Dari dulu hingga kini, -sesungguhnya- pengaruh adalah awal dari kebangkitan sebuah peradaban. Siapa yang lebih mempengaruhi, maka dia lah yang akan berhasil mencipta suatu kekuatan. Baik pengaruh positif ataupun negatif. Dalam strategi perang, pengaruh biasanya terletak pada komandan perang yang menghembuskan motivasi pada setiap pasukannya, agar terpengaruh untuk mencapai cita-nya, yakni kemenangan. Seseorang yang berpengaruh tidak selamanya harus menjadi yang terkenal. Ia bisa cukup dan mensyukuri hanya melihat orang yang dipengaruhinya mendapat segalanya. Baik ketenaran ataupun penghargaan dari semua orang. Jiwa sang pengaruh selalu puas dengan melihat itu, kendati dirinya kerap –hanya- menyaksikan gemerlapnya ‘kemenangan’ hasil dari pengaruhnya. Bukankah seorang Presiden sekali pun, -tentunya- memiliki orang yang sangat berpengaruh dibelakangnya, yang berjuang dan menjadikannya duduk dalam tahta yang tertinggi.
Pun demikian dalam sebuah cerita yang sangat menggugah rasa di bawah ini, cerita yang bisa membuat kita untuk tidak menganggap remeh orang dibelakang layar, orang yang seolah tak tampak dalam permukaan, namun justru ia lah otak dari ‘kemenangan’ itu. Kisah yang masyhur tentang penaklukan gunung Everest. Pendaki pertama kali dalam menaklukan gunung tertinggi di dunia itu. Namanya Hillary, ia mengimpikan untuk menjadi manusia pertama menjejakkan kaki di puncak Everest. Setelah berkali-kali gagal, namun ia tidak putus asa.
Hari itu 29 Mei 1953. Hillary hampir pasti akan berada di puncak Everest. Seluruh pemberitaan di Asia, pada saat itu, fokus kepada Hillary, mengalahkan gejolak dan isu yang di seantero Asia. Tinggal 20 meter lagi. Tampak yang mendekati puncak tinggal dua orang, yaitu Hillary dan seorang pengangkut barang, biasa disebut sherpa, Tenzing Norgay namanya. Posisi Tenzing lebih di atas, dan Hillary 10 meter di bawahnya. Dengan posisi ini, kemungkinan yang akan menjadi manusia pertama mencapai puncak Everest adalah si pengangkut barang itu, yakni Tenzing.
Sepuluh meter terakhir. Waktu setempat menunjukkan 11.25. Terlihat Tenzing menahan langkah. Ia perlahan-lahan bergeser ke kiri, dan Hillary meneruskan langkahnya. Pada lima meter terakhir Tenzing berhenti. Sedangkan Hillary melanjutkan dakiannya hingga mencapai puncak Everest. Ia kemudian tercatat menjadi manusia pertama yang berhasil mencapai puncak tertinggi di dunia.
Mengapa Tenzing berhenti (?) Bukankah kalau ia mau, bisa saja ia yang akan mencapai puncak tertinggi kali pertama (?) Para reporter mengerumuni Hillary ketika berada di basecamp dasar. Tapi seorang reporter yang jeli, justru mewawancarai Tenzing sang pengangkut barang.
Sang reporter bertanya, “Mengapa Anda mempersilakan Hillary mencapai puncak lebih dulu (?) Bukankah Anda di posisi mendekati puncak (?)” Tenzing dengan tenang menjawab pertanyaan reporter itu, “Impian Hillary adalah menjadi manusia pertama mencapai puncak Everest. Impian saya adalah membantunya menjadi manusia pertama mencapai puncak Everest…..”.
Tenzing adalah sang pengaruh yang telah memberikan pengaruhnya pada Hillary untuk menjadi orang pertama dalam menginjakkan kaki pertama di puncak tertinggi. Namun ia sangat bahagia akan apa yang ia lakukan, kendati segala penghargaan di raih oleh Hillary. Mari bersama belajar untuk menjadi manusia yang bisa mengolah ego tuk membangun team yang sangat solid.