Cordova Civilization

Well, lima tahun sudah Cordova berada dalam dinamika kehidupan masyarakat Indonesia. Dari segi umur, memang masih tampak ‘hijau’, namun spirit membangun peradaban Andalusia-nya tak pernah hanyut dalam setiap langkah. Tak banyak mengira kalau Cordova tampil bukan hanya di dunia traveling suci haji dan umrah, karena memang sejak awal bangunannya di-setting bukan hanya sebagai jembatan menuju Baitullah, tetapi lebih integral merangkai cita mulia peradaban Islam di Cordoba, Andalusia. Kemajuan sains dan budayanya telah banyak menelurkan inspirasi untuk merubah dan mengembalikan paradigma Islam sebagai agama kuat yang elegan dengan balutan seni Islam yang menawan dan berkarakter. Menyerap kelebihan budaya lain, lalu memodifikasi dan membuat inovasi dengan beragam ide adalah ciri sains yang juga menjadi salahsatu ciri agama Islam. Karena sejak awal Rasulullah SAW telah menegaskan, bahwa Islam bukanlah agama baru, dan Al-Quran bukanlah satu-satunya kitab, tetapi kitab terakhir yang menyempurnakan semua kitab yang telah ada. Ciri khas Islam adalah menjadi penghubung ke masa lalu dan masa depan.

Begitulah Cordova ini dibangun dengan penuh konsep yang menyelaraskan zaman ‘klasik’ dengan kondisi yang akan terus berlaju. Menjaga tradisi tanpa menanggalkan impian masadepan yang terus mengalami perubahan. Karenanya –saya- sering melihat banyak orang yang terheran-heran melihat headquarter Cordova atau setiap both-both yang terpasang baik di ajang expo maupun event-event Cordova. Entahlah, apakah keheranan itu sebagai rasa takjub akan keindahan seni Islam. Atau heran karena sulit mendeteksi profit apa yang didapatkan Cordova dalam merancang semua ini. Merancang sebuah Civilization (Peradaban) yang –mungkin- banyak pihak yang meragukan atau pesimis akan terwujud. Tetapi dengan spirit kuat, komitmen dan kerja smart, minimal akan tumbuh generasi Cordoba melalui celah komunitas smartHAJJ dan smartUMRAH-nya.

Saya dan juga team, sangat menyadari ke arah mana Cordova ini di bentuk. Terpaan mental dan pembelajaran hidup menjadi yang utama dalam membangun misi besar ini. Karenanya serpihan dinding penyangga bangunan ini, terdiri dari kombinasi rasa, jiwa dan raga. Semua terbalut oleh semangat keindahan peradaban Cordova yang menjanjikan kesejahteraan lahir dan batin. Seperti semangat Ibnu Battuta dari Granada, Andalusia. Seorang petualang terhebat sepanjang sejarah. Perjalanan dan petualangannya naik haji kerap menjadi syiar besar bagi perkembangan Islam di Muka Bumi.

Hanya soal waktu, begitu para ulama menjelaskan tentang kembalinya peradaban Islam ke tangan muslim. Sejarah kan selalu terulang, karena hidup selalu mengalami siklus perputaran. Cordova akan menjadi barometer betapa Islam adalah agama yang tak bisa dilepaskan dengan keindahan apapun. Bismillah…semua tergantung pada niat.

Related Post

2 Comments

  • Subhanallah,
    Semoga tercapai keinginan mendirikan peradaban Cordova di Indonesia, hanya saja, saya tergelitik dengan asal Ibnu Battuta -The Great Traveller-, setahu saya beliau dari Tangier, Maroko. Bukan dari Andalusia, atau memang ada dua tokoh bernama Ibnu Battuta dan yang seorang dari Granada Andalusia?

    Saya kagum dengan gaya penulisan anda,
    Semoga Allah melimpahkan berkahNya untuk kita semua….

    Reply
  • Subhanallah…Terimakasih koreksinya Putera Effendy, betul Ibnu Battuta lahir di Tangiers, Maroko, Afrika Utara. Seharusnya yang termaktub adalah, Semangat membangun peradaban Granada, Andalusia harus seperti semangat Ibnu Battuta dalam mengarungi samudra. Syukran Jazakallahu Khairul Jaza…

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *