Case Analysis
Awalnya saya sedikit ragu untuk mempostingkan artikel ini, karena jelas opini dalam artikel sebelumnya mengenai Abu Nawas Vs Joker akan sangat termentahkan oleh analisis ini yang mungkin saja salah total. Jika pada artikel sebelumnya, saya terkesan menempatkan kedua pihak itu berada pada pos yang saling bertentangan (menghujat Joker dan Abu Nawas), tetapi pada kolom ini saya menempatkan mereka justru pada satu poros yang saling menguntungkan antara keduanya. Dalam artian sandiwara berdarah ini di rekayasa oleh kedua belah pihak yang saling ‘menguntungkan’ yakni Khadafi dan pasukan ‘Joker’ beserta sekutunya. Yah, saya namakan strategi ini dengan ‘Double Impact’, dampak ganda. Dampak yang membuat dua keuntungan bagi Agresor maupun Khadafi Sang Pemimpin negeri. Tidak menutup mata, tentunya analisis ini terkesan kontroversi juga bisa termentahkan oleh fakta dan analisis lainnya. Saya hanya berfikir ada semacam kontradiksi atau keganjilan dalam peristiwa berdarah ini. Garis merah yang sedikit saja dirasakan tampak pada apa yang terjadi saat ini di Libya. Tentunya, -sekali lagi- ini hanya sebatas analisis yang boleh jadi benar juga bisa saja salah.
Baiklah, saya mencoba menguraikan bagaimana sandiwara ‘Double Impact’ itu yang saya fikir cukup untuk menguatkan data mengenai analisis ini. Seperti yang dunia ketahui bahwa Libya adalah salahsatu negeri yang memiliki cadangan minyak dan gas terbesar di dunia. Sehingga banyak negara yang menjadi sekutu terutama dalam perdagangan minyak dan gas bersama Libya. Terbukti 85 persen minyak bumi Libya ternyata di ekspor ke negara-negara di Eropa. Tetapi kondisi riil saat ini, beberapa negara di Eropa terbelit kesulitan ekonomi global, lalu jika Khadafi lengser dari pucuk pimpinan, sehingga diambil alih oleh kelompok Islam garis keras, maka dapat dipastikan imbasnya dari kebijakan mereka –yang sejak dulu- menentang dunia Barat- akan langsung terasa pada sendi perekonomian Barat, yaitu menghentikan ekspor minyak dari Libya. Maka hal itu akan semakin menyengsarakan mereka. Wal-hasil dengan daya upaya, negara-negara Agresor itu akan mempertahankan Khadafi sebagai presiden Libya seumur hidupnya.
Lalu, kenapa jika ingin mengamankan posisi Khadafi, mereka dengan sangat antusias membombardir Khadafi beserta pasukan yang loyal terhadapnya (?) Ingat standar ganda yang dimainkan oleh Khadafi, terlepas dari bar-bar dan wataknya yang keras, Khadafi adalah seorang pemimpin yang cerdik, keluar dari liga Arab namun berseteru secara ‘silent’ dengan dunia barat. Gejolak revolusi yang menghembus negeri itu sebelumnya, nyaris membuat Khadafi terpojok, terhempas dari rakyatnya sendiri, dan hampir terusir dari negerinya sendiri. Sehingga dengan kesadisannya, khadafi mempertontonkan pada dunia dengan membunuh masal rakyatnya sendiri yang kontra atas kepemimpinannya.
Buah dari pembunuhan sadis –yang menurut Khadafi- adalah memerangi kelompok ‘terosisme’ Al-Qaida itu menghasilkan resolusi PBB untuk mengintervensi Libya agar tercipta sebuah perdamaian. Dunia mengecam Khadafi atas aksi brutalnya, gelombang hujatan pun mengalir deras bukan hanya dalam negerinya, tetapi semua dunia mengecam Khadafi sang Pembunuh rakyatnya sendiri. Di saat itulah Amerika beserta sekutunya ber’manuver’ membumihanguskan jantung pertahanan Khadafi di Tripoli. Seolah melawan aksi Khadafi yang brutal. Dan membela rakyat yang selama ini tertindas oleh sosok pemimpin diktator. Namun, sebaliknya aksi serangan bombardir pasukan sekutu itu justru ditentang keras oleh dunia. Bahkan oleh sebagian besar rakyat Libya yang menentang (anti) Khadafi.
Kini justru keadaan terbalik, dukungan mengalir deras pada seorang Khadafi yang keras menentang dan melawan agresi militer pasukan sekutu. Sehingga nasionalisme membuncah menjadikan kesatuan tuk bersama melawan penjajah negerinya. Khadafi di atas angin bersama pujian yang membahana langit Libya, sebagai pemimpin pemberani, melawan agresi militer super power beserta sekutunya. Selamat! Kekuasaan Khadafi aman terkendali, aset tak jadi dibekukan dan dukungan internasional mengalir kepadanya.
Apalah ruginya bagi seorang Khadafi mengorbankan puluhan ‘bumper manusia’ setianya yang menjadi korban agresi militer demi kekuasaan yang ia bangun puluhan tahun (?) Apa juga kerugiannya bagi Amerika dan sekutu membombardir Tripoli –yang menurutnya tidak cacat hukum- (?) Lebih baik mengamankan proyek besar –bersama Khadafi- daripada sekedar mendapatkan hujatan dan tentangan sesaat. Nampaknya, sandiwara berdarah sudah sangat rapih tersusun.
Analisis kedua, justru disaat dentuman bom diatas kepala, Khadafi muncul dihadapan ribuan massanya dengan retorika ber api-api untuk terus melawan penyerangan para penjajah. Tidak ada satu pun roket yang menghantamnya, padahal tampak rumah kediaman Khadafi telah menjadi sasaran rudal-rudal pesawat tempur. Nampaknya, titik-titik aman sudah sangat jelas ter-kode oleh sang kolonel bersama pasukan sekutu. Selain itu, tidak sedikit media internasional menyiarkan secara langsung seruan Khadafi bersama rakyatnya, di tempat dan posisi yang mudah dijangkau oleh rudal Tomahawk atau pesawat tempur Mirage.
Muara dari pertikaian ini –sesungguhnya- berawal dari kandungan minyak yang berlimpah di negeri itu. Jika saja aksi diktatorisme dan premanisme yang sudah menjurus pada pembunuhan rakyat sipil itu terjadi di luar area yang tidak memiliki kandungan energi yang menguntungkan, maka Amerika beserta sekutunya tidak akan pernah ber-manuver seperti itu. lihat saja bagaimana kebrutalan Presiden Robert Mugabe di Zimbabwe, tak satupun negara yang peduli, padahal kekejamannya lebih brutal dari Khadafi (tanpa membenarkan atau menganggap sepele tindakan Khadafi), para petani kulit putih dibantai dan dirampas tanah pertaniannya. Rakyatnya banyak dibunuh tanpa alasan dll.
Pembantaian di Bosnia, Chechnya, Sudan, dan pertikaian suku di Afrika, lenyap tak terendus. Apakah ada yang mengirim pasukan ‘perdamaian’ (?) Tentu tidak, karena tidak ada Minyak! Andai saja analisis itu benar, maka Khadafi adalah satu-satunya Pemimpin Dunia yang Cerdik, Licik dan Bejad. Tapi jika salah, anggaplah artikel ini sebagai opini yang kadaluwarsa.