Kamu Tak Akan Pernah Bisa Umrah dan Haji

Kamu Tak Akan Pernah Bisa Umrah dan Haji

“Datang ya, Fik! Aku minta doanya.” Ucap Arief sembari menyerahkan selembar kertas kepadaku. Kubuka kertas yang diberikan olehnya dan mulai membacanya. Masya Allah ternyata Arief memberikan undangan tasyakuran keberangkatan Haji atas diri dan ibunya. Aku benar-benar takjub dengan rekan kerjaku ini. Di usianya yang masih muda dia sudah punya tujuan ibadah yang begitu mulia. Banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam diri karena tiba-tiba saja dia memberikan undangan ini.

“Rief, sejak kapan kamu daftar Haji?” Tanyaku saat jam makan siang. Entah kenapa rasa-rasanya aku ingin sekali mengetahui perihal keberangkatannya ke Tanah Suci.

“Dari lima tahun yang lalu, Fikri. Awalnya ibuku yang daftar sendirian karena kan bapakku sudah lama berpulang. Terus aku kepikiran untuk nemenin ibu beribadah ke sana. Mumpung aku masih muda juga, aku ingin banget ngelaksanain kewajiban itu. Meski sebelumnya aku nggak tahu kapan bisa berangkatnya. Ternyata Allah Sang Maha Pengasih panggil kami lebih cepat dari waktu yang seharusnya.” Ujar Arief memulai cerita. Dengan serius dan saksama aku mendengarkannya.

Masya Allah, aku salut sama kamu Rief. Masih muda tapi sudah berpikir ke sana. Aku harus banyak-banyak belajar dan berkaca padamu nih.” Ungkapku takjub dengan jalan berpikirnya.

“Sebenarnya ini bagian dari pembuktian atas kebesaran Allah yang kurasakan, Fik.” Ujar Arief sambil tersenyum.

“Maksudnya?” Ujarku tidak paham. Sejenak, Arief menyeruput minumannya. Lalu mulailah dia berkisah.

Niat

“Dulu aku pernah ikut kajian. Dalam kajian itu ustadnya bilang kalau kamu semua tidak akan pernah bisa Umrah ataupun Haji kepada para jamaahnya. Di situ aku lama mikir apa maksudnya beliau bicara kaya gitu. Sampai pada titik beliau menjelaskan bahwa kita semua memang nggak akan mungkin bisa ngelaksanain ibadah tersebut tanpa adanya satu hal, yakni niat. Niatan pergi ke Baitullah untuk memenuhi kewajiban itu. Sederhana bangetkan?” Jelas Arief dan aku pun mulai tersadarkan apa maksud dari kisahnya ini. Ucapan Arief ini seolah menohok diriku karena memang sampai detik ini tak pernah terbersit dalam diriku memiliki niatan untuk melaksanakan Haji ataupun Umrah.

“Fik, nggak tahu kenapa sejak itu aku punya niatan dan tujuan untuk ngelaksanain Haji tentu dengan harapan agar Allah ridho padaku. Meski saat itu aku masih muda karena masih duduk di bangku kuliah. Pokoknya gimana caranya aku berusaha ngewujudin niatan itu dengan sungguh-sungguh. Aku cuma ingin ngebuktiin apakah benar kalau kita punya niatan ke sana akan Allah mudahkan, mampukan dan beri jalan. Dan ternyata apa yang ustadz itu katakan benar, lho.” Jelas Arief menjeda kisahnya yang semakin membuatku penasaran.

“Kamu tahu sendirilah jadi mahasiswa semester akhir itu keperluannya banyak. Tapi, aku selalu konsisten nyisihkan sebagian uang untuk buka tabungan Haji. Bersama kesulitan selalu ada kemudahan* itu firman Allah yang selalu jadi penyemangat diri. Kesulitan dan kemudahan itu datangnya selalu bersamaan, Fik. Di saat aku butuh banyak uang untuk biaya skripsi dan ngisi tabungan Haji di saat itulah Allah kasih kemudahan dengan caranya yang begitu elegan. Dari mulai aku dapat kerjaan sebelum skripsiku selesai, dapat voucer potongan biaya Haji, sampai aku dapat hadiah menang beberapa lomba penulisan ilmiah. Nah, hadiah yang berupa uang langsung aku alokasikan untuk tabungan Hajiku dan juga ibu.” Jelas Arief berapi-api.

Masya Allah, aku sampai merinding. Apa nggak pernah kamu tergoda untuk mengurungkan niat itu?”

“Pernahlah, Fik. Manusiawi sekali kalau niatan yang kita punya bisa goyah apalagi kalau lagi ditimpa masalah. Tapi, di saat goyah kaya gitu aku lurusin niat dan mikir lagi. Untuk apa sih semua ini aku lakuin. Balik lagi ke tujuan hidup di muka bumi ini untuk apa dan lama kelamaan kegoyahan itu hilang. Balik lagi ke niat awal. Niat yang lurus semata-mata untuk mencari ridhonya Allah. Niatkan, usahakan, doakan dan semuanya kelak akan berbuah manis. Dan keberangkatan ini jadi buah yang kupetik atas niat dan kesungguhanku selama ini.” Jelas Arief panjang lebar. Sungguh penjelasan rekan kerjaku kali ini benar-benar membuatku sadar dan membuka pandanganku lebih luas lagi. Dan sayup-sayup niatan untuk menjejaki Baitullah mulai tertanam dalam hatiku. Ada rindu yang berdesir menuju padaNya.

Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan RasulNya maka ia akan mendapat pahala hijrah menuju Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin diperolehnya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka ia mendapatkan hal sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim). Sudahkah kita memiliki niat untuk melaksanakan kewajiban Umrah dan berHaji?

*) Arti surat Al-Insyirah ayat 5 dan 6

 

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *