Mabrur Impact

Menjadi haji mabrur adalah idaman setiap insan yang pergi ke tanah suci. Puluhan hingga ratusan juta rupiah, rela dihabiskan untuk ongkos haji. Berpisah dengan sanak saudara, tak menyurutkan semangat untuk menjadi tamu-Nya. Tak akan ada yang dapat menghentikan langkah calon jemaah haji kecuali atas kehendak Allah SWT. Meski raga rapuh, sakit tak kunjung sembuh, hingga usia yang tak lagi muda, tak kan memadamkan semangat untuk menyempurnakan rukun Islam. Jutaan do’a dan harapan dipanjatkan di tanah suci. Terukir janji untuk menjadi muslim sejati disertai Itikad agar dosa tak terulangi. Kala kaki tersandung, atau badan terjatuh bahkan roboh karena tersenggol orang, hanya istighfar yang terucap dari lisan sang jemaah. Sebuah sikap yang sulit ditemukan di luar tanah Haram.

Sang Direktur yang selama ini dikenal otoriter, Sang majikan yang dahulu dikenal judes, sekejap berubah menjadi sosok penuh senyum, penebar salam kepada siapa saja dan dimana saja. Kiranya sapaan “Assalamualaikum, how are you, brother !” dari seorang berkulit hitam legam yang ramah menjadi sebabnya yang tak terlupakan.

Semua terbawa atmosfer peradaban yang telah dibina Rasulullah SAW sebagaimana sabdanya,

“(Hendaklah) orang yang muda memberi salam kepada yang tua, yang berjalan kepada yang duduk, yang sedikit kepada yang banyak”. (HR. Bukhari)

“(Hendaklah) orang yang naik kendaraan memberi salam kepada orang yang berjalan kaki, (sedangkan) orang yang berjalan kaki memberi salam kepada orang yang duduk, dan kelompok yang sedikit memberi salam kepada yang banyak”. [HR. Bukhari)

Seandainya suasana ini terbawa hingga tanah air. Jemaah haji yang menjadi layaknya cahaya yang menyinari sekitarnya. Di rumah, di masyarakat, dan di kantor. Menyinari masyarakat yang sudah kental dengan anarkisme. Masyarakat yang marak dengan perkelahian antar kampung, antar pelajar, dan antar mahasiswa. Sedemikian parah hingga membunuh manusia bahkan saudaranya sesama muslim. Padahal nyawa manusia terlebih seorang muslim sangatlah dilindungi dalam Islam.

Hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim (HR. An-Nasa’i)

Jika terjadi saling membunuh antara dua orang muslim maka yang membunuh dan yang terbunuh keduanya masuk neraka. Para sahabat bertanya, “Itu untuk si pembunuh, lalu bagaimana tentang yang terbunuh?” Nabi Saw menjawab, “Yang terbunuh juga berusaha membunuh kawannya.” (HR. Bukhari)

Tanpa bermaksud membuat jemaah haji menjadi sulit tidur karena memikirkan sedemikan berat beban yang dipikul, tapi selayaknya ada aksi yang bisa dilakukan. Memulai dari diri sendiri (ibda binafsika), memulainya sekarang. Serta mendo’akan kedamaian dan kesejahteraan bagi Bangsa Indonesia dalam kekhusyu’an ibadah haji kita.

Related Post

Bulan Terbelah

Dalam kitab Bukhari dan Muslim juga dalam kitab-kitab hadits yang terkenal lainnya, diriwayatkan bahwa sebelum…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *