Kita sering mendengar ungkapan ‘Jangan Saling Mendahului…”, baik dalam lingkup normatif birokrasi, atau dalam peraturan lalulintas, bahkan sering juga kita lihat tulisan besar-besar dibelakang bus antar kota misalnya. Atau dibelakang truk-truk besar, selain tulisan-tulisan unik, lucu dan menggelitik seperti; ‘Sesama kendaraan umum jangan saling mendahului’, ‘Pergi karena tugas, pulang karena beras’, atau ‘The me anak is 3 (demi anak istri –maksudnya-)’ dan lain-lain. Pesan-pesan lugas yang terpampang didepan mata kita itu, terkadang membuat kita tersenyum lucu. Message-nya sampai, namun hanya selintas dalam benak kita. Selanjutnya akan hilang dan lenyap dalam fokus pikiran kita. Tetapi, message yang dimaksud tema diatas akan selalu ada dalam ‘naskah suci’, kendati nyaris hampa dalam aplikasi. Yah ‘Harap Saling Mendahului’ atau antonim dari tulisan-tulisan besar di belakang truk ‘Jangan saling mendahului’ adalah sebuah pesan dari agama untuk saling mendahului dalam kebajikan. Jika ‘berlomba dalam kebaikan’ adalah sebuah bentuk motivasi untuk melakukan kebaikan, maka ‘mendahului kebaikan’ yang akan dikerjakan adalah sebuah gerbang menuju jalur kebaikan yang lebih besar.
Untuk meringankan bahasan diatas, mari kita ber-anologi. Misalnya, ketika kaki mulai melangkah untuk mengais rezeki, maka sebelum kita mendapatkan rezeki dari hasil pekerjaan tersebut, kita terlebih dulu mendahulukan amalan yang akan memberkahi rezeki kita nanti. Amalan itu adalah sedekah. Sedekah adalah suatu ‘gerbang’ menuju samudra rezeki yang penuh berkah. Kongkritnya, sebelum menerima, kita memberi terlebih dulu. Niscaya, selain mendapatkan rezeki yang lebih dahsyat, apa yang akan kita kerjakan pun terasa mudah dan ringan.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh Ra. Berkata: Seseorang datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya” (?) Beliau bersabda; “Engkau bersedekah dalam keadaan sehat, dan sangat membutuhkannya, dan berangan-angan menjadi kaya. Janganlah menunda-nunda sedekah. Sehingga jika ajal telah sampai ke kerongkongan engkau berkata, ‘untuk si fulan sekian, untuk si fulan sekian’.padahal hakikatnya memang harta itu untuk si fulan.”
Filosopi ‘memberi’ makhluk (manusia) dan Kholik (ALLAH) sangat berbeda. Ketika kita sering meminta kepada manusia, satu-dua kali akan biasa, namun jika terlalu sering maka ia akan sangat membencinya. Berbeda dengan ALLAH SWT, semakin sering dipinta, DIA akan semakin mendekap, tetapi semakin jarang meminta dan memohon, maka DIA akan semakin menjauhinya. ‘Gerbang’ menuju permohonan dan permintaan kita kepada ALLAH itulah yang diidentikan dengan sedekah.
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada ALLAH, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan ALLAH), maka ALLAH akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan ganda yang banyak. Dan ALLAH-lah Yang menyempitkan serta melapangkan (rezeki). Dan kepada-NYA lah kamu dikembalikan” (QS: Al-Baqarah :245).
So’ dahului-lah pekerjaan kita dengan sedekah!