Scientist Zone (Part 3)

Waktu Saya dan Anda Beda!

Sebelum kita meneruskan pembahasan tentang sinkronisasi ilmu pengetahuan modern dengan Al-Qur’an, ada baiknya saya menjelaskan kenapa situs ini menempatkan artikel “Science” diantara rutinitas ‘menu’ haji dan umrah. Selain karena kandungan dalam ibadah suci (haji dan umrah) diatas, sarat dengan unsur pengetahuan yang meliputi semua aspek kehidupan manusia, Cordova juga konsen menelusuri ilmu pengetahuan modern dalam mengungkap keajaiban Al-Qur’an yang jauh terlebih dulu mengkabarkan fenomena alam dari para scientist modern. Itu karenanya program smartUMRAH Scientist Edition yang diluncurkan dua tahun lalu, untuk memberikan ruang bagi jemaah umrah -selain melaksanakan ibadah- juga untuk sedikit banyak memahami fenomena alam yang terjadi sesuai dengan Al-Qur’an dan sintesis para scientist langsung ditempatnya. Baiklah, untuk kesempatan kali ini, kita akan membahas masalah waktu. Jika kita memperhatikan teori yang dikemukakan oleh Albert Einstein, tentang relativitas waktu, pada awal abad ke-20. Maka secara ilmiah telah terbukti bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan, atau secara gamblang ia menjelaskan bahwa waktu untuk benda-benda yang bergerak dengan kecepatan berbeda, memiliki perbedaan waktu. Dalam sejarah manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya. Namun Al-Qur’an telah mengabarkan jauh sebelumnya “Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu.” (QS. 22:47).

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. 32:5).

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (QS. 70:4)

Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang lama:
“Allah bertanya: ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab: ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman: ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, jika kamu sesungguhnya mengetahui’.” (QS. 23:122-114).

Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur’an, yang mulai diturunkan pada tahun 610 M. Jauh sebelum Einstein hidup.

Menurut kalkulasi matematika, jika seorang astronot terbang menggunakan pesawat ruang angkasa yang mencapai kecepatan 0.999 kali kecepatan cahaya, maka 10 bulan bagi sang astronot sama dengan 18 tahun bagi manusia dibumi. So, jika waktu berangkat istri sang astronot pulang dari perjalanannya selama 10 bulan, maka ia dapati anak perempuannya telah menjadi gadis remaja berumur 18 tahun.

Tetapi, jika boleh saya ber-argumentasi, bahwa perbedaan waktu yang dimaksud adalah waktu yang bersifat psikologis. Seperti halnya ketika Einstein ditanya mengenai relaktivitas waktu, ia menyatakan. “Ketika Anda duduk berduaan dengan gadis cantik, waktu sejam akan terasa semenit, tetapi bila Anda duduk di atas kompor panas maka semenit akan terasa sejam lamanya. Itulah relativitas.”

Dari gambaran diatas, kita sadar bahwa ada perbedaan antara waktu fisik dan psikologis. Seperti halnya ketika Rasulullah SAW hendak melaksanakan perjalanan Isra dan Mi’raj-nya. Malaikat Jibril membersihkan segala partikel “kasar” dalam tubuh Rasulullah (sebagai manusia biasa) yang tak mampu menembus relung waktu pada putaran alam Malakut. Ini diluar waktu relaktivitas, karena beliau melakukan Isra dan Mi’raj atas kekuasan Allah SWT yang mengangkatnya menuju Arsy dengan ruh dan fisiknya sebagai manusia.

Perbedaan waktu fisik dan psikologis yang dimaksud Al-Qur’an diatas sesuai dengan perhitungan ilmu astronomi yang menyatakan perbedaan kecepatan putaran antara manusia di bumi dengan waktu yang berada diatas lapisan tujuh langit.

Waktu saya dan Anda sebenarnya sama, namun optimalisasi pemanfaatan waktu itulah yang akan membedakan kita di dunia, bahkan dihadapan Rabb Maha Kuasa.

Related Post

Cinta Sederhana

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *