sekali.

Barulah ketika Himpunan Seniman Budayawan Islam memperingati miladnya yang ke-20, sejumlah tokoh, ulama dan pejabat negara tergugah untuk melanjutkan pembangunan Masjid Istiqlal. Dipelopori oleh Menteri Agama KH. M. Dahlan upaya penggalangan dana mewujudkan fisik masjid digencarkan kembali. Semula pembangunan masjid direncanakan memakan waktu selama 45 tahun namun dalam pelaksanaannya ternyata jauh lebih cepat. Bangunan utama dapat selesai dalam waktu 6 tahun tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1967 sudah dapat digunakan yang ditandai dengan berkumandangnya adzan Maghrib yang pertama.

Secara keseluruhan pembangunan masjid Istiqlal diselesaikan dalam kurun waktu 17 tahun. Peresmiannya dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978. Kurun waktu pembangunannya telah melewati dua periode masa kepemimpinan yaitu Orde Lama dan Orde Baru

Semoga Masjid Istiqlal terus menjadi kebanggaan umat, seiring dengan semakin semaraknya kegiatan ke-Islam-an di dalamya. Amiin.

(Dari Berbagai Sumber)

Related Post

One Comment

  • KITA patut bersyukur sekaligus berbangga atas terbangunnya Masjid Istiqlal di tengah-2 Ibu Kota Negara kita. Namun, ada sedikit uneg-2 yg perlu saya sampaikan ketika terakhir kali berkunjung ke sana. Yang berupa pertanyaan-2. Petama, mengapa pd waktu ORBA Masjid sangat ramai dgn anak-2 yg sedang mengaji ketika sore hari, sekarang kelihatan sepi ? Kok yg ada malah latihan marching band yg semestinya di Monas. Kedua, mengapa pembukaan Masjid jam 04.30 tdk 03.00 ? Kegiatan ibadah tengah malam terasa mepet & tergasa-2 karena sebentar lagi subuh. Terima kasih & kurang lebihnya mohon ma’af. M. Mathori Munawar Pekalongan.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *