Tulisan ini bukan kisah tentang penghakiman pada kesalahan orang, atau penghukuman atas apa yang terjadi. Tanpa mencari kambing hitam tuk disalahkan, saya benar merasa telah banyak masyarakat kita -termasuk saya tentunya- terperangkap pada rutinitas hidup yang serba ‘cuek’ guna sukses tuk mengoptimalkan eksistensi diri. Terjebak pada budaya cuek, akhirnya lahir pribadi-pribadi yang hidup lebih mementingkan diri sendiri. Memperton-tonkan ke-Aku-annya, agar penilaian orang lebih terfokus pada ‘make up’ penampilannya. Merasa super ketika mendapat award, merasa bangga saat mencipta karya, tetapi lupa bagaimana award dan karya itu tercipta. Hidup dengan dunianya sendiri, tak pernah gundah saat kawan dirundung masalah, tak pernah peduli dengan lingkungan sekitar. Dalam pikirannya hanya satu “Bagaimana aku bisa mengerjakan tugasku”, lebih spesifik “Bagaimana aku mendapatkan hasil dari kerjaanku” titik. Flat, dan tak fleksibel. Semuanya hanya dipandang pada kapasitas diri, bahkan cenderung mengurung dari kemampuan diluar track-nya.
Masih dan terus mengiang dalam benak saya, sebuah ungkapan indah dari sosok “Hidden Person”, bahwa kepedulian akan semakin subur, jika kita selalu menanamkan dalam pikiran bahwa kita adalah orang yang sangat peduli. Dalam bentuk apapun, peduli menjadi sumber energi yang kan membawa lokomotif kebajikan. Memupuk empati, yakni peka serta memahami situasi dan kondisi orang adalah bagian peduli yang sangat kental terasa. Buah dari kepedulian adalah sikap perhatian. Dan perhatian –tentunya- memiliki banyak segi. Mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang terjadi, berkumpul bersama orang-orang peduli, merasakan bukti-bukti jelas yang mengelilingi manusia, menyadari kekurangan adalah sejumlah sikap dari seseorang yang memiliki rasa peduli.
Dikisahkan dalam Al-Qur’an, Nabi Musa As. Dengan smart memberikan contoh sikap peduli bahkan terhadap api yang membara sekalipun. Nabi Musa mengenali keberadaan api lebih dulu sebelum orang lain tiba di tempat itu, serta menyadari bahwa tempat itulah yang dipilih untuk menerima perintah dari Allah SWT.
Banyak tentunya contoh bagaimana seorang yang sukses hanya karena perduli dengan segala aspek yang meliputi hidupnya. Baik dirinya sendiri, keluarga, teman kerja, lingkungan sekitar, dan seribu satu masalah yang dihadapinya. Rasa peduli menciptakan kemuliaan sikapnya. Bahkan dalam hadist shahih, Rasulullah memuji seseorang yang memiliki sifat peduli sekecil apapun.
Abu Hurairah r.a, ia berkata: “Rasulullah bersabda, ketika seseorang berjalan di suatu jalan, tiba-tiba ia melihat dahan berduri ditengah jalan, maka ia singkirkan, maka Allah memuji perbuatannya dan mengampuni dosanya ( H.R. Bukhari Muslim).